Masuk Puncak Musim Hujan, Lebih dari 13.000 Warga Kalsel Terdampak Banjir
Memasuki puncak musim hujan, sejumlah kecamatan di Kabupaten Banjar dan Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, dilanda banjir. Lebih dari 13.000 warga terkena dampaknya dan masih tetap harus waspada.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Memasuki puncak musim hujan, sejumlah kecamatan di Kabupaten Banjar dan Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, dilanda banjir sejak Selasa (11/1/2022). Lebih dari 13.000 warga terdampak banjir. Warga diminta waspada hingga seminggu ke depan.
Berdasarkan rekapitulasi data bencana hidrometeorologi Dinas Sosial Provinsi Kalsel, Rabu (12/1/2022), banjir melanda Kecamatan Sungai Pinang, Telaga Bauntung, Pengaron, dan Kecamatan Simpang Empat di Banjar. Banjir juga merendam Kecamatan Batu Benawa, Haruyan, dan Kecamatan Barabai di Hulu Sungai Tengah.
Ketinggian air di sejumlah tempat itu bervariasi, mulai dari 10-200 sentimeter. Banjir mengakibatkan lebih dari 4.000 rumah terendam dan 13.763 warga terkena dampaknya.
Azidin Noor, operator radio dan pendataan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinas Sosial Kalsel menyampaikan, banjir terparah terjadi di Pengaron dengan ketinggian air mencapai 2 meter. Kondisinya hampir seperti saat banjir awal tahun 2021.
”Sebagian besar warga di sana tidak mau mengungsi. Mereka memilih bertahan dan tinggal di loteng rumah masing-masing,” katanya.
Untuk membantu warga di Pengaron dan sekitarnya, Dinas Sosial Kalsel mendirikan posko dapur umum di Simpang Empat. Petugas dari setiap desa yang terdampak banjir datang ke posko untuk mengambil jatah makanan bagi warganya.
”Hingga Rabu petang, kondisi air di Pengaron masih bertahan,” ujar Azidin.
Banjir di Pengaron dan sekitarnya disebabkan meluapnya Sungai Riam Kiwa akibat hujan lebat dalam beberapa hari terakhir. Sungai Riam Kiwa merupakan bagian hulu dari Sungai Martapura. Untuk saat ini, kondisi Sungai Martapura masih normal.
Kepala Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin Karmana menyampaikan, pada 11 Januari 2022 telah terjadi cuaca ekstrem, yakni hujan lebat disertai kilat dan angin kencang di Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah dan sekitarnya. Kejadiannya pada dini hari dan siang menjelang sore hari.
”Intensitas curah hujan ekstrem tercatat di Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin sebesar 110,2 milimeter. Curah hujan ini jika merujuk pada kategori hujan BMKG termasuk dalam kategori hujan sangat lebat,” katanya.
Menurut Karmana, cuaca ekstrem ini dipicu kondisi dinamika atmosfer di wilayah Kalsel yang labil. Adanya pergerakan suplai uap air dari Pasifik Timur ke Pasifik Barat (La Nina) serta suhu muka laut yang lebih hangat dari normalnya mengakibatkan aktivitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia, terutama di Kalsel menjadi lebih signifikan.
Selain itu, sirkulasi siklonik di Samudra Hindia selatan Jawa Timur dan di Australia bagian utara yang membentuk daerah pertemuan atau perlambatan kecepatan angin dan daerah pertemuan angin salah satunya terjadi di Kalsel. Kondisi iniberpotensi memupuk massa uap air dari Laut Jawa yang menyebabkan pertumbuhan awan-awan konvektif yang masif.
”Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Banjarbaru, secara umum bulan Januari 2022 merupakan puncak musim hujan di wilayah Kalsel sehingga potensi hujan secara masif masih akan sering terjadi pada bulan Januari,” tuturnya.
Hingga seminggu ke depan, lanjut Karmana, hampir seluruh wilayah Kalsel masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas yang bervariasi, dari ringan hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang. Potensi pasang surut maksimum juga masih cukup tinggi berkisar 2-2,5 meter di muara Sungai Barito dan Kotabaru.
”Masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak yang dapat ditimbulkan, seperti banjir, banjir rob, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang, dan jalan licin,” katanya.
Sekretaris Daerah Kalsel Roy Rizali Anwar juga sudah menyurati kepala pelaksana BPBD kabupaten/kota se-Kalsel guna mengantisipasi potensi dampak hujan lebat dan angin kencang di wilayah Kalsel.
”Kami minta bantuan dan kerja sama BPBD kabupaten/kota mengaktifkan posko siaga bencana untuk melaksanakan pemantauan, pengamatan lapangan, pelaporan, dan koordinasi penanganan operasional pada saat kejadian bencana,” katanya.