Paotere adalah pelabuhan ikan yang menjadi denyut nadi dan mata rantai ekonomi yang melibatkan banyak pelaku usaha dan pekerja. Paotere adalah muara sekaligus hulu bagi ikan dari laut hingga tersaji di meja makan.
Oleh
RENY SRI AYU
·5 menit baca
Menyebut Paotere dan Rajawali di Makassar, Sulawesi Selatan, berarti menyebut dua kawasan yang sekaligus menjadi nama pelabuhan pendaratan ikan (PPI) yang sibuk dan ramai sepanjang pagi hingga sore. Dari sinilah segala ikan didaratkan hingga kemudian berakhir di meja makan.
Jarum jam masih menunjukkan pukul 06.00 Wita, Rabu (12/1/2022), saat kesibukan di PPI Paotere yang berada di utara Kota Makassar sudah padat. Kendaraan yang menuju pelabuhan ikan berusia 30 tahun ini berjalan lambat. Tempat parkir di halaman tak mampu menampung kendaraan. Jalan di depan pelabuhan pun menjadi tempat parkir.
Di dalam area PPI, manusia berjejal berjalan lambat di antara tumpukan keranjang dan wadah berisi ikan. Sebagian ikan ditempatkan di atas terpal, bahkan lantai.
Sebagaimana lazimnya PPI, di Paotere pun sama, bangunan yang juga menjadi tempat transaksi, berbatasan langsung dengan laut. Di bagian belakang bangunan inilah kapal-kapal ikan bersandar.
Deretan kapal mengantre untuk merapat dan memindahkan muatan ikan ke PPI. Setiap kali kapal akan mendarat, serombongan remaja bergegas meloncat ke laut, berenang dan langsung naik ke kapal. Sebagian masuk ke lambung kapal dan sebagian berdiri di atas haluan. Ikan pun berpindah secara estafet dari satu orang ke orang lain hingga naik ke pelataran PPI.
Di pelataran, rombongan pemasok ikan dan pedagang sudah menunggu. Tak butuh waktu lama untuk tawar-menawar hingga ikan berpindah ke kendaraan, yang selanjutnya membawa ke rumah-rumah makan atau restoran besar. Sebagian tetap berada di PPI dan dijual kepada pedagang ikan keliling, pemilik warung makan kecil, hingga pengunjung yang membeli untuk keperluan pribadi.
Di antara pemasok ikan pagi itu ada Bachtiar (50). Dia sudah punya nelayan yang setiap hari memasok ikan untuknya. Selanjutnya Bachtiar pun memasok ikan yang dibelinya ke sejumlah rumah makan. Sebagian dijualnya di PPI. Ratusan ekor ikan besar sejenis lamuru dan cepa dia antar ke beberapa restoran setiap hari. Biasanya pemilik rumah makan tidak bergantung hanya pada satu pemasok, tapi beberapa.
”Beberapa rumah makan besar sudah langganan sama saya. Jadi saya sudah tahu ikan apa yang mereka butuhkan dan berapa banyak. Saya juga sudah punya beberapa pemasok tetap. Kecuali ada pesanan ikan tertentu yang tidak didapat pemasok saya, biasanya saya ambil ke nelayan lain,” katanya.
Mata rantai ekonomi
Paotere dan PPI Rajawali bukan sekadar pendaratan ikan. Di sinilah muara bagi ikan tangkapan nelayan dan di sini pula hulu bagi ikan-ikan yang kemudian hadir di meja makan di restoran maupun rumah-rumah warga.
Di tempat ini mata rantai ekonomi terus berputar dari nelayan, buruh angkut, penjual, pemasok, hingga anak-anak yang membantu orangtua mencari uang dengan bekerja sebagai pembersih ikan.
Pedagang sayur, arang, asam, garam, hingga beragam kebutuhan lain di sekitar PPI ikut menggantungkan harapan dari aktivitas di pelabuhan ini.
