Pasar Legi di Kota Surakarta, Jawa Tengah, baru saja selesai dibangun akhir 2021. Sejumlah masalah masih ditemukan dan dikeluhkan pedagang. Bahkan, keluhan disampaikan dengan mengomel langsung kepada Wali Kota Gibran.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
Pasar Legi, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, baru saja selesai dibangun kembali akhir tahun 2021. Sejumlah masalah masih saja ditemukan dan dikeluhkan para pedagang. Bahkan, keluhan disampaikan langsung si pedagang dengan cara mengomel langsung kepada pejabat yang tengah meninjau pasar tersebut.
Sebagian kios di Pasar Legi tampak masih kosong, Sabtu (15/1/2022). Belum semua pedagang menempati kiosnya. Pembeli yang datang juga tidak banyak. Aktivitas jual beli terlihat tak terlalu riuh.
Keramaian justru tampak dari rombongan yang menyertai dua pejabat meninjau hasil pembangunan kembali pasar tersebut. Mereka adalah Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Diana Kusumastuti dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka. Tujuan kunjungan itu guna memastikan kesiapan pasar sebelum diresmikan pada 20 Januari 2022.
Di tengah-tengah peninjauan tersebut, seorang pedagang sayur, Kristin (38), merangsek masuk ke dalam rombongan. Ia berusaha agar bisa berdiri di hadapan langsung Diana dan Gibran. Ia ingin menyampaikan keluhannya selama berdagang di sana. Banyak sekali yang disampaikan, mulai dari bisingnya exhaust fan hingga sepinya pembeli di kios barunya.
Kristin meluapkan segala keresahannya dengan emosi yang meledak-ledak. Bahkan, sesekali ia bernada tinggi. Diana dan Gibran mendengarkannya dengan sabar. Keduanya berusaha memahami pedagang yang sedang beradaptasi di lingkungan barunya.
”Setiap kali pejabat datang selalu di depan. Padahal, kami yang di belakang banyak sekali keluhannya. Maka, saya mendekat. Saya mohon maaf juga sudah agak lancang. Tetapi, bagaimana lagi, saya enggak ngerti mau mengadu ke siapa lagi,” kata Kristin, yang sejak masih kanak-kanak ikut ibunya berjualan di pasar tersebut.
Yang penting pasarnya baru. Dagangan tambah ramai. Kegiatan ekonomi jalan lagi. Masalah-masalah yang ada bisa diselesaikan sambil jalan.
Kini, Kristin menempati kios yang berada di sisi sayap selatan pada bangunan utama pasar tersebut. Exhaust fan untuk menyejukkan udara pedagang yang berada di dalam bangunan, persis berlokasi di atas kiosnya. Setiap mesin tersebut menyala, suaranya membuat pekak telinga.
”Bagaimana berkomunikasi dengan pedagang jika bising begini? Dia bilang apa saja saya tidak dengar. Jangankan bicara, ada telepon masuk pun tidak dengar. Seperti ini juga susah, kan,” ujar Kristin.
Di sisi lain, Kristin menyebut penjualannya juga menurun drastis 80 persen. Pembeli yang datang langsung sangat jarang. Sebab, tempatnya berjualan di pintu belakang. Hampir tidak ada pembeli yang masuk dari pintu tersebut. Hanya pelanggan setia yang masih membeli sayur darinya.
Apabila hujan, lanjut Kristin, muncul persoalan lain. Air hujan kerap kali tempias ke jalur pejalan kaki yang ada di depan kiosnya. Akibatnya, jalan menjadi licin sehingga pengunjung pasar enggan melintas.
”Ini katanya akan segera dicari solusi. Harapannya segera ditemukan ya. Kan, kami buat cari sandang dan pangan di sini,” kata Kristin.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menyatakan akan menampung segala keluhan yang diterimanya. Semuanya bakal diselesaikan sesegera mungkin. Soal penempatan kios, kata dia, akan ditangani dengan mengatur jalur keluar masuknya pengunjung. Pihaknya juga akan menjebol tembok belakang kios agar pedagang bisa menjangkau pengunjung dari dua arah berbeda.
Gibran melanjutkan, persoalan berisiknya mesin exhaust fan akan disiasati dengan memasang alat peredam bunyi. Adapun persoalan hujan yang tempias bakal dirampungkan dengan pemasangan kanopi.
”Yang penting pasarnya baru. Dagangan tambah ramai. Kegiatan ekonomi jalan lagi. Masalah-masalah yang ada bisa diselesaikan sambil jalan. Yang penting berjualan dulu. Daripada berjualan di pasar darurat, mending berjualan di sini. Tempatnya bagus,” kata Gibran.
Pasar Legi dibangun kembali akibat terbakar hebat pada 2018. Kebakaran itu membuat bangunan induk pasar ludes. Disebutkan, penyebab kebakaran adalah korsleting listrik. Pembangunannya dimulai pada November 2020 dan selesai November 2021. Total anggarannya berasal dari APBN senilai Rp 104 miliar.
Pasar tersebut terdiri dari tiga lantai. Di sana terdapat 306 kios, 2.190 los dan 250 lapak pelataran. Dalam bangunan baru tersebut, sudah disediakan pula sprinkler dan alat pemadam api pada sejumlah titik. Keberadaan alat-alat tersebut didasari pengalaman kebakaran sebelumnya.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Diana Kusumastuti menyampaikan, bangunan baru pasar berkonsep green building. Pemasangan exhaust fan menjadi salah satu upaya untuk menerapkan konsep tersebut. Guna mengatasi persoalan bisingnya mesin tersebut, menurut rencana, akan dilakukan pengaturan operasional mesin supaya tak mengganggu aktivitas jual beli di pasar.
”Penggunaan gedung berkonsep hijau ini awal-awal memang banyak komplainnya. Karena, dahulu penghuninya punya perilaku yang berbeda. Ini harus dibiasakan sambil kami cari solusi-solusi lainnya,” kata Diana.
Diana mengharapkan agar pada bangunan baru pasar tersebut segenap pedagang maupun pengunjungnya mau menjaga kebersihan. Pasar dibangun kembali memang untuk dipercantik menjadi pasar yang lebih bersih. Tanpa adanya kesadaran dalam menjaga kebersihan, pasar berpotensi besar kembali kumuh.
Sehubungan dengan kebersihan, lanjut Diana, pembuangan sampah masih menjadi persoalan. Pihaknya menyaksikan sampah pedagang membludak di lokasi pembuangan sementara di pasar tersebut. Tahap awal ini, hanya disediakan satu truk pengangkut. Ternyata, truk yang ada tidak cukup menampung semua sampah para pedagang.
”Sampah ini sebenarnya bisa dimanfaatkan. Misalnya, botol air mineral bisa dijadikan biji plastik, sedangkan bekas sayuran bisa dicacah lalu dibuat pupuk kompos. Ini ada nilai tambahnya,” kata Diana.
Temuan itu akan ditindak lanjuti dengan pembuatan tempat pengolahan sampah yang menerapkan konsep 3R (reduce, reuse, dan recycle). Ini sejalan dengan konsep ”hijau” yang diterapkan pada bangunan tersebut.