Kasus Lampaui 1.000 Orang, Warga Jatim yang Tertular Covid-19 Diminta ke Isolasi Terpadu
Kasus Covid-19 aktif di Sidoarjo melampaui 1.000 kasus dengan penambahan harian 200-300 kasus. Untuk menekan risiko penularan terutama di lingkungan keluarga, pemda merayu pasien agar bersedia dirawat di isolasi terpadu.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·6 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS – Jumlah kasus Covid-19 aktif di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, telah melampui 1.000 kasus dengan penambahan harian 200-300 kasus. Untuk menekan risiko penularan terutama di lingkungan keluarga, pemerintah daerah melakukan pendekatan persuasif kepada pasien isolasi mandiri agar bersedia dirawat di tempat isolasi terpadu.
Jumlah terkonfirmasi positif aktif di Sidoarjo pada Minggu (6/2/2022) mencapai 1.017 kasus. Terdapat penambahan kasus baru harian sebanyak 291 orang. Penambahan kasus baru secara harian tertinggi terjadi pada Sabtu (5/2/2022), yakni 326 orang. Tingginya penambahan kasus baru dan kasus aktif tersebut menempatkan daerah penyangga Surabaya ini pada urutan kedua tertinggi di Jatim.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, mayoritas kasus Covid-19 merupakan pasien bergejala ringan bahkan tanpa gejala. Oleh karena itulah, lebih dari 80 persen pasien menjalani karantina mandiri di rumah. Hanya pasien dengan gejala berat atau yang memiliki penyakit bawaan yang dirawat di rumah sakit rujukan.
”Total disiapkan 11 rumah sakit rujukan dengan jumlah kamar 2.302 di Sidoarjo. Khusus untuk ruang isolasi perawatan pasien Covid-19 disiapkan 230 tempat tidur dan telah terpakai 47 tempat tidur. Adapun ruang intensif disiapkan 82 tempat tidur dan terpakai 3 tempat tidur,” ujar Syaf, Senin.
Menyikapi banyaknya pasien Covid-19 yang bergejala ringan bahkan tanpa gejala, pihaknya mengambil kebijakan menambah fasilitas ruang perawatan dengan mengaktifkan kembali sejumlah tempat isolasi terpadu. Hingga saat ini, setidaknya ada tiga tempat yang siap menerima pasien Covid-19, yakni Mal Pelayanan Publik (MPP) Sidoarjo dengan kapasitas 85 pasien, Puskesmas Sedati (54), dan Puskesmas Porong (10).
Syaf menuturkan, penambahan kasus Covid-19 di Sidoarjo meningkat tajam sejak awal Februari atau seiring dengan masuknya varian Omicron. Varian ini memiliki tingkat penularan yang sangat cepat sehingga harus diantisipasi agar sebarannya tidak semakin meluas.
Salah satu upaya untuk mengendalikan laju sebaran Covid-19 ialah dengan memindahkan pasien yang menjalani isolasi mandiri ke tempat isolasi terpadu. Di sana, mereka akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin dari tenaga medis, obat-obatan, dan vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh.
”Pengawasan dan pemantauan kondisi pasien terkonfirmasi positif menjadi jauh lebih baik di lokasi isolasi terpadu. Pasien dengan kondisi kesehatan yang memburuk juga akan lebih cepat dirujuk ke rumah sakit karena sudah terbangun koordinasi yang baik,” ujar Syaf.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengimbau warganya yang tengah menjalani isolasi mandiri di rumah agar bersedia dipindahkan ke isolasi terpadu. Pemindahan ini juga untuk menekan risiko penularan Covid-19 di lingkungan keluarga. Terutama bagi pasien yang kondisi rumahnya tidak layak untuk isolasi mandiri.
”Silakan digunakan fasilitas isolasi terpadu yang sudah disediakan oleh pemda dengan baik. Kebijakan ini diambil semata-mata untuk melindungi masyarakat, memastikan mereka mendapatkan perawatan dengan baik, dan mencegah penularan kepada anggota keluarga lainnya,” ucap Muhdlor.
Penempatan pasien di isolasi terpadu akan diprioritaskan kepada mereka yang kondisi rumahnya tidak memiliki fasilitas kamar tidur yang dilengkapi dengan kamar mandi dalam. Penggunaan kamar mandi secara bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya memperbesar risiko penularan.
