Cegah Omicron, Kaltara Tes Berlapis Pekerja Migran dari Malaysia
Pemprov Kalimantan Utara melakukan tes usap hidung dan tenggorokan berlapis bagi para pekerja migran Indonesia yang dipulangkan dari Malaysia.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara melakukan tes usap hidung dan tenggorokan berlapis bagi para pekerja migran Indonesia yang dipulangkan dari Malaysia. Ini untuk menekan potensi penularan Covid-19 varian Omicron melalui PMI yang terus dipulangkan selama pandemi.
Juru Bicara Satgas Pengendalian Covid-19 Kaltara Agust Suwandy menjelaskan, pemulangan PMI dari Tawau, Malaysia, ke Pelabuhan Tunon Taka Nunukan terus berlangsung. Sekali pemulangan, kapal laut bisa membawa 200-350 PMI. Mereka dipulangkan karena tak berdokumen, habis masa kerja, hingga sudah tak memiliki pekerjaan.
”Ketika baru datang, mereka dites usap antigen di pelabuhan. Selanjutnya, mereka diantar ke tempat karantina. Sebelum masuk tempat karantina, para PMI dites PCR,” ujar Agust, dihubungi dari Balikpapan, Rabu (22/12/2021).
Sesuai peraturan, orang dari luar negeri yang masuk ke Indonesia harus langsung dikarantina selama 10 hari. Menjelang hari ke-10, para PMI dites PCR untuk terakhir kali. Jika hasilnya negatif, mereka bisa langsung dipulangkan ke daerah masing-masing.
Dalam dua bulan terakhir, Satgas Covid-19 Kaltara menjumpai tujuh sampel tes usap yang dicurigai sebagai varian Omicron. Itu terlihat dari nilai CT yang di bawah 25. Namun, sampel itu tak bisa langsung diuji laboratorium dan diketahui hasilnya secara langsung.
Sebab, kata Agust, Nunukan hanya memiliki alat pemeriksaan tes usap reaksi berantai polimerase (PCR). Untuk melacak varian Covid-19, sampel perlu diuji dengan metode whole genome sequencing (WGS) di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta.
Hasil uji laboratorium itu baru bisa diketahui 2-4 minggu setelah pengiriman. Agust menjelaskan, Pemprov Kaltara sudah menyampaikan kepada pemerintah untuk memprioritaskan daerah perbatasan seperti Kaltara. Ia berharap hasil uji laboratorium bisa diterima lebih cepat. ”Sebab, kalau ada kasus Omicron, harus dipisahkan dengan pasien lain agar tak menyebar,” ujar Agust.
Selain pemulangan melalui jalur resmi yang difasilitasi pemerintah, sejumlah PMI juga ditemukan masuk ke Indonesia melalui jalur tak resmi. Camat Krayan, Kabupaten Nunukan, Heberli menyebutkan, setidaknya ada 400 PMI yang masuk ke Krayan sejak Juli 2021.
Para PMI itu tak bisa langsung dikarantina sesuai protokol kesehatan. Setelah dites antigen, para PMI ditampung sementara di rumah kayu di samping Bandara Yuvai Semaring Long Bawan. Mereka harus terbang ke Pulau Nunukan untuk menjalani karantina.
Masalahnya, wilayah Krayan hanya bisa dijangkau dengan pesawat perintis yang jumlah penerbangannya terbatas. Belum lagi penerbangan kerap tertunda karena cuaca hujan atau mendung. ”Jadi, para PMI memang harus menunggu untuk diterbangkan ke Krayan. Namun, Satgas Covid-19 di Krayan memfasilitasi dengan konsumsi tiga kali sehari dan melarang mereka berkeliaran selama belum dapat pesawat,” kata Heberli.
Kepala Pos Imigrasi Long Bawan Efta Daud menjelaskan, para PMI yang dipulangkan melalui Bandara Yuvai Semaring masuk melalui Kecamatan Krayan Barat dan pos perbatasan di Long Midang, Krayan. Sebelum diterbangkan ke Pulau Nunukan, petugas melakukan pendataan dokumen apa saja yang dimiliki dan riwayat mereka selama di Malaysia.
”Selama pandemi Covid-19 kami harus bekerja keras. Sebab, PMI yang pulang melalui Krayan lebih banyak dibanding sebelum pandemi,” ujar Efta.