Tangani Kepulangan Ribuan Pekerja Migran, Kepri Butuh Alat Deteksi Omicron
Ratusan pekerja migran terdeteksi positif Covid-19 di Batam, Kepulauan Riau. Untuk mempercepat deteksi Covid-19 varian Omicron pada pelaku perjalanan luar negeri, Pemprov Kepri membutuhkan bantuan alat deteksi khusus.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Ada ratusan pekerja migran yang positif Covid-19 dan menjalani isolasi di Batam, Kepulauan Riau. Untuk mempercepat deteksi Covid-19 varian Omicron, Pemerintah Provinsi Kepri membutuhkan alat SGTF atau S gene target failure.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kepri, Tjetjep Yudiana, Senin (10/1/2021), mengatakan, Kepri belum memiliki alat SGTF yang diperlukan untuk mendeteksi Omicron. Selama ini, sampel usap para pekerja migran harus dikirim ke Jakarta untuk dianalisis dengan whole genome sequencing (WGS).
”Sesuai pembicaraan dengan Kementerian Kesehatan dua hari lalu, pemerintah pusat akan segera memberikan alat SGTF untuk Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Batam. Saat ini, kami sedang mempersiapkan sumber daya manusia untuk mengoperasikan alat itu,” kata Tjetjep saat dihubungi.
Menurut dia, hingga 10 Januari, pasien positif Covid-19 di Kepri tinggal 17 orang dan tidak ada yang harus menjalani perawatan di rumah sakit. Selain itu, ia juga memastikan belum ada satu pun kasus Omicron ditemukan di Kepri.
Meski demikian, Kepri menghadapi persoalan terkait penanganan karantina ribuan pekerja migran yang pulang dari Singapura atau Malaysia melalui Batam. ”Setiap hari ada saja temuan pekerja migran yang positif (Covid-19), bahkan pernah sampai 70 orang dalam satu hari,” ujar Tjetjep.
Setiap hari ada saja temuan pekerja migran yang positif (Covid-19), bahkan pernah sampai 70 orang dalam satu hari. (Tjetjep Yudiana)
Secara terpisah, Ketua Subsatuan Tugas Khusus Pemulangan Pekerja Migran Indonesia Daerah Pelintasan Batam Letnan Kolonel Sigit Dharma Wiryanto mengatakan, saat ini ada 353 pekerja migran yang diisolasi di RS Khusus Infeksi Covid-19 Pulau Galang, Batam. Adapun jumlah pekerja migran yang menjalani karantina secara terpusat dan mandiri sebanyak 790 orang di Batam.
Terkait hal itu, Tjetjep mengatakan, Pemprov Kepri dan Pemkot Batam sebenarnya ingin lama karantina pekerja migran dikurangi dari ketentuan 10 hari agar penumpukan di tempat karantina bisa dikurangi. Pada saat yang sama, pemerintah daerah tengah mencari solusi agar tempat karantina yang padat itu tidak berkembang menjadi sumber penularan baru.
Pada 6 Januari lalu, Gubernur Kepri Ansar Ahmad meminta satgas penanganan Covid-19 nasional tidak memasukkan pekerja migran yang positif Covid-19 ke dalam data perkembangan Covid-19 daerah Kepri. Sebelumnya, karena data pekerja migran dan warga biasa digabungkan, status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Batam dinaikkan menjadi level 2.
Padahal, sepanjang Januari 2021, kasus Covid-19 di Batam hanya bertambah delapan orang. Maka, seharusnya Batam cukup memberlakukan PPKM level 1 seperti enam kabupaten/kota lainnya di Kepri.