Kapal Pengangkut Kelapa Tenggelam di Bima, Empat Awak Hilang
KM Motor Cahaya Ilahi mengalami kecelakaan dan tenggelam di perairan Pulau Sangeang, Kabupaten Bima, NTB. Satu awak kapal selamat dan empat lainnya masih dalam pencarian.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
WOHA, KOMPAS — Kapal Motor Cahaya Ilahi bermuatan kelapa tenggelam setelah dihantam badai di utara Pulau Sangeang, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Rabu (22/12/2021) malam. Satu awak kapal ditemukan selamat dan empat lainnya masih hilang.
Kepala Kantor SAR Mataram Nanang Sigit PH di Mataram, Kamis (23/12/2021), mengatakan, informasi tentang kecelakaan tersebut diperoleh dari Kepala Desa Sangiang. ”Informasi yang kami terima, kapal yang membawa lima awak itu bertolak dari Sabaru, Sulawesi Selatan. Kapal itu hendak menuju Pelabuhan Darussalam, Bima,” katanya.
Menurut Nanang, saat melintas di kawasan perairan Pulau Sangiang sekitar pukul 20.00 Wita, KM Cahaya Ilahi dihantam badai hingga tenggelam. Kapal itu dinakhodai Mansyur (45).
”Satu awak berhasil diselamatkan oleh warga Pulau Sangiang. Empat lainnya belum ditemukan,” ujar Nanang. Awak yang berhasil diselamatkan itu adalah Mansyur.
Nanang mengatakan, Kantor SAR Mataram telah menerjunkan tim penyelamatan dari Pos SAR Bima untuk mencari empat awak yang belum ditemukan. Mereka menggunakan rigid inflatable boat (RIB).
Anggota Staf Humas Kantor SAR Mataram, I Gusti Lanang Wiswananda, menambahkan, pencarian difokuskan di sekitar Pulau Sangeang. Saat ini, cuaca di lokasi terpantau hujan dengan ketinggian gelombang 0,5-1 meter.
Kepala Desa Sangiang A Rasyid H Imran, saat dihubungi dari Mataram, membenarkan bahwa salah satu awak kapal yang ditemukan tersebut adalah Mansyur, nakhoda kapal. Ia ditemukan di pinggir pantai Pulau Sangeang sedang berada di atas rakit.
”Kondisinya lemas sehingga langsung dibawa ke Desa Sangiang menggunakan perahu,” kata Rasyid. Begitu tiba di Desa Sangiang, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, nakhoda kapal itu langsung dibawa ke Puskesmas Tawali Wera untuk menjalani perawatan.
Berulang kali
Kecelakaan kapal di kawasan perairan Pulau Sangeang bukan sekali ini terjadi. Berdasarkan data Kompas, pada Agustus 2014, kapal pesiar yang membawa 27 orang, termasuk awak kapal, juga tenggelam di perairan tersebut.
Kapal itu berangkat dari Labuhan Lombok, Lombok Timur, NTB, menuju Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Dari seluruh awak dan penumpang kapal itu, sepuluh orang dapat diselamatkan.
Kemudian, pada 2019, KM Dharma yang akan menuju Kalabahi, NTT, juga mengalami kecelakaan di sana. Empat penumpang kapal tersebut ditemukan dalam kondisi selamat.
Selain itu, pada Agustus 2020, Kapal Tug Boat Immanuel Wahana Gemilang Samudera Raya 3 hilang kontak di perairan Pulau Sangeang. Hingga operasi pencarian selesai, sepuluh dari dua belas awak belum ditemukan.
Sejauh ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengimbau pengguna dan operator jasa transportasi laut, nelayan, dan masyarakat yang beraktivitas di wilayah pesisir untuk mewaspadai gelombang tinggi. Ketinggian gelombang diperkirakan dapat mencapai lebih dari dua meter.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid, M Alfiansyah Pradana, dalam rilisnya menjelaskan, kondisi ini diperkirakan berlangsung sepanjang 23-25 Desember 2021. Gelombang tinggi yang perlu diwaspadai tersebut adalah di Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, Samudra Hindia selatan NTB, perairan utara Sumbawa, dan Selat Sape bagian selatan.