Yahya Muhaimin, Mendiknas Era Presiden Gus Dur, Tutup Usia di Purwokerto
Yahya Muhaimin, Menteri Pendidikan Nasional era Presiden Abdurrahman Wahid, wafat di Purwokerto. Beliau dikenang sebagai guru yang baik.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin yang menjabat di era Presiden Abdurrahman Wahid meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah Margono Unit Geriatri dan Paviliun Abiyasa Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (9/2/2022) siang. Beliau dikenang sebagai guru yang baik.
”Inailahiwainailairojiun, telah berpulang ke rahmatulah ayah kami, mertua kami pada usia 78 tahun hari ini tadi kurang lebih pukul 10.10 menit. Beliau sakit sudah dirawat di sini kurang lebih 10 hari. Sakit sindrom geriarti karena sudah usia 78 tahun,” kata Anton Budhi Darmawan, menantu dari almarhum, Rabu di ruang jenazah Unit Geriatri, RSUD Margono, Purwokerto.
Anton yang juga dokter spesialis THT di RSUD Margono mengatakan, kondisi selama sakit beliau lebih sering berbaring. ”Beliau tidak di ICU, tetapi di ruangan saja,” ujarnya.
Menurut Anton, jenazah akan dimakamkan di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. ”Dari sini akan ke rumah untuk memberi kesempatan kepada kerabat untuk menshalatkan dulu. Kemudian baru nanti kami makamkan di Pemakaman Kalierang, Bumiayu, bersama di satu kompleks orangtua beliau,” kata Anton.
Bambang Barata Aji, pegiat seni Banyumas yang juga mantan mahasiswa Yahya A Muhaimin, di FISIP Universitas Gajah Mada Yogyakarta, menyampaikan, beliau adalah sosok guru yang baik. ”Beliau salah satu intelektual politik yang kredibel pada zamannya. Terbukti beliau pernah menjadi Menteri Pendidikan. Saya sebagai muridnya berduka. Tapi saya kira legacy yang beliau tinggalkan sebagai guru yang baik,” tutur Bambang.
Menurut Bambang, selain dirinya, ada sejumlah tokoh nasional yang juga pernah menjadi mahasiswanya, antara lain Ketua Umum PBNU Gus Yahya Staquf, juga Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
”Beliau orang yang tidak banyak berbicara, tetapi sebagai intelektual kami rasakan betul jadi cara beliau mendidik kami untuk menjadi mahasiswa yang bersemangat keilmuan yang baik,” tutur Bambang yang terakhir jumpa dengan almarhum pada 2018 di kereta api.
Jenazah dishalatkan oleh sejumlah kerabat dan keluarga di Ruang Jenazah RSUD Margono Unit Geriatri sekitar pukul 12.00 dan sesaat kemudian diberangkatkan ke Bumiayu.
Dari catatan Kompas (2/11/1999), Yahya menjabat menteri menggantikan Juwono Sudarsono pada 1 November 1999. Yahya juga disebut juga pernah menjabat Atase Pendidikan pada Kedubes RI di AS.
Beliau orang yang tidak banyak berbicara, tetapi sebagai intelektual kami rasakan betul jadi cara beliau mendidik kami untuk menjadi mahasiswa yang bersemangat keilmuan yang baik
Dalam pidato perdananya sebagai Menteri Pendidikan Nasional, Yahya kembali menyatakan tiga program pokoknya, yakni memperkuat pendidikan dasar dan menengah, etika dan moral, serta penguasaan ilmu dasar. Ia juga menyinggung soal kesejahteraan guru, yang menurut dia, harus ditingkatkan sejalan meningkatnya anggaran pendidikan.
Kompas (6/6/2000) juga mencatat, Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin menegaskan, keberadaan resimen mahasiswa (menwa) di kampus-kampus perguruan tinggi tetap akan dibubarkan. Artinya, menwa sudah tidak lagi menjadi tanggung jawab Departemen Pendidikan Nasional.
Pembubaran menwa ini, demikian Yahya, akan ditindaklanjuti dengan aspek legalnya. Hal ini perlu karena pada waktu itu menwa dibentuk dengan surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri (Menhankam-Mendagri-Mendikbud). Menurut Yahya, walaupun sudah dibubarkan, tetapi menwa bisa saja menjadi salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) di lingkungan perguruan tinggi.
Dalam kaitan masalah ini, lanjutnya, di Depdiknas telah dibentuk sebuah tim yang ditugasi mengkaji kelanjutan menwa dari berbagai aspek. "Meski nantinya menjadi salah satu UKM, menwa tidak boleh lagi menjadi anak emas seperti selama ini,” ujar Yahya Muhaimin.