KKB Kembali Bakar Dua Sekolah di Pegunungan Bintang
Kelompok Lamek Taplo membakar dua sekolah di Kabupaten Pegunungan Bintang pada Selasa ini. Total sudah sembilan sekolah dibakar kelompok tersebut dalam beberapa bulan terakhir.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kelompok kriminal bersenjata pimpinan Lamek Taplo membakar dua sekolah di Distrik Serambakon, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Selasa (14/12/2021). Dua sekolah ini adalah SMP dan SD Negeri Serambakon.
Kepala Kepolisian Resor Pegunungan Bintang Ajun Komisaris Besar Cahyo Sukarnito, saat dihubungi dari Jayapura, membenarkan informasi pembakaran dua sekolah di Distrik (Kecamatan) Serambakon.
Ia mengungkapkan, kelompok Lamek Taplo diduga membakar terlebih dahulu SMP Negeri Serambakon di Kampung Wambakon sekitar pukul 09.00 WIT. Sebelum aksi pembakaran, terjadi kontak tembak antara kelompok Lamek dan aparat TNI-Polri pada pukul 08.30 WIT.
Kemudian, aparat Polres Pegunungan Bintang kembali mendapatkan laporan pembakaran SD di Serambakon sekitar pukul 13.00 WIT. Aparat keamanan pun mengevakuasi warga setempat dari Kampung Wambakon.
”Aparat keamanan di Kampung Wambakon telah mengevakuasi sekitar 100 warga ke gereja Katolik setempat sambil terus siaga hingga kini,” kata Cahyo.
Ia memaparkan, ada dua motif di balik pembakaran sekolah di Serambakon. Pertama, kelompok Lamek Taplo sengaja membakar fasilitas sekolah untuk memprovokasi aparat keamanan. Mereka akan menyerang aparat keamanan saat tiba di lokasi sekolah yang dibakar.
Sengaja menghambat
Motif kedua, Cahyo menilai KKB sengaja menghambat peningkatan sumber daya manusia di Pegunungan Bintang. Tujuannya agar KKB lebih mudah mempropaganda warga untuk bergabung dengan mereka.
Total sudah sembilan sekolah yang dibakar kelompok kriminal bersenjata sejak September hingga Desember ini. Sembilan sekolah ini tersebar di tiga distrik.
Aparat keamanan di Kampung Wambakon telah mengevakuasi sekitar 100 warga ke gereja Katolik setempat sambil terus siaga hingga kini. (Cahyo Sukarnito)
Diketahui, Pegunungan Bintang termasuk 17 kabupaten di Papua dengan status Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) pada tahun 2020 rendah karena angkanya di bawah 60. Angka IPM Pegunungan Bintang hanya 45,44.
”Aksi mereka sengaja untuk menghambat pelayanan pendidikan bagi anak-anak setempat. Anggota kami kesulitan untuk menjangkau ke lokasi itu karena belum memiliki kendaraan antipeluru,” ungkap Cahyo.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Wilayah Papua Frits Ramandey menyesalkan insiden pembakaran sekolah di Pegunungan Bintang. Ia pun menyatakan aksi ini telah merampas hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan.
”Perbuatan para pelaku tidak sesuai prinsip dasar yang menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia. Anak-anak yang tidak bersalah menjadi korban tidak dapat bersekolah akibat aksi ini,” kata Frits.
Sebby Sambom selaku juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka yang diklaim sebagai KKB mengaku, pihaknya bertanggung jawab atas segala aksi teror di Pegunungan Bintang sepanjang tahun ini.
Ia menyebut aksi itu sebagai peringatan agar warga non-asli Papua di Pegunungan Bintang segera meninggalkan daerah tersebut. Pihaknya pun meminta adanya dialog yang melibatkan pihak netral untuk menentukan masa depan Papua.
Sebby menegaskan, pihaknya akan terus menyerang fasilitas publik, warga non-Papua, dan aparat keamanan di Pegunungan Bintang.
”Aksi ini diperintahkan oleh Lamek Taplo dan wakilnya, Enos Alolmabin. Kami memperingatkan semua warga pendatang agar segera meninggalkkan Pegunungan Bintang,” kata Sebby.