Pencemaran di Teluk Youtefa Jayapura Semakin Mengkhawatirkan
Sejumlah logam berat mencemari perairan Teluk Youtefa dan biota laut di Kota Jayapura, Papua. Kesehatan masyarakat yang bermukim di sekitar teluk pun terancam.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pencemaran di perairan Teluk Youtefa, Kota Jayapura, Papua, semakin mengkhawatirkan. Penelitian akademisi di Universitas Cenderawasih menunjukkan telah terjadi kontaminasi sejumlah logam berat, seperti kadmium, timbal, tembaga, dan seng, di teluk tersebut.
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Cenderawasih Efray Wanimbo, Senin (14/2/2022), mengatakan, temuan logam berat di Teluk Youtefa terungkap dari sejumlah penelitian selama beberapa tahun terakhir. Penelitian terakhir dilakukan oleh dosen Ilmu Kelautan Universitas Cenderawasih Baigo Hamuna pada 2021.
Penelitian menemukan kandungan kadmium, timbal, tembaga, dan seng yang telah melebihi ambang batas dalam sedimen di Teluk Youtefa. Lokasi penelitian dilakukan di muara sungai yang mengalir ke Teluk Youtefa, hutan mangrove, dan tengah Teluk Youtefa.
Hasilnya ditemukan kandungan tembaga (Cu) di mangrove 22.072 miligram per kilogram (mg/kg) dan di muara sungai 79.765 mg/kg. Ambang batas kadar tembaga yang aman adalah 18,7 (mg/kg). Adapun kandungan timbal (Pb) di mangrove sebesar 15.086 mg/kg dan di muara 42.025 mg/kg. Ambang batas kadar timbal yang aman adalah 30,2 mg/kg.
Sementara itu, kandungan kadmium (Cd) di mangrove sebanyak 2.596 mg/kg, di muara 4.935 mg/kg, dan di tengah teluk 3.055 mg/kg. Ambang batas kadar kadmium yang aman adalah 0,7 mg/kg. Adapun kandungan seng (Zn) di muara sungai sebanyak 316.155 mg/kg. Ambang batas kadar seng yang aman adalah 124 mg/kg.
Sumber kontaminasi logam berat adalah limbah antropogenik (aktivitas manusia) yang berasal dari daratan. Limbah itu kemudian terbawa oleh aliran sungai Entrop dan sungai Acai ke Teluk Youtefa.
Sampel sedimen dianalisis di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Institut Pertanian Bogor (IPB). Analisis kandungan logam berat dilakukan dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS).
”Kondisi di Teluk Youtefa sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat setempat. Diharapkan upaya pemda setempat untuk mengatasi masalah pencemaran di Teluk Youtefa,” kata Efray.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih Hasmi memaparkan, warga yang mengonsumsi ikan dengan kandungan logam berat melewati ambang batas terancam gangguan kesehatan. Ini, misalnya, anemia sideroblastik, infertilitas pada pria, rawan keguguran bagi wanita hamil, dan menurunnya kecerdasan bagi anak.
”Pada tahun 2014, kami meneliti 75 warga yang bermukim di sekitar Telur Youtefa dan sering mengonsumsi ikan di sana. Hasilnya, 23 dari 75 orang ini menderita anemia sideroblastik,” ungkap Hasmi.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Papua Iman Djuniawal, ketika dikonfirmasi, menyatakan akan menindaklanjuti hasil penelitian para akademisi Universitas Cenderawasih tentang kondisi Teluk Youtefa. ”Kami akan bersinergi dengan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup untuk mengatasi masalah sampah di Teluk Youtefa,” ujarnya.