Hotel Bintang Lima Senilai Rp 600 Miliar Bakal Dibangun di Danau Toba
Badan Pelaksana Otorita Danau Toba menargetkan pembangunan hotel berbintang lima bisa dimulai tahun ini di kawasan otorita. Investor berkomitmen membangun hotel dengan nilai investasi Rp 600 miliar.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
BALIGE, KOMPAS — Badan Pelaksana Otorita Danau Toba menargetkan pembangunan hotel berbintang lima bisa dimulai tahun ini. Hotel yang diperkirakan bernilai investasi Rp 600 miliar itu akan menjadi yang pertama di kawasan otorita Danau Toba sejak dirintis lima tahun ini.
”Saat ini kami masih terus menjajaki komunikasi untuk penandatanganan perjanjian kerja sama dengan investor Labersa Group,” kata Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Jimmy Bernando Panjaitan saat memaparkan program kerja di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Kamis (20/1/2022).
Jimmy menyatakan sudah membangun infrastruktur dasar, seperti akses jalan dan listrik, ke kawasan otorita Danau Toba seluas 386,72 hektar di Kecamatan Ajibata, Toba. Saat ini, mereka berfokus mencari investor untuk membangun hotel, restoran, taman botani, cable car atau kereta gantung, dan fasilitas lainnya di kawasan itu.
Untuk tahun ini, BPODT menargetkan pembangunan hotel berbintang lima di satu lot seluas 9-12 hektar. Hotel itu akan dibangun Grup Labersa yang sebelumnya sudah membangun hotel berbintang di Balige, Toba. ”Kami sedang menyiapkan perjanjian kerja sama antara BPODT dan Grup Labersa. Mereka berkomitmen berinvestasi Rp 600 miliar. Penanda tangan menunggu pembicaraan dalam beberapa hal saja,” kata Jimmy.
Hotel itu akan dibangun di satu lot di puncak bukit kawasan otorita dengan lanskap Danau Toba. Jimmy berharap kondisi perekonomian nasional bisa membaik sehingga komitmen investasi itu bisa direalisasikan.
Selain itu, BPODT juga mencari investor untuk membangun cable car. Wahana itu akan membentang sepanjang 3 kilometer dari puncak bukit di kawasan otorita hingga ke Desa Sigapiton, di pinggir danau dengan perbedaan ketinggian 400 meter.
Jimmy mengatakan, mereka sudah berkomunikasi dengan investor untuk membangun cable car tersebut dengan nilai investasi sekitar Rp 250 miliar dan diharapkan bisa selesai dalam 18 bulan. ”Ini nanti akan lebih bagus dari cable car yang ada di Singapura atau Malaysia mengingat ada Danau Toba sebagai lanskap yang sangat indah,” ujar Jimmy.
Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan BPODT Raja Malem Ukur Tarigan mengatakan, selain pembangunan di kawasan otorita, mereka juga melaksanakan fungsi koordinasi dengan pemerintah kabupaten kawasan Danau Toba dan pemerintah pusat. Tujuannya, agar program-program yang dilaksanakan pemerintah bisa mendukung kawasan itu sebagai destinasi superprioritas nasional.
Pada 2020, kata Raja, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Perhubungan merealisasikan anggaran Rp 3,82 triliun di kawasan Danau Toba. Realisasi itu pun meningkat menjadi Rp 4,38 triliun tahun 2021. Sejumlah pembangunan dilaksanakan, seperti dermaga, kapal, dan akses jalan.
Secara terpisah, Koordinator Komunitas Pelaku Pariwisata Samosir Ombang Siboro mendorong BPODT melakukan fungsi koordinasi untuk memperbaiki akses ke Danau Toba. ”Salah satu yang mendesak adalah penjualan tiket kapal motor penyeberangan secara online,” kata Ombang.
Pada libur Natal dan Tahun Baru lalu, kata Ombang, antrean kendaraan terjadi di kawasan Danau Toba. Pengunjung yang hendak menyeberang ke Samosir bisa menunggu hingga 10 jam. Kemacetan pun terjadi di Jalan Tele yang merupakan satu-satunya akses jalan darat menuju Pulau Samosir.
Penjualan paket wisata pun tidak mendapat kepastian karena tidak bisa memastikan ketersediaan tiket penyeberangan. Penjualan tiket secara daringpun sudah didorong dalam beberapa tahun ini, tetapi belum bisa dilaksanakan hingga kini. Ombang pun mendorong agar BPODT melaksanakan fungsi koordinasi untuk menyinergikan program pemerintah kabupaten dalam membangun kawasan Danau Toba.