Warga Windunegara, Banyumas, Digemparkan oleh Kemunculan Macan
Seekor harimau diduga muncul di areal perkebunan warga di Desa Windunegara, Wangon, Banyumas, Jawa Tengah, sepekan terakhir. Warga resah dan berharap hewan buas itu bisa ditangkap.
Oleh
·4 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Warga Grumbul Kepetek, Desa Windunegara, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, digemparkan oleh kemunculan binatang buas yang diduga macan. Sepekan terakhir, terdengar aumannya di malam hari dan salah seorang warga melihat sosok macan berwarna cokelat kehitaman saat mencari rumput di kebun.
”Kemarin kejadian sekitar pukul 15.00 saat saya cari rumput. Ada seperti bayangan, tetapi warnanya cokelat meloncat ke parit. Saya penasaran, mencoba mendekat dan saya lempar batu, lalu bunyi mengaum jelas suara macan,” kata Tawin (41), warga Desa Windunegara, Rabu (5/1/2022).
Tawin mengatakan, sosok hewan besar itu ukurannya sebesar kambing. Saat itu, Tawin sedang bersama kedua orangtuanya. Mereka biasa ke kebun untuk merawat tanaman singkong dan kacang tanah. ”Suaranya besar sekali, saya sangat ketakutan dan gemetar,” kata Jariyah (64) ibunda Tawin.
Lokasi tempat Tawin melihat sosok macan pada Selasa (4/1/2022) sore itu berjarak sekitar 1 kilometer dari permukiman warga. Tempatnya berada di lereng bukit yang ditanami sengon dan jati. Di bawahnya terdapat sejumlah tanaman singkong, kacang tanah, dan burus atau kecombrang.
Untuk menjangkaunya, warga perlu berjalan kaki meniti lereng yang licin dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. ”Di dekat kebun ada hutan, tapi itu hutan pinus. Jaraknya sekitar 2 kilometer dari permukiman,” katanya.
Sekitar 100 meter di atas parit tempat Tawin melihat sosok macan itu, terdapat pula jejak yang diduga jejak kaki macan dengan diameter sekitar 10 sentimeter. Di situ terdapat sejumlah cekungan bekas jari-jari kakinya. ”Ini kemarin ada beberapa jejak, sekarang tinggal satu. Lainnya sudah tergerus air hujan,” tutur Tawin sambil menunjukkan jejak di kebun singkong.
Atas peristiwa itu, Tawin mengharapkan hewan buas itu dapat ditangkap. ”Saya berharap hewan itu bisa ditangkap karena jadi takut jika cari rumput sendiri ke kebun,” ujarnya.
Saya berharap hewan itu bisa ditangkap karena jadi takut jika cari rumput sendiri ke kebun. (Tawin)
Kepala Dusun III Desa Windunegara Sugeng Riyanto menyampaikan, pihaknya mendapatkan laporan mengenai auman macan sejak seminggu terakhir. ”Auman terdengar di atas pukul 00.00 malam, sekitar pukul 01.00 atau pukul 02.00. Lalu kemarin ada warga yang melihatnya secara langsung saat mencari rumput,” kata Sugeng.
Sugeng mengatakan, pada periode 2000-2002, warga di desanya juga pernah melihat sosok macan di kawasan perbukitan Kepetek Gunung. Pada 2020, ada warga yang juga mendengar auman macan dan ada pula ditemukan jejak kakinya.
Fenomena itu kembali muncul pada tahun ini. ”Kemungkinan binatang itu terusik oleh adanya perburuan celeng yang kian marak. Biasanya orang-orang mencari celeng atau babi hutan secara bergerombol dengan sejumlah anjing liar,” ujarnya.
Menurut Sugeng, pihak desa sudah membuat laporan ke dinas terkait seperti kecamatan dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk menindaklanjuti teror harimau ini. ”Saat ini, sebagai antisipasi, warga kembali menghidupkan ronda malam,” tuturnya.
Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Desa (Babinsa) Windunegara, Bripka Rachmad Aziz, mengimbau warga supaya tetap waspada dan tenang karena pihaknya bersama Babinsa setempat akan berjaga dan menyisir kawasan perkebunan itu. ”Kami juga mengimbau kepada warga supaya jangan sendiri bepergian ke kebun. Setidaknya pergi ke kebun dua orang,” katanya.
Pemerhati konservasi karnivora, Munawar Kholis, saat dihubungi mengatakan, di Jawa, harimau jawa sudah punah dan yang ada tinggal macan tutul. Macan tutul itu, antara lain, memiliki dua jenis warna, satu adalah kuning totol hitam dan hitam semua. Diperkirakan apa yang muncul di Wangon adalah macan tutul dan termasuk satwa yang dilindungi.
Menurut Munawar, sosok hewan buas ini harus diidentifikasi terlebih dahulu jenis dan jumlahnya serta ditakar seberapa dalam konflik terhadap warga sekitar. Biasanya jika macan tutul betina membawa serta anaknya, satwa ini hanya secara temporer muncul ke tepian hutan untuk menghindari serangan dari macan jantan. Setelah 1-2 pekan, biasanya satwa ini akan kembali lagi masuk ke dalam hutan sehingga tidak perlu ditangkap atau dihalau saja.
”Skala konfliknya harus dilihat dulu. Tidak semua kasus penampakan harus ditangkap,” tutur Munawar yang pernah menjabat sebagai Koordinator Forum Harimau Kita.
Meskipun demikian, lanjut Munawar, untuk menghindari konflik atau serangan kepada ternak warga, sebaiknya kandang kambing atau ayam warga dipindahkan terlebih dahulu ke tempat aman atau dipasangi kawat berduri supaya macan tidak mendekat. Jika memang terpaksa ditangkap, nantinya dibutuhkan tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang akan menangkapnya dengan tembakan bius atau kandang jebak.
”Macan tutul ini tidak ada sejarah atau catatan dia menyerang orang. Kecuali dia memang terpojok, masuk ke dalam rumah dan terkepung. Jadi kemungkinan yang jadi mangsa adalah ternak, bisa kambing, ayam, atau bebek. Kalau mau diamankan, bagusnya ternak dipindahkan dulu dari lokasi itu sambil dipantau ,” tuturnya.
Kepala Resor Konservasi Wilayah Cilacap BKSDA Jateng Dedi Rusyanto seperti dikutip Antara, mengatakan, pihaknya belum menerima permintaan resmi dari aparat desa setempat terkait keluhan warga itu, namun pihaknya akan meneruskan ke pimpinan agar mendapat surat tugas untuk menyelidiki keberadaan binatang itu.
”Selama ini belum pernah ada informasi tentang keberadaan satwa liar ini. Makanya kami akan mengecek kebenaran informasi itu,” kata Dedi.