Akhir Tahun, Okupansi Hotel di Cirebon Diprediksi Meningkat
Tingkat keterisian kamar hotel di Kota Cirebon, Jawa Barat, diperkirakan meningkat pada libur akhir tahun 2021. Meski demikian, jumlah okupansi belum mencapai target sebelum pandemi Covid-19.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Tingkat keterisian kamar hotel di Kota Cirebon, Jawa Barat, diprediksi meningkat saat libur akhir tahun 2021. Selain penerapan protokol kesehatan, hotel juga menyiapkan acara tahun baru. Meski demikian, jumlah okupansi belum mencapai target sebelum pandemi Covid-19.
Di Hotel Metland Cirebon, misalnya, pengunjung mulai memesan kamar untuk malam Tahun Baru 2022. ”Saat ini yang pesan sudah 50 persen dari sekitar 98 kamar. Masih ada lima hari untuk tambah pengunjung,” ujar General Manager Hotel Metland Cirebon Martino Yuda, Senin (27/12/2021).
Yuda optimistis masih bisa menambah hingga 30 persen penghuni kamar sehingga okupansi hotel diperkirakan mencapai 80 persen saat akhir tahun. Sebab, pola konsumen dua tahun terakhir lebih banyak memesan kamar langsung di tempat atau on the spot.
Pada periode tahun lalu, okupansi di Metland tercatat 70 persen. Sebelum pandemi Covid-19, katanya, pemesanan kamar hotel sudah dilakukan dua pekan menjelang malam Tahun Baru. ”Dulu okupansinya bisa 100 persen,” ucapnya.
Apalagi, sebelum pandemi, hotel bisa merayakan acara Tahun Baru. Sementara, kini, pemerintah melarang perayaan Tahun Baru untuk mencegah penyebaran Covid-19. Kendati demikian, pihaknya tetap menggelar acara promo makan malam dengan batas waktu tertentu.
Pihaknya pun menjamin protokol kesehatan berjalan saat malam Tahun Baru. ”Mau Tahun Baru atau tidak, kami pasti menjalankan protokol kesehatan sesuai sertifikat CHSE. Sudah ada pengalaman dua tahun terakhir ini,” lanjutnya.
Sertifikat CHSE atau kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan ramah lingkungan diberikan kepala pelaku, destinasi, dan produk pariwisata. Sertifikat itu diharapkan bisa meyakinkan wisatawan terkait kebersihan hingga kesehatan di lokasi wisata.
Penerapan protokol kesehatan, misalnya, dilakukan dengan mewajibkan penghuni hotel memakai masker, mendaftar di aplikasi Peduli Lindungi, hingga menyemprotkan disinfektan ke sepatu tamu hotel. Pembersihan rutin pun dilakukan di hotel.
Selain mengadaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi, pihaknya juga melakukan sejumlah penyesuaian. Misalnya, penghematan penggunaan listrik hingga pelatihan karyawan. ”Sampai saat ini, belum ada pengurangan jumlah karyawan,” ungkapnya.
Agus Kusmawan dari Divisi Keanggotaan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Cirebon memprediksi, tingkat keterisian hotel di Kota Cirebon pada libur akhir tahun ada di kisaran 70 persen. ”Banyak yang sudah memesan hotel. Kami berharap jumlahnya bertambah lagi,” ungkapnya.
Di tahun terakhir, pandemi Covid-19 memukul sekitar 70 hotel di Cirebon. Pada Juli-Agustus 2021, misalnya, PHRI Kota Cirebon mencatat tingkat keterisian hotel hanya 20 persen. Itu bertepatan dengan puncak kedua gelombang penularan Covid-19 dan pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat.
Pada Juli-Agustus 2021, misalnya, PHRI Kota Cirebon mencatat tingkat keterisian hotel hanya 20 persen. Itu bertepatan dengan puncak kedua gelombang penularan Covid-19.
Pelaksana Tugas Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon Hanry David mengatakan, pemantauan protokol kesehatan di hotel terus dilakukan. ”Kami rutin mengecek jalannya protokol kesehatan dan aplikasi Peduli Lindungi. Kami juga sudah rapat bersama pelaku usaha hotel,” ujarnya.