Bazar Art Purbalingga, Pesan Perdamaian dalam Keberagaman
Pameran seni budaya digelar di Kelenteng Hok Tek Bio Purbalingga. Pameran ini menawarkan semangat perdamaian di tengah keberagaman.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS — Pameran seni budaya bertema ”Indahnya Kebersamaan” digelar para seniman Cartoon Village Sidareja berkolaborasi dengan pelukis Chune Ebeg Mayong, di Aula Kelenteng Hok Tek Bio, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Jumat (14/1/2022) hingga Minggu (16/1/2022). Selain pameran lukisan, akan ditampilkan pula pergelaran wayang jemblung, kesenian ebeg atau kuda lumping, serta tari ujungan yang sarat makna tentang perdamaian di tengah keberagaman.
”Kami mendukung acara ini karena melambangkan persatuan, pluralisme. Kelenteng sebenarnya terbuka bagi siapa saja, tetapi memang mungkin bagi sebagian orang yang belum pernah masuk akan sungkan. Padahal, kami sangat terbuka untuk kegiatan sosial budaya,” kata Liem Ngan Min, perwakilan dari Kelenteng Hok Tik Bio Purbalingga, Jumat.
Liem menyampaikan, aula di kelenteng memang sengaja dibangun tiga tahun terakhir bagi kegiatan sosial masyarakat sekitar. Lewat acara Bazar Art ini, diharapkan semangat perdamaian dan pelestarian budaya tetap hidup di Purbalingga.
”Ini melambangkan kepedulian dengan budaya kita semua. Budaya Indonesia ini harus kita lestarikan bersama. Kalau kita tidak peduli, siapa lagi yang akan peduli,” tuturnya.
Pelukis Chune menambahkan, dirinya membuat empat lukisan bertema akulturasi budaya China dan Jawa di atas kanvas dengan cat akrilik. Lukisan tersebut berjudul ”Naga atau Liong”, ”Barongsai”, ”Etnis China Bermain Kuda Lumping”, dan ”Kebinekaan”.
”Kita sudah membaur dan menyatu sejak nenek moyang. Jadi, buat apa ada sekat-sekat perbedaan. Kita harus guyub dan rukun. Harus membangun budaya Indonesia lebih kuat dan kokoh. Negara akan kuat dan kokoh apabila budayanya lestari,” tutur Chune.
Pada lukisan berjudul ”Kebinekaan”, Chune menggambar dua anak kecil berboncengan naik sepeda. Di bagian depan, seorang anak keturunan etnis Tionghoa memakai baju warna merah memboncengkan anak etnis Jawa yang berpakaian beskap, jarik, dan blangkon. Sepeda itu dinaungi payung berwarna merah dan putih. ”Ini melambangkan payung Indonesia,” ujar Chune.
Inisiator Kieart Cartoon School, Slamet Santosa, menyampaikan, Bazar Art Purbalingga merupakan pertunjukan seni budaya yang dikolaborasikan dengan hasil karya seni pemuda-pemudi dari Cartoon Village Sidareja dan kolaborasi dengan karya seni Chune. Kegiatan ini jadi bentuk penghormatan terhadap keberagaman masyarakat Indonesia sesuai dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Desa kartun dan Kie Art Cartoon School diinisiasi oleh Slamet Santosa dan Gita Yohanna Thomdean pada September 2020. Desa dan sekolah kartun ini telah melahirkan enam kelompok pemuda seni, yang terdiri atas sekitar 60 orang.
Di Kie Kartun, mereka menekuni seni lukis, seperti sketsa, mural, dan melukis di kanvas. Kie Akustik mewadahi pencinta musik yang melahirkan Jingle Carton Village, sedangkan Kie Teater mendalami seni peran dan berlatih percaya diri di depan publik.
Selain menggelar pameran seni budaya di Purbalingga, komunitas ini juga pernah unjuk gigi di ”Pulau Dewata” untuk terus melestarikan budaya lokal di tingkat nasional, bahkan diharapkan bisa go international (Kompas.id, 13/12/2021).