Mencari Jejak Keris Melayu yang Hilang lewat Konservasi
Berbagai upaya konservasi dilakukan untuk menelusuri jejak keris Melayu yang hilang. Keris Melayu pernah mengalami kejayaan luar biasa seiring dengan kemakmuran kesultanan-kesultanan Melayu.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
Berbagai upaya konservasi terus dilakukan untuk menelusuri jejak keris Melayu yang hilang. Keris Melayu, sebagai bagian dari keris Sumatera, pernah mengalami kejayaan luar biasa seiring dengan kemakmuran kesultanan-kesultanan Melayu dengan berkembangnya perkebunan. Namun, saat ini tidak banyak yang mengungkap bahwa keris berasal dari Sumatera.
”Kita sebetulnya kehilangan jejak sejarah keris Melayu. Sudah dua tahun kami mencari jejak keberadaan dapur dan empu keris Melayu, tetapi sama sekali tidak menemukannya,” kata Ketua Serikat Nasional Keris Indonesia Sumut Ichwan Azhari dalam Pameran Pusaka Semenda Melayu, di Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/12/2021).
Pameran itu memajang sekitar 150 keris di sebuah rumah panggung kayu yang menyerupai rumah adat Melayu. Sekitar 80 persen merupakan keris Sumatera dan sisanya dari Jawa, Bali, Lombok, Kalimantan, dan daerah lainnya. Pameran semakin terasa Melayu karena sejumlah pengunjung yang hadir dalam pameran memakai pakaian adat Melayu dilengkapi tengkuluk Melayu.
Ichwan, yang juga sejarawan Universitas Negeri Medan, mengatakan, penelusuran jejak sejarah keris Sumatera sangat penting untuk merunut jejak keris Nusantara secara keseluruhan. Menurut Ichwan, tidak banyak yang mengungkap bahwa keris berasal dari Sumatera lalu berkembang di Jawa dan Bali.
Namun, keris Sumatera akhirnya redup dan kehilangan jejak. Sementara, keris Jawa masih berkembang hingga saat ini. Dapur keris dan empu pembuat keris Jawa hingga kini masih banyak.
Ichwan mengatakan, keris bermetamorfosis dari kadga yang berasal dari India. Selama ini, replika kadga ada di Museum Sonobudoyo di Yogyakarta. Namun, temuan terbaru penggalian di situs Bongal di Tapanuli Tengah juga menemukan kadga yang diperkirakan lebih tua yakni dari sekitar abad ke-enam.
”Temuan itu sekaligus menguatkan bahwa kontak tertua kebudayaan Nusantara dengan India ada di Sumatera. Situs Bongal juga lebih tua 300 tahun dari Barus,” kata Ichwan.
Kadga lalu bermetamorfasis menjadi keris Sumatera selama lebih dari 1.300 tahun. Orang Sumatera mendesain keris sesuai dengan jiwa Sumatera.
Kadga lalu bermetamorfasa menjadi keris Sumatera selama lebih dari 1.300 tahun. (Ichwan Azhari)
Ichwan mengatakan, ada dua episode penting perkembangan keris Melayu. Episode pertama adalah kejayaan keris Melayu seiring dengan berkembangnya kesultanan-kesultanan Melayu di Sumatera Utara. ”Semua kesultanan Melayu dari Langkat hingga Kota Pinang punya keris-keris dengan nilai seni tinggi dengan berlian dan emas,” kata Ichwan.
Episode kedua adalah periode kehilangan keris Melayu pada peristiwa pembantaian dan penjarahan benda-benda seni budaya Melayu pada 1946. Sejak saat ini, keris Melayu kehilangan jejaknya. Tidak ada lagi dapur dan empu keris Melayu.
Konservasinya keris Melayu pun kini mendesak dilakukan karena semakin banyak kolektor dari Malaysia yang berburu keris Melayu. ”Malaysia ingin sekali menjadi pusat peradaban Melayu dunia,” kata Ichwan.
Ahli keris Sumatera, Wisnu Wijaya, yang juga menjadi Ketua Pameran Pusaka Semenda Melayu, mengatakan, keris Sumatera digunakan sebagai simbol status sosial para sultan dan bangsawan. ”Pameran ini saya harapkan menjadi momentum untuk konservasi dan edukasi untuk masyarakat tentang keris Sumatera,” kata Wisnu.
Wisnu mengatakan, sebagian besar keris itu adalah kepunyaan kolektor Rudi Oei, termasuk rumah panggung itu. Keberadaan koleksi keris Sumatera itu sangat penting karena saat ini tidak ada lagi dapur keris atau empu pembuat keris Sumatera. Keris-keris itu adalah jejak terakhir keris Sumatera.
Kepala Dinas Kebudayaan Pemerintah Kota Medan OK Zulfi mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi pameran kebudayaan Melayu itu. ”Pameran kebudayaan Melayu sangat jarang dilakukan. Ini sangat penting untuk membangkitkan kebudayaan Melayu,” kata Zulfi.