Kecelakaan kapal, tiga orang di Kalteng masih dalam pencarian sampai saat ini. Petugas pun cukup sulit melakukan pencarian karena hujan dan angin kencang melanda Kalimantan Tengah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Dalam sehari, tiga orang hilang di perairan di Kalimantan Tengah. Kejadiannya serupa, yakni jatuh dari perahu motor atau yang biasa disebut kelotok, lalu tenggelam. Cuaca ekstrem menjadi salah satu faktor kecelakaan di perairan tersebut.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Palangkaraya M Hariyadi menjelaskan, tiga orang yang hilang itu dari dua peristiwa di lokasi yang berbeda. Rinciannya, dua orang hilang di Sungai Nyirih, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, dan seorang lagi hilang di Sekonyer, anak Sungai Katingan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
Kedua peristiwa itu terjadi pada Jumat (25/2/2022). Peristiwa di Sungai Nyirih terjadi pada Jumat pagi. Menurut Hariyadi, pihaknya mendapatkan laporan orang terjatuh dari kelotok dan hilang. Pihaknya pun langsung melakukan pencarian dan mengumpulkan informasi.
”Di perahu itu ada tiga orang, satu orang selamat, sedangkan sisanya masih dalam pencarian,” kata Hariyadi.
Hariyadi menjelaskan, ketiga korban tersebut berencana untuk memancing ke sungai, tetapi karena cuaca yang kurang baik kemungkinan kelotok mereka kemudian terbalik.
Selain di Kotawaringin Barat, laporan peristiwa serupa juga terjadi di Kabupaten Katingan. Sebuah kelotok atau kapal kayu bermesin tidak bisa dikendalikan dan membuat dua nelayan yang mengendarainya terjatuh dan tenggelam.
Hariyadi mengungkapkan, dari dua orang korban itu, satu orang dinyatakan selamat, sedangkan satu orang lagi sampai saat ini masih belum ditemukan. ”Dalam semua pencarian ini kami tidak sendiri. Kami membagi tim, dibantu dengan beberapa instansi terkait juga,” kata Hariyadi.
Hariyadi menjelaskan, kejadian kecelakaan kapal bermotor, perahu kecil, dan kecelakaan di perairan lainnya sering terjadi terutama saat cuaca ekstrem melanda. Namun, cuaca hanya salah satu dari banyak faktor peristiwa kecelakaan yang menyebabkan kematian. ”Banyak juga yang tidak terlalu sadar atas keselamatan, tidak pernah memakai jaket atau pelampung, dan banyak faktor lainnya,” ungkapnya.
Prakirawan dari Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Chandra Mukti Wijaya, menjelaskan, angin kencang yang terjadi di sekitar wilayah Kalimantan Tengah terjadi lantaran terdapat belokan angin dan pertemuan angin atau yang biasa disebut konvergensi. Kondisi itu kemudian berpotensi membentuk awan hujan di wilayah tersebut.
Banyak juga yang tidak terlalu sadar atas keselamatan, tidak pernah memakai jaket atau pelampung, dan banyak faktor lainnya.
Selain itu, lanjut Chandra, kondisi atmosfer di wilayah Kalteng cukup labil sehingga mendukung pertumbuhan awan yang berpotensi hujan sedang hingga lebat. Kondisi itu kemudian didukung oleh kelembaban udara yang basah sehingga menyuplai uap air yang cukup besar hingga terbentuk awan konvektif.
”Berdasarkan citra satelit dan radar cuaca, terdapat pola awan konvektif yang banyak dan memanjang dengan pola squall line yang menyebabkan terjadinya hujan sedang hingga lebat yang disertai petir atau kilat dan angin kencang,” ungkap Chandra.
Sebelumnya di Kalteng, cuaca ekstrem yang menerjang Kalimantan Tengah membuat sebuah dermaga dan 11 rumah warga di Kabupaten Kapuas rusak berat akibat diterpa puting beliung, sedangkan tiga bangunan di Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, ambruk lantaran tertimpa pohon besar di tengah hujan disertai angin kencang.
Chandra menjelaskan, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait untuk mengimbau masyarakat di Kalteng agar tetap waspada terhadap cuaca ekstrem dan dampaknya.