Harapan dan Doa di Tahun Baru Imlek dari Singkawang, ”Kota Seribu Kelenteng”
Meski festival ditiadakan, Imlek di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, tetap berjalan khidmat dan penuh doa serta harapan untuk lebih baik di tengah tantangan pandemi Covid-19.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
SINGKAWANG, KOMPAS — Meski semarak festival masih urung digelar akibat pandemi Covid-19, perayaan Imlek di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, tetap khidmat dan berwarna, Senin (31/1/2022) malam. Malam Imlek di “Kota Seribu Kelenteng” itu penuh doa dan harapan lebih baik di tahun baru dalam menghadapi berbagai tantangan.
Ribuan lampion terpasang di sejumlah jalan utama Kota Singkawang. Pada salah satu jalan utama di pusat Kota Singkawang, lampion di pasang di atas jalan hingga di sisi kiri dan kanan jalan. Saat menyusuri jalan tersebut seperti masuk dalam terowongan lampion.
Warga dari berbagai lapisan tampak mengabadikan gambar di sekitar hamparan lampion. Sementara itu, satu per satu warga berdatangan ke wihara mendaraskan doa dan harapan di tahun baru.
Asap dupa juga membubung dari Vihara Tri Dharma Bumi Raya, ikon Kota Singkawang di pusat kota. Warga datang menggunakan masker. Di lokasi juga terdapat tempat cuci tangan karena masih dalam suasana pandemi Covid-19.
”Saya berharap lebih baik lagi. Sekarang dalam suasana sulit karena pandemi Covid-19. Ke depan diharapkan lebih baik tidak ada rintangan. Semoga pandemi cepat berlalu,” ujar Mimi (32), salah satu warga Singkawang.
Tepat pada pukul 21.30, Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie beserta keluarga datang ke Vihara Tri Dharma Bumi Raya untuk sembayang. Dia mengatakan, tahun ini masih dalam suasana pandemi Covid-19. Warga diminta tetap menaati protokol kesehatan.
“Meskipun demikian, warga tetap menyambutnya dengan bersukacita bersama keluarga. Dengan penuh semangat, namun jangan legah dengan protokol kesehatan,” ujarnya.
Di Tahun Macan Air ini, Pemerintah Kota Singkawang berencana membangun Bandara Singkawang, Masjid Agung dan rumah adat Tionghoa serta infrastruktur lainnya. “Dengan demikian, diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan warga Singkawang serta menjaga keharmonisan dan keberagaman,” ujar Tjhai Chui Mie.
Tjhai Chui Mie memaknai spirit tahun macan air, semangat dan berani melawan pandemi Covid-19. Air meskipun lembut, sesungguhnya memiliki kekuatan. Air meliuk lembut, tetapi mampu memadamkan api. Jika dilihat dalam konteks kini, diharapkan mampu menghadapi pandemi dan menjaga keharmonisan dengan penuh kelembutan.
Kemeriahan pernak-pernik dekorasi kota saat ini berkat dukungan berbagai pihak, termasuk panitia dan donatur. Dekorasi itu juga menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk datang sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat.
Pada Selasa (1/2/2022) siang, pusat ekonomi Singkawang sebagian besar tutup. Ruko-ruko di jalan-jalan utama banyak tutup. Warga menikmati hari Imlek berkumpul bersama keluarga inti di rumah. Beberapa warga juga masih ada yang datang ke wihara untuk sembahyang.
Bong Cin Nen (58), warga Singkawang, menuturkan, berkumpul dengan keluarga inti di hari Imlek. Sementara itu, keluarga besar yang berada di Jakarta, Jawa Barat, dan Taiwan tidak bisa pulang ke Singkawang karena masih pandemi Covid-19.
Acara bersama keluarga di Singkawang diawali makan bersama pada malam Imlek, Senin malam. Menu utama ikan kukus dengan resep turun-temurun. Selain itu, ada mi panjang, ayam, daging serta sayur-mayur.
Makanan khas, lanjut Bong Cin Nen, tidak hanya menjadi kerinduan untuk berkumpul, tetapi memiliki makna. Sebagai contoh, ikan jika ditulis dalam aksara China artinya “ada lebih” atau dalam diterjemahkan bebas berarti untung.
“Jadi, ada harapan supaya ada keberuntungan di tahun baru,” ungkapnya.