Jelang Natal, Empat Anggota JI Ditangkap di Sumsel
Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap empat terduga teroris di wilayah Sumsel. Mereka ditengarai merupakan anggota jaringan Jamaah Islamiyah di wilayah Sumatera Selatan. Ini merupakan bentuk pengamanan jelang Natal.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap empat terduga teroris di wilayah Sumatera Selatan. Mereka ditengarai merupakan anggota jaringan Jamaah Islamiyah atau JI di wilayah Sumatera Selatan.
Penangkapan ini merupakan pengembangan dari kasus terorisme yang telah diungkap sebelumnya. Tindakan ini juga merupakan upaya pengamanan jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2022.
Keempat terduga teroris tersebut adalah AI, FA, dan EA, ketiganya warga Palembang, dan AR yang merupakan warga Kota Lubuklinggau. ”Sejumlah barang bukti disita dan keempatnya langsung dibawa ke DKI Jakarta untuk menjalani pemeriksaan lanjutan,” kata Kepala Bidang Humas Polda Sumsel Komisaris Besar Supriadi, Senin (13/12/2021), di Palembang.
Dalam pemeriksaan, diketahui mereka berempat merupakan anggota dari jaringan JI yang ada di Sumatera Selatan. Adapun penangkapan ini merupakan pengembangan kasus yang sudah diungkap sebelumnya di Jakarta.
Sebelum ditangkap, pengintaian terhadap mereka telah dilakukan selama empat bulan. Namun, mengenai motifnya, Supriadi enggan mengatakannya. ”Semua hasil pemeriksaan masih dikembangkan Detasemen Khusus 88 Antiteror,” tutur Supriadi.
Penangkapan itu juga merupakan upaya pengamanan jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2022 di Sumatera Selatan. Terorisme memang menjadi salah satu ancaman di masa akhir tahun, selain risiko penularan Covid-19, kemacetan, kecelakaan, dan bencana alam.
Terorisme memang menjadi salah satu ancaman di masa akhir tahun, selain risiko penularan Covid-19, kemacetan, kecelakaan, dan bencana alam.
Oleh karena itu, ujar Supriadi, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk turut serta berperan aktif mengamankan daerahnya agar tidak disusupi aktivitas terorisme. ”Jika ada kegiatan mencurigakan, jangan segan melaporkan ke pihak berwajib,” ucap Supriadi.
Sebelumnya, Senin (30/11), polisi juga menangkap satu terduga teroris di Palembang yang juga merupakan anggota jaringan JI.
Melihat situasi itu, Polda Sumsel pun meningkatkan pengamanan agar umat Kristiani dapat beribadah dengan khusuk. Langkah antisipasi yang dilakukan, kata Supriadi, hampir sama seperti tahun sebelumnya, yakni pembangunan posko keamanan dan penempatan petugas di 572 gereja di Sumsel. Selain untuk menjaga keamanan lingkungan gereja, petugas khususnya tim gegana juga akan melakukan sterilisasi sebelum ibadah Natal dimulai.
Dalam Rapat Koordinasi Lintas Sektoral dalam Rangka Percepatan Vaksinasi dan Kesiapan Pengamanan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, Senin (13/12), Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengapresiasi langkah tegas dan cepat dari pihak kepolisian yang menangkap keempat terduga teroris tersebut. Menurut dia, langkah itu penting agar Sumsel tetap menjadi daerah yang aman bagi setiap warganya.
Selain di tempat ibadah, dirinya berharap pengamanan juga dilakukan di sejumlah fasilitas publik. Apalagi, pada setiap perayaan Natal, ujar Herman, ada kebiasaan bagi umat Nasrani untuk melakukan silaturahmi dengan saudaranya tidak hanya di satu kota, bahkan ke kota lain. ”Tentu hal ini harus menjadi perhatian bersama agar perayaan Natal dan Tahun Baru di Sumsel dapat berlangsung aman,” tuturnya.
Selain ancaman terorisme, Sumsel juga masih dihantui dengan ancaman pandemi Covid-19 yang masih melanda. ”Memang, dari jumlah kasus, Sumsel sudah jauh menurun. Namun, jangan sampai ada daerah yang lalai,” katanya menegaskan.
Berdasarkan pengalaman, biasanya setelah hari raya, baik Idul Fitri maupun Natal, dan Tahun Baru, akan ada peningkatan kasus. ”Jangan sampai pengalaman tersebut terulang lagi,” ujarnya.
Apalagi, saat ini virus varian baru Covid-19 Omicron sudah masuk ke 72 negara. ”Inilah yang harus menjadi perhatian semua pihak,” ucap Herman.
Ketua DPRD Sumatera Selatan Anita Noeringhati mengatakan, pengamanan jelang Natal dan Tahun Baru tentu harus ditingkatkan sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah kepada warganya. ”Jangan ada diskriminasi,” ujarnya. Langkah ini juga penting untuk meredam kemungkinan adanya konflik di tengah masyarakat.