Kota Bandung mulai menerapkan PPKM level 3. Protokol kesehatan masyarakat harus diperketat untuk meminimalkan lonjakan kasus.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kota Bandung kembali berstatus pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat level 3 sejak Senin (7/2/2022) sore. Semua bentuk kerumunan akan dibubarkan. Protokol kesehatan dijanjikan bakal semakin ketat.
Pelaksana tugas Wali Kota Bandung Yana Mulyana selepas rapat koordinasi di Balai Kota Bandung, Senin sore, mengatakan, status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Kota Bandung naik menjadi level 3. Oleh karena itu, sejumlah pengetatan aturan akan diperkuat.
Salah satu sasarannya, kata Yana, adalah pengetatan protokol kesehatan adalah menekankan penggunaan masker. Warga yang kedapatan tidak menggunakan atau membawa masker akan langsung diberi masker oleh petugas. Segala bentuk kerumunan, kata dia, juga akan dibubarkan.
Selain itu, aktivitas ekonomi di kantor, restoran, hotel, kafe, dan tempat wisata juga harus lebih tegas menerapkan protokol kesehatan. Regulasi pembatasan pengunjung juga wajib dilakukan.
”Bila setelah ini kasus akan terus meningkat, pemberlakuan PPKM mikro atau pembatasan skala kecil lainnya akan dilakukan. Kami optimistis bisa menekan kasus belajar dari kasus sebelumnya,” ujarnya.
Selain itu, Yana mengingatkan, agar masyarakat segera melakukan vaksinasi. Ia menyebut upaya ini merupakan salah satu cara memerangi Covid-19. ”Kalau dilihat, enam pasien Omicorn di Kota Bandung seluruhnya telah mendapat dua kali dosis vaksin sehingga mereka bergejala ringan dan sudah sembuh,” terangnya.
Sebelumnya, ia mengatakan, ketersediaan oksigen juga akan terus dipantau berkala. Saat ini, ketersediaan oksigen di Kota Bandung, diklaim masih mencukupi atau mencapai 80 persen dari kebutuhan. Kerja sama dengan distributor oksigen terus dilakukan dan 13 rumah sakit sudah memiliki tangki penyimpanan cadangan oksigen.
”Kami akan terus memantau ketersediaan oksigen ini secara berkala. Harapannya, bisa mengantisipasi potensi lonjakan kasus Covid-19,” kata Yana.
Yana mengatakan, ketersediaan oksigen di PT Aneka Gas Industri, penyuplai oksigen, saat ini masih 80 persen. Dia berharap, lonjakan kasus tidak meningkat sehingga stok tersebut tidak sampai terpakai semua.
Pertengahan tahun 2021, Kota Bandung pernah mengalami krisis oksigen akibat lonjakan kasus akibat penularan Covid-19 varian Delta. Saat itu, rata-rata kebutuhan oksigen di rumah sakit sekitar 300 tabung oksigen berukuran 6 meter kubik per hari.
Sekarang, jumlah harian Covid-19 terus meningkat di Kota Bandung. Pada Jumat (4/2) tercatat 166 kasus baru. Sedangkan pada Minggu (6/2), ada tercatat penambahan 366 kasus baru.
Yana menambahkan, saat ini, Kota Bandung masih menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat level 2. Namun, untuk mencegah kasus dan statusnya meningkat, masyarakat diminta mengurangi aktivitas memicu kerumunan.
”Pemkot Bandung kini juga sudah kembali menerapkan work from home atau kerja dari rumah,” katanya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan, 13 rumah sakit kini sudah memiliki tangki untuk menyimpan cadangan oksigen. Hal itu bisa meminimalkan penggunaan tabung karena tangki ini menyalurkan oksigen langsung ke kamar rawat.
Akan tetapi, untuk mitigasi, sedikitnya 17 rumah sakit sudah bekerja sama dengan distributor oksigen. Rumah sakit itu, antara lain, adalah Hasan Sadikin, Borromeus, Melinda, Advent, Muhammadiyah, Mata Cicendo, Kebon Jati, Halmahera, dan Al Islam.
Wakil Direktur PT Aneka Gas Industri Sonni Prabowo memastikan ketersediaan oksigen di tempat ini aman. Saat ini, tersedia 9 ton oksigen atau setara 8.000 meter kubik atau 1.300 tabung.
”Bila dibandingkan dengan Juli- Agustus 2021, kondisi saat ini terbilang masih aman,” katanya.