Kasus Harian Melonjak, Surabaya Kembali Terapkan Tes Usap Acak
Pemerintah Kota Surabaya kembali menerapkan kebijakan tes usap acak PCR untuk mengantisipasi peningkatan kasus Covid-19 terkait serangan varian Omicron. Gugus Kampung Tangguh kembali diaktifkan mengawasi warga.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS - Penambahan kasus Covid-19 di Kota Surabaya, Jawa Timur, dua hari terakhir melonjak. Untuk mengantisipasi peningkatan ini tidak menjadi ledakan, pemerintah setempat kembali menggencarkan tes usap acak. Cara ini diharapkan mengungkap kasus-kasus tersembunyi agar bisa tertangani secara cepat meski berkonsekuensi meningkatkan angka kasus.
Peningkatan kasus tercatat di laman resmi https://infocovid19.jatimprov.go.id/. Dua hari terakhir, ada penambahan kasus konfirmasi Covid-19 sebanyak 18 kasus dan 19 kasus. Sebelumnya, penambahan harian berkisar 3-9 kasus. Namun, dua hari terakhir, kasus melonjak dua kali lipat dari biasanya.
Dalam sepekan, juga tercatat dua kematian pasien Covid-19. Selain itu, jumlah kasus aktif yang mencerminkan jumlah warga Surabaya dirawat di fasilitas terpusat akibat Covid-19 sebanyak 40 orang per Jumat (21/1/2022) petang. Jumlah itu puluhan kali lipat dibandingkan kondisi awal tahun saat kasus aktif tercatat 3 orang.
Peningkatan kasus itu dimungkinkan seiring merebaknya varian Omicron yang berkarakter amat cepat menular dan mampu menginfeksi kembali warga yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama dan kedua. Di Surabaya, sudah terkonfirmasi empat warga terjangkit varian Omicron. Di sisi lain, seperti perkiraan kalangan epidemiolog, peningkatan kasus secara signifikan terjadi mulai pekan ketiga atau keempat Januari setelah masa libur Natal dan Tahun Baru.
Peningkatan kasus seperti ini juga terjadi tahun lalu seusai masa libur. Bahkan, ketika itu, lonjakan kasus mulai terjadi pertengahan Januari 2021 bersamaan dengan peluncuran program vaksinasi dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Kedua program ini masih berjalan sampai sekarang.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, untuk menekan potensi peningkatan menjadi ledakan kasus yang sulit tertangani, metode pelacakan, penelusuran, pengetesan, dan penanganan perlu diperkuat lagi. ”Tes usap PCR secara acak diperlukan terutama di wilayah temuan varian Omicron,” katanya.
Eri melanjutkan, tes usap PCR masih menjadi metode tersahih untuk mengetahui seseorang terjangkit Covid-19. Untuk kemudian menentukan varian virus penyerangnya, masih diperlukan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) yang di Surabaya dilakukan oleh Lembaga Penyakit Tropis (ITD) Universitas Airlangga. Empat kasus varian Omicron di Surabaya didapat setelah pemeriksaan WGS oleh ITD Universitas Airlangga.
Saya telah menerbitkan surat edaran bagi seluruh pengurus RT agar mendorong pendatang dari luar kota untuk melaksanakan tes usap PCR di puskesmas terdekat sebagai upaya deteksi dini dan penanganannya. (Eri Cahyadi)
Menurut data dari laman resmi https://vaksin.kemkes.go.id/, Surabaya berpopulasi 2,929 juta jiwa. Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri, Surabaya berkewajiban memeriksa setidaknya 2.926 orang sepekan. Namun, sepekan ini, jumlah yang diperiksa 33.738 orang atau istimewa. Gencarnya tes usap dan pemeriksaan sampel orang-orang yang dicurigai terkena Covid-19 ini salah satunya membuat Surabaya mendapat status level 1 PPKM, di luar melandainya penularan Covid-19 dan cakupan vaksinasi yang relatif baik.
Eri menyatakan akan mendorong kembali keaktifan pengurus Kampung Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo yang berada di satuan RT atau RW. Di Surabaya ada lebih dari 3.000 kampung tangguh yang mungkin ”tertidur” karena situasi landai sejak Agustus 2021. Gugus Kampung Tangguh yang juga pengurus RT/RW diminta mengawasi lalu lalang warga untuk pengendalian pandemi.
”Saya telah menerbitkan surat edaran bagi seluruh pengurus RT agar mendorong pendatang dari luar kota untuk melaksanakan tes usap PCR di puskesmas terdekat sebagai upaya deteksi dini dan penanganannya,” kata Eri.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan, peningkatan kasus yang signifikan patut menjadi perhatian. Sebelumnya, dalam suasana landai sejak Agustus 2021, penambahan kasus harian bisa ditoleransi jika tidak melebihi 10 kasus.
Namun, Windhu melanjutkan, peningkatan kasus amat mungkin berkaitan dengan gencarnya pelacakan, penelusuran, dan pengetesan terhadap warga yang berpotensi terjangkit. ”Justru deteksi dini ini diperlukan untuk penanganan cepat sehingga situasi tidak sampai memburuk,” ujarnya.