Tunggu Situasi Aman, PVMBG Belum Rekomendasikan Rehabilitasi Kawasan Terdampak Erupsi Semeru
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum merekomendasikan proses rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan terdampak erupsi Semeru. Bahaya erupsi sekunder masih mengancam melalui alur Besuk Kobokan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Gunung Semeru di Jawa Timur tidak lagi memuntahkan guguran awan panas dalam dua hari terakhir. Namun, bahaya erupsi sekunder masih mengancam. Oleh sebab itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi belum merekomendasikan proses rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan terdampak erupsi dilakukan dalam waktu dekat.
Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih meneliti secara intens aktivitas Semeru serta daerah terdampak erupsi awan panas di Kabupaten Lumajang, Jatim, dalam dua pekan ke depan. Sementara proses evakuasi korban tetap berjalan. Tim evakuasi diimbau tetap waspada dan menghindari alur lembah dan sungai yang berhulu di puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut.
”Proses rehabilitasi dan rekonstruksi menunggu situasi aman. Kami pantau dulu dalam dua minggu ke depan,” ujar Kepala PVMBG Andiani melalui konferensi pers daring, Jumat (10/12/2021).
Erupsi Semeru yang disertai guguran awan panas dan banjir lahar melanda kawasan sekitarnya, Sabtu (4/12/2021). Jarak luncur awan panas mencapai 11 kilometer dari puncak melalui alur Besuk Kobokan.
Awan panas masih terjadi hingga Selasa (7/12/2021). Namun, sejak Rabu hingga Jumat pukul 12.00 belum terpantau guguran awan panas. Guguran lava teramati di alur Besuk Kobokan dengan jarak luncur 100-400 meter. Jaraknya lebih pendek dibandingkan dengan sehari sebelumnya, mencapai 700 meter.
Akan tetapi, Andiani mengingatkan bahaya erupsi sekunder masih mengancam. Saat hujan lebat, material panas yang terendap akan bergerak melalui alur sungai sehingga harus dihindari tim evakuasi dan masyarakat.
Gunung Semeru masih berstatus Waspada atau Level II sejak Mei 2012. Masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak dan 5 km dari bukaan kawah di sektor tenggara-selatan.
”Kegempaan masih fluktuatif. Sepanjang 2021 terjadi rata-rata 25 kali erupsi eksplosif per hari dan menghasilkan batuan berukuran abu hingga kerikil yang sebarannya terkonsentrasi di sekitar puncak,” ujarnya.
PVMBG juga akan memperbarui peta kawasan rawan bencana Semeru. Peta tersebut ditargetkan rampung sebelum 25 Desember 2021. Peta ini diharapkan menjadi acuan dalam memanfaatkan kawasan di sekitar gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut tersebut.
Koordinator Kelompok Mitigasi Gunung Api PVMBG Kristianto mengatakan, hujan diprediksi masih mengguyur kawasan sekitar Semeru dalam dua pekan ke depan. Oleh karena itu, masyarakat diimbau mewaspadai potensi banjir lahar.
”Jika ada sukarelawan atau warga berada di sekitar alur sungai, ini akan berbahaya. Sebab, material yang melalui saluran sungai berpotensi penuh dan meluber,” katanya.
Kristianto menuturkan, ancaman erupsi sekunder terjadi saat air hujan dari puncak bercampur dengan material panas di alur Besuk Kobokan. Bahkan, jaraknya terpantau mencapai 12 km dari puncak, Kamis.
”Kondisi itu menyebabkan kepulan asap yang berjalan sepanjang alur sungai. Seolah-olah seperti awan panas, padahal erupsi sekunder,” ucapnya.
Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Kamis, erupsi Semeru telah merenggut 43 jiwa, 21 orang luka berat, 12 orang hilang. Sementara 6.542 warga mengungsi ke 125 lokasi.