Rumah-rumah makan yang mempekerjakan banyak orang tentu juga bergantung dengan pasokan ikan dari kedua PPI ini. Di rumah-rumah makan besar maupun kecil di Makassar, ada pemasok sayur, cabai, tomat, beras, beragam bumbu, dan kelengkapan lain yang juga ikut mengandalkan putaran usahanya.
Setiap hari, sebanyak dua kali kapal-kapal ikan mendarat di Paotere, yakni pagi dan siang hari. Umumnya, ikan yang didaratkan pagi akan habis pada siang hari dan selanjutnya ikan yang didaratkan siang akan habis pada sore hari.
Pemasok ikan biasanya membawa ikan yang didaratkan pada pagi hari untuk keperluan rumah makan di waktu makan siang. Sebagian rumah makan kerap meminta pasokan lagi untuk persediaan saat makan malam tiba. Waktu ramai di warung-warung ikan di Makassar biasanya antara pukul 12.00-15.00. Selanjutnya pukul 19.00-21.00. Pendaratan ikan yang dua kali sehari ini turut membantu rumah makan menyediakan ikan segar.
”Biasanya tamu ramai saat waktu maka siang dan malam. Pemasok saya mengantar ikan setiap pagi. Kadang jika kurang saya tinggal menelepon. Beruntungnya karena ikan naik di pelabuhan dua kali sehari. Jadi untuk saya yang tidak pakai ikan beku, tertolong untuk tetap menyiapkan ikan segar,” kata Tawakkal, pemilik rumah makan Paotere.
Hal ini dibenarkan Arifin (45), salah satu pemasok ikan yang setiap hari ikut memenuhi kebutuhan ikan beberapa rumah makan di Makassar. Dia meneruskan usaha ayahnya yang sudah dirintis lebih 20 tahun lalu.
”Umumnya rumah makan yang saya pasok menyediakan ikan segar. Jadi saya mengantar ikan dua kali sehari, ikan yang naik pagi dan siang. Di Makassar juga banyak warung tenda yang menyajikan menu ikan dan hanya buka pada malam hari,” katanya.
Aktivitas Paotere memang nyaris tak pernah berhenti sepanjang pagi buta hingga menjelang malam. Sebagian tempat berjualan diisi orang berbeda antara pagi dan siang.
Di Sulawesi Selatan terdapat 14 PPI/TPI yang tersebar di kabupaten/kota. Salah satu yang ramai sekaligus mencatat produksi tinggi adalah PPI di Kota Makassar.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan mencatat, produksi perikanan laut yang didaratkan di 14 TPI/PPI di kabupaten/kota wilayah ini pada tahun 2019 mencapai 542.078.490 kilogram. Nilai produksinya Rp 1.170 miliar rupiah. Produksi tertinggi terdapat di Kota Makassar, yakni 177.248.880 kilogram dan menyumbang 32,70 persen produksi ikan Sulsel.
Pada tahun 2019, produksi perikanan laut yang dijual di setiap TPI di Sulsel rata-rata 121.184.860 kilogram setiap triwulan. Berdasarkan tingkat penjualan per TPI menurut kabupaten/kota, umumnya penjualan tertinggi terjadi di Kota Makassar, yaitu 42. 024.420 kilogram per tiga bulan. Sulawesi Selatan juga tercatat sebagai salah satu provinsi dengan konsumsi ikan cukup tinggi secara nasional, yakni lebih dari 54 kilogram per kapita per tahun.
Paotere memang tak sekadar pelabuhan pendaratan ikan. Tempat ini adalah legenda ikan di Makassar yang kini juga menjadi tempat wisata bagi siapa pun yang ingin mencuci mata melihat ikan-ikan segar dan aktivitas pendaratan ikan. Paotere adalah denyut nadi sekaligus mata rantai ekonomi yang menghidupkan ratusan rumah makan ikan yang menjadi salah satu ikon kuliner Makassar.