Nilai Ekspor Komoditas Pertanian Sumsel Meningkat 51 Persen
Nilai dan volume ekspor komoditas pertanian Sumatera Selatan meningkat signifikan dibandingkan tahun 2020 lalu. Hal ini terjadi setelah kasus pandemi Covid-19 di Sumsel mereda. Perbaikan kualitas kini menjadi prioritas.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Nilai dan volume ekspor komoditas pertanian dari Sumatera Selatan meningkat signifikan dibandingkan tahun 2020. Ke depan, program hilirisasi komoditas pertanian harus diperkuat guna memberikan nilai tambah untuk kesejahteraan warga.
Hal ini mengemuka dalam Pelepasan Gebyar Ekspor Komoditas Pertanian Sumsel, Kamis (30/12/2021), di Palembang. Dalam acara itu diekspor sebanyak 16.610 ton komoditas pertanian asal Sumsel ke 14 negara senilai Rp 244,4 miliar. Komoditas ekspor itu seperti kelapa sawit dan turunannya, karet, kelapa bulat, kayu lapis, dan maggot, komoditas baru asal Ogan Ilir.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Palembang Hafni Zahara mengungkapkan, setelah pandemi melandai, perekonomian daerah kian menggeliat. Hal itu ikut mendongkrak peningkatan nilai dan volume komoditas ekspor.
Sepanjang tahun 2021, komoditas ekspor asal Sumsel mencapai 1.476.021 ton atau meningkat 169 persen dibandingkan tahun sebelumnya, 548.199 ton. Nilai ekspornya juga mencapai Rp 9,8 triliun atau meningkat 51 persen dibandingkan tahun sebelumnya, Rp 6,5 triliun.
Peningkatan ini, lanjut Hafni, seiring target pemerintah pusat untuk meningkatkan jumlah ekspor di setiap pintu masuk ekspor di Indonesia, termasuk Sumsel. Target yang ingin dicapai tahun depan adalah tiga kali lipat dibandingkan pencapaian tahun ini. ”Pelepasan ekspor ke depan akan dilakukan pada bulan Maret, Agustus, dan Desember 2022,” katanya.
Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama dari setiap instansi untuk mengembangkan komoditas ekspor dari hulu ke hilir. Tujuannya, menggali potensi komoditas ekspor baru sehingga komoditas ekspor unggulan asal Sumsel kian beragam.
Hafni mencontohkan, warga Ogan Ilir yang telah berupaya mengekspor maggot ke Singapura. ”Tentu Sumsel memiliki banyak sumber daya alam potensial yang bisa diekspor,” ujar Hafni.
Ke depan, dia berharap, Pelabuhan Laut Dalam Tanjung Carat dapat segera berdiri sehingga dapat menambah semangat pelaku usaha melakukan ekspor. ”Komoditas unggulan dapat dikirim lewat Sumsel, tidak lagi dari pelabuhan daerah lain,” kata Hafni.
Gubernur Sumsel Herman Deru berharap semua pelaku dan pemangku kepentingan harus bersinergi meningkatkan potensi komoditas ekspor. ”Hilangkan rasa ego sektoral. Semua harus satu visi menuju kesejahteraan bersama,” katanya.
Selain itu, perlu ada edukasi hingga ke akar rumput agar tahu bagaimana mengelola kekayaan sumber daya alamnya sehingga layak ekspor. Dia mencontohkan, tanaman kelapa seharusnya bisa digunakan mulai dari buah, kopra, batok, sabut, daun, hingga batang. Saat ini, masih banyak yang menjual hanya dalam bentuk kelapa bulat.
”Lebih aneh adalah dari total luasan kelapa di Sumsel yang sekitar 30.000 hektar, sampai sekarang tidak ada pabrik pembuat keset,” ujarnya.
Contoh lain, di Pagar Alam ada kelompok masyarakat yang mulai membudidayakan pala. Namun, pala itu hanya digunakan untuk kebutuhan domestik. Padahal, pala memiliki potensi besar untuk diekspor.
Komoditas yang paling potensial adalah beras. ”Tentu semua harus mengacu pada kualitas yang sesuai dengan standardisasi ekspor,” kata Herman.
Jika hal ini bisa diterapkan, Herman optimistis kesejahteraan masyarakat bisa meningkat. Menurut dia, kekayaan sumber daya alam belum tergarap secara optimal karena tingkat kemiskinan di Sumsel masih tinggi.
”Peran pemerintah daerah memanfaatkan anggaran untuk kesejahteraan masyarakat sangat penting. Termasuk, meningkatkan kemampuan agar dapat menciptakan inovasi meningkatkan keragaman komoditas ekspor melalui hilirisasi produk,” ujarnya.
Wakil Kapolda Sumsel Brigadir Jenderal (Poli) Rudi Setiawan mengatakan, kejahatan terkait komoditas ekspor di Sumsel mengalami tren peningkatan. Dia mencontohkan beberapa kasus pencurian tandan sawit.
”Pelaku ekonomi pun mulai dari petani, UMKM, dan eksportir diharapkan tidak ragu melapor jika mengalami tindak kejahatan ketika sedang menjalankan aktivitas ekonominya,” kata Rudi.