Presiden Tanam Pohon di Bukit Terjal Danau Toba, Minta Lingkungan Dikonservasi
Presiden menanam pohon di bukit terjal di tepi Danau Toba, Humbang Hasundutan. Hampir 80 persen daerah tangkapan air Danau Toba dalam kondisi kritis. Presiden meminta dilakukan konservasi lingkungan hidup Danau Toba.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
HUMBANG HASUNDUTAN, KOMPAS — Hampir 80 persen daerah tangkapan air Danau Toba dalam kondisi kritis sejak bertahun-tahun lalu. Presiden Joko Widodo pun meminta dilakukan konservasi menyeluruh lingkungan Danau Toba yang ditandai penanaman pohon bersama warga di bukit terjal tepi Danau Toba di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Kamis (3/2/2022).
”Saya titip agar dijaga kelestariannya. Jangan sampai malah gundul (hutan Danau Toba). Yang sebelumnya ada hutannya malah gundul, ini hati-hati,” kata Presiden seusai menanam pohon.
Presiden menanam pohon di bukit terjal bersama ratusan masyarakat, aktivis lingkungan hidup Togu Simorangkir, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, dan menteri Kabinet Indonesia Maju lainnya.
Presiden menaiki bukit terjal dari tangga tanah dan terasering yang disusun dari batu-batu vulkanis di dinding Kaldera Toba itu. Presiden Jokowi lalu menanam pohon makadamia yang memberikan fungsi konservasi dan nilai ekonomi dari buahnya. Presiden menaiki bukit terjal hingga puluhan meter demi menyapa dan mengajak masyarakat melakukan konservasi lingkungan Danau Toba.
Dalam paparannya kepada Presiden, Siti menyebut luas lahan sangat kritis dan kritis di daerah tangkapan air Danau Toba mencapai 28.911 hektar atau 10,98 persen dari total 263.041,68 hektar. Lahan ini antara lain lahan terbuka, lahan tidak produktif, dan semak belukar.
Kondisi lahan pun didominasi lahan agak kritis yang mencapai 62,88 persen (165.402,61 hektar). Hanya 20,22 persen (53.186,17 hektar) lahan dengan kondisi tidak kritis. Dengan kondisi lahan kritis yang sangat luas, daerah tangkapan air Danau Toba sangat rentan terhadap erosi, banjir, longsor, dan kebakaran hutan.
Laju reboisasi atau penanaman pohon pun sangat lambat dibandingkan dengan kerusakan lahan. Pada 2018, luas penanaman pohon hanya dilakukan di lahan seluas 212 hektar, lalu meningkat menjadi 2.597 hektar pada 2019, dan 3.109 hektar pada 2020 dan 2021.
Untuk mendukung penanaman pohon di kawasan Danau Toba, telah dibangun area persemaian tanaman hutan di lahan seluas 37,25 hektar di kawasan Hutan Lindung Sibisa, Kabupaten Toba. ”Target produksi area persemaian pada 2022 mencapai 10 juta batang, antara lain pohon aren, kemenyan, durian, alpukat, petai, dan makadamia,” kata Siti.
Juita Sitorus (50), warga Desa Simangulampe yang ikut menanam pohon bersama Presiden, mengatakan, penanaman pohon itu diharapkan bisa mengurangi ancaman kebakaran lahan dan longsor yang kerap terjadi di sekitar daerah mereka. ”Saat musim kering, sering kali terjadi kebakaran lahan karena masyarakat membuka lahan dengan membakar dan kondisi bukit di sini sudah gundul. Semoga masyarakat semakin sadar pada pentingnya menjaga lingkungan hidup,” katanya.
Juita menyebut, mata pencarian di desa mereka ialah bertani bawang, ubi, kopi, kemiri, dan padi. Mereka pun berharap makadamia yang ditanam oleh Presiden bersama masyarakat bisa memberikan fungsi konservasi sekaligus ekonomi kepada masyarakat. ”Setelah 4-5 tahun, makadamia ini disebut bisa menghasilkan buah yang harganya Rp 500.000 per kilogram. Ini akan sangat membantu ekonomi masyarakat,” kata Juita.
Togu berharap penanaman pohon yang langsung dipimpin oleh Presiden itu diikuti oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan konservasi lingkungan hidup secara menyeluruh di Danau Toba. ”Jangan hanya acara seremonial penananaman pohon, tetapi tidak diikuti dengan merawat pohon,” kata Togu.
Togu menyebut, kawasan Danau Toba mengalami kerusakan mulai dari daerah tangkapan air di hulu hingga pengelolaan sumber daya perairannya di hilir. Ratusan sungai yang bermuara ke Danau Toba pun mengalami kekeringan saat musim kemarau dan banjir bandang saat hujan deras. Konservasi pun harus dilakukan dengan penanaman kembali daerah tangkapan air yang sudah rusak antara lain oleh pembalakan liar dan alih fungsi menjadi hutan tanaman industri.