Syaf menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan Polresta Sidoarjo dan Kodim 0816 Sidoarjo untuk memindahkan pasien. Menurut rencana, ada 40 pasien Covid-19 yang akan dipindahkan ke MPP Sidoarjo. Pemindahan dilakukan secara bertahap karena keterbatasan ambulans dan tenaga kesehatan yang mengantar.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi fasilitas isolasi terpadu di MPP Sidoarjo. Alasannya, ruang perawatan di lokasi tersebut bagus dan nyaman seperti hotel. Setiap pasien memiliki privasi yang terjaga dengan baik karena ruang mereka dipisahkan sekat-sekat. Ada juga fasilitas olahraga yang memadai untuk menjaga kebugaran pasien.
”Dari beberapa fasilitas isolasi terpadu yang saya kunjungi di beberapa kabupaten dan kota, MPP Sidoarjo ini rasanya merupakan yang terbaik. Fasilitasnya setara hotel. Tenaga kesehatannya juga sudah siap,” tutur Khofifah.
Ia melanjutkan, angka kumulatif konfirmasi kasus Covid-19 di Jatim per 6 Februari 2022 mencapai 411.649 kasus dengan penambahan 2.218 kasus baru. Sementara kasus aktif saat ini mencapai angka 6.028 atau sekitar 1,46 persen dari keseluruhan kasus. Penambahan kasus baru itu meningkat dibandingkan 5 Februari 2022 sebanyak 2.154 kasus dalam sehari.
Menyikapi penambahan kasus baru yang makin tinggi, Pemprov Jatim telah memastikan fasilitas isolasi terpusat untuk wilayah Surabaya Raya dan Malang Raya siap digunakan pasien Covid-19. Hal itu karena episentrum penularan Covid-19 berada di dua wilayah aglomerasi tersebut.
Untuk kawasan Surabaya dipusatkan di Asrama Haji Sukolilo dan Rumah Sakit Darurat Lapangan Tembak Surabaya. Adapun di Sidoarjo dipusatkan di Mal Pelayanan Publik, sedangkan di Gresik dipusatkan di tujuh puskesmas. Kondisi fasilitas isolasi terpusat yang disiapkan tersebut dalam keadaan baik dan layak pakai.
Di Asrama Haji Sukolilo, misalnya, seluruh fasilitas, mulai dari tempat tidur, kamar mandi, hingga tenaga kesehatan, telah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Total kamar yang tersedia di Asrama Haji Sukolilo mencapai angka 432 kamar yang diisi 3 tempat tidur dan 1 kamar mandi dalam satu kamar. Saat ini, di asrama itu telah terisi 204 kamar. Setiap kamar akan diisi oleh pasien gejala ringan dan tanpa gejala.
Sementara jumlah tempat tidur di RS Darurat Lapangan Tembak yang tersedia adalah 187, terdiri dari 88 tempat tidur di gedung B1, 89 tempat tidur di gedung B2, dan 10 tempat tidur di IGD. Rumah sakit ini masih belum ditempati pasien, tetapi ada 40 anggota Satgas Covid-19 yang bersiap melayani masyarakat.
”Ini tempatnya keren sekali. Pelayanannya juga disiapkan sangat bagus dan siap reaktivasi. Dengan ini, kami berharap agar bisa membantu proses pemulihan dan menjaga pasien tetap dalam kondisi baik,” ujar Khofifah, Senin.
Ia menyampaikan, pasien terkonfirmasi Covid-19 dengan gejala ringan dan tanpa gejala bisa menempati isolasi yang telah disiapkan pemerintah. Langkah ini guna mengurangi beban rumah sakit rujukan yang berfokus pada pasien gejala sedang dan berat.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga meminta kepada pemerintah kabupaten/kota untuk bersiap menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang diperkirakan jatuh pada minggu ketiga Maret mendatang. Dia berpesan agar pemda terus meningkatkan testing, tracing, dan treatment (3T) serta pelayanan kuratif lainnya.
”Seperti yang diprediksi oleh Kementerian Kesehatan bahwa 22 Maret nanti adalah puncak melonjaknya Covid-19 untuk semua varian. Maka tugas pemerintah adalah meningkatkan 3T. Selain itu, ada tiga hal lain yang harus dipersiapkan, yakni kesiapan rumah sakit, isolasi, juga kerelawanan untuk pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat mikro dan kampung tangguh,” tuturnya.
Lebih lanjut, Khofifah meminta masyarakat untuk bekerja sama memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan menerapkan secara ketat protokol kesehatan dengan terus memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak aman, menghindari kerumunan, serta membatasi mobilisasi (5M).
”Pemerintah sudah mengusahakan yang terbaik untuk pelayanan kuratifnya. Maka, saya minta sinergi masyarakat untuk melakukan tindakan preventif dengan terus menerapkan 5M agar daerah aglomerasi seperti Malang Raya dan Surabaya Raya ini terjaga dari lonjakan kasus sehingga semua daerah juga diharapkan aman terkendali,” ucapnya.