Rumah Warga Disiapkan untuk Lokasi Pengungsian Gunung Merapi
Pemerintah Kabupaten Magelang berupaya menambah lokasi pengungsian Merapi dengan menyiapkan rumah-rumah warga. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan tempat akibat aturan jaga jarak prokes Covid-19.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menyiapkan rumah-rumah warga sebagai alternatif tempat pengungsian ancaman erupsi Gunung Merapi. Langkah mitigasi tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan tempat akibat aturan pencegahan kerumunan mengurangi penularan Covid-19.
”Rumah-rumah warga menjadi pilihan tempat mengungsi tercepat karena berlokasi lebih dekat dibandingkan dengan TEA (tempat evakuasi akhir),” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edi Wasono, Jumat (10/12/2021).
Instruksi menyiapkan rumah warga sebagai tempat pengungsian tersebut, menurut dia, sudah disampaikan kepada setiap pemerintah desa. Saat ini, rumah-rumah yang siap menerima pengungsi juga mulai didata.
Saat ini, sebagian rumah warga yang disiapkan sebagai tempat pengungsian adalah rumah-rumah berjarak 10-11 kilometer dari Gunung Merapi. Adapun 38 TEA yang telah disiapkan di Kabupaten Magelang berjarak sekitar 20 kilometer dari puncak Merapi.
Untuk sekitar 53.000 warga yang menghuni kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi, Pemkab Magelang sebenarnya telah menyiapkan 38 TEA. Namun, Edi mengatakan, penambahan lokasi pengungsian tetap perlu dilakukan mengantisipasi kondisi tidak terduga, misalnya luncuran awan panas, seperti terjadi di Gunung Semeru.
Di sisi lain, penambahan lokasi pengungsian perlu disiapkan karena di tengah situasi pandemi, tingkat hunian dalam ruang pengungsian dibatasi hanya sekitar 50 persen. Ruang yang dihuni oleh satu keluarga pengungsi pun dibuat bersekat atau berjarak dari keluarga lain.
Hingga saat ini, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) belum mengeluarkan rekomendasi bagi warga untuk mengungsi. Kendati demikian, Edi mengatakan, berbagai upaya mengantisipasi dampak bencana erupsi dinilai sudah perlu dilakukan karena selama tiga bulan terakhir guguran lava selalu terpantau cenderung mengarah ke arah barat daya atau Kabupaten Magelang. Beberapa hari terakhir, luncuran awan panas juga terekam mengarah ke Kali Bebeng di wilayah Kabupaten Magelang.
Dengan mempertimbangkan arah luncuran awan panas yang saat ini cenderung ke Kali Bebeng, upaya antisipasi dan penyiapan tempat pengungsian lebih difokuskan bagi warga Kecamatan Srumbung. Untuk kebutuhan 18.678 warga dari kecamatan tersebut, saat ini sedikitnya telah disiapkan sedikitnya 14 TEA, dan nantinya akan ditambah oleh rumah-rumah warga.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Magelang Adi Waryanto mengatakan, saat ini masih tersedia anggaran belanja tak terduga sekitar Rp 5 miliar untuk membiayai berbagai kebutuhan terkait dengan penanganan bencana, termasuk bencana erupsi Gunung Merapi. Anggaran tersebut bisa digunakan untuk beragam keperluan, termasuk untuk aktivitas pengungsian.
Camat Salam Wiharyanto mengatakan, lima desa di Kecamatan Salam nantinya akan menerima pengungsi dari empat desa di Kecamatan Srumbung. Dalam pembicaraan sebelumnya, beberapa desa juga sudah menyatakan siap menyediakan rumah-rumah warga sebagai tambahan tempat pengungsian.
”Biasanya kebutuhan memakai rumah warga sebagai lokasi pengungsian dibicarakan bersama antardusun, baik yang akan mengungsi maupun yang menjadi lokasi pengungsian,” ujarnya.
Sementara itu, sekalipun Gunung Merapi sempat terpantau intens mengeluarkan guguran lava dan luncuran awan panas, Ahmad Muslim, salah seorang perangkat Desa Srumbung, Kecamatan Srumbung, mengatakan, kondisi warga di Desa Srumbung tetap tenang dan tidak panik.
Sejak aktivitas vulkanik Gunung Merapi meningkat pada November 2020, menurut dia, warga terus waspada dan siap jika sewaktu-waktu harus mengungsi. Salah satu persiapan adalah dengan menyiapkan satu tas berisi berbagai kebutuhan di tempat pengungsian hingga surat-surat berharga.