Pagar Kejut Diperbaiki, Konflik Gajah dan Manusia di Bener Meriah Mereda
Gajah liar itu masuk ke permukiman warga karena ada kabel kejut yang putus, diduga dipotong seseorang. Kabel kejut atau ”power fencing” dipasangi di area hutan berbatasan dengan warga untuk mencegah gajah masuk ke desa.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·2 menit baca
SIMPANG TIGA REDELONG, KOMPAS — Konflik Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatrensis) dengan manusia di Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, untuk sementara mereda. Gajah liar telah dihalau kembali ke kawasan hutan dan pagar kejut telah diperbaiki.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto, Minggu (12/12/2021), mengungkapkan, untuk sementara konflik gajah di kawasan itu sudah bisa ditangani. Tim bekerja keras selama lebih dari tiga pekan untuk menghalau gajah liar kembali ke hutan.
”Konfliknya sudah mereda. Namun, proses penggiringan kelompok gajah tersisa masih dilakukan,” kata Agus.
Gajah liar itu masuk ke permukiman warga karena ada kabel kejut yang putus, diduga dipotong oleh seseorang. (Agus Arianto)
Sekelompok gajah liar masuk ke perkebunan dan permukiman warga di Desa Seni Antara dan Blang Rakal, Kecamatan Pintu Rime Gayo sejak pertengahan November. Akibatnya, tanaman petani rusak, 16 pondok kebun ambruk, dan puluhan warga mengungsi.
Agus mengatakan, gajah liar itu masuk ke permukiman warga karena ada kabel kejut yang putus, diduga dipotong oleh seseorang. Kabel kejut atau power fencing dipasang di area hutan berbatasan dengan permukiman warga untuk mencegah gajah masuk ke kampung. Kabel kejut itu bermuatan listrik tegangan rendah dengan tujuan memberikan efek kejut bagi gajah.
Pemasangan kabel kejut dianggap solusi jangka pendek mencegah konflik gajah dengan manusia di koridor Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan. DAS Peusangan merupakan salah satu habitat gajah sumatera yang menghubungkan tiga kabupaten, yakni Bener Meriah, Bireuen, dan Aceh Tengah. Kelompok gajah liar mendiami sepanjang aliran sungai Peusangan.
Namun, aktivitas perkebunan dan perambahan di dalam kawasan hutan memicu gajah menjelajah hingga ke perkampungan. Konflik gajah di Bener Meriah masif terjadi sejak 2012.
Masih ada beberapa gajah soliter yang berada di kawasan perkebunan, tim terus siaga, jika gajah itu mendekati perkampungan segera kami halau. (Syahrul Riza)
Ketua Conservation Respons Unit (CRU) Peusangan Syahrul Riza mengatakan saat ini masih ada kawanan gajah liar di kawasan perkebunan. Timnya terus berusaha menggiring menggunakan mercon.
”Masih ada beberapa gajah soliter yang berada di kawasan perkebunan, tim terus siaga, jika gajah itu mendekati perkampungan segera kami halau,” kata Syahrul.
Syahrul mengatakan, saat ini belum semua desa yang berbatasan dengan hutan dipagari dengan kabel kejut. Artinya, potensi gajah liar masuk ke perkampungan masih ada. Gajah termasuk hewan pintar yang selalu berusaha mencari cara untuk menemukan jalur jelajah baru.
”Kami juga terus mempelajari jalur jelajah mereka sehingga lokasi penempatan power fencing tepat,” kata Syahrul.
Sebelumnya Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh Muhammad Nur mengatakan, strategi mencegah konflik dengan kabel kejut dan pembuatan barrier (parit pembatas) tidak berdampak besar. Menurut Nur, penyelesaian harusnya dari hulu ke hilir, yakni dari pemulihan habitat gajah, penegakan hukum, dan pencegahan konflik.