Pengungsi Semeru Diimbau Tak Tergesa Kembali ke Rumah demi Keselamatan
Masyarakat korban awan panas guguran Semeru yang tinggal di pengungsian diminta mematuhi arahan pemerintah untuk bertahan di pengungsian dan tidak tergesa-gesa kembali ke rumah sebelum kondisinya benar-benar aman.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Masyarakat korban awan panas guguran Semeru yang tinggal di pengungsian diminta mematuhi arahan pemerintah untuk bertahan di pengungsian dan tidak tergesa-gesa kembali ke rumah sebelum kondisinya benar-benar aman. Wacana relokasi permukiman yang tertimbun material vulkanik mulai digulirkan.
Pemerintah Provinsi Jatim menggelar doa bersama untuk korban bencana awan panas guguran (APG) Gunung Semeru, Senin (6/12/2021) malam. Acara yang berlangsung di kantor Kepala Desa Pasirian, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, tersebut diikuti ratusan pengungsi, tokoh masyarakat, dan sukarelawan.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, doa bersama digelar untuk mendoakan korban meninggal dan hilang akibat bencana awan panas guguran yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021). Selain itu, mendoakan warga yang sedang dirawat di rumah sakit agar lekas sembuh serta mereka yang berada di pengungsian agar diberikan kesabaran, ketabahan, dan kekuatan menghadapi ujian.
”Semoga mereka yang meninggal dalam kejadian ini husnul khotimah dan mendapat ampunan serta tempat terbaik di sisi Allah SWT. Korban yang hilang bisa segera diketemukan, yang dirawat lekas sembuh, dan yang mengungsi sabar, tabah, serta kuat,” ujar Khofifah dalam pernyataan resminya, Selasa (7/12/2021).
Khofifah meminta masyarakat penyintas bencana erupsi Semeru mengikuti arahan petugas dan tetap bertahan sementara di pengungsian hingga kondisinya dipastikan aman. Jangan tergesa kembali ke rumah karena aktivitas vulkanik Gunung Semeru masih berstatus Waspada, bahkan erupsi masih terus terjadi.
Menurut mantan Menteri Sosial ini, pihaknya sangat memahami, kondisi tinggal di pengungsian yang tidak senyaman saat berada di rumah sendiri. Meski demikian, Khofifah memohon agar pengungsi bersabar untuk sementara waktu. Pemerintah provinsi dan daerah memedulikan nasib warga terdampak bencana terutama kebutuhan dasar mereka.
Pemprov Jatim terus berupaya mengoordinasikan atau menyinergikan seluruh sumber daya untuk percepatan penanganan dampak awan panas guguran Gunung Semeru. Salah satunya, memastikan semua kebutuhan para pengungsi terpenuhi dengan baik dan tepat sasaran.
Khofifah mengatakan, Pemprov Jawa Timur bersama Pemkab Lumajang telah mewacanakan merelokasi rumah warga yang tertimbun material vulkanik gunung api. Mereka juga telah mengomunikasikan wacana tersebut kepada BNPB dan kementerian terkait. Langkah itu diambil karena relokasi membutuhkan lahan yang cukup luas.
”Setelah lahannya ada, Kementerian PUPR bersama pemprov, pemkab, dan BNPB akan membangun rumah warga. Saat ini diusulkan pada lahan milik Perhutani. Intinya, sebisa mungkin tidak jauh dari lokasi awal yang rawan,” ucap Khofifah.
Sementara itu, bantuan untuk korban bencana mulai disalurkan. Salah satunya, uang duka untuk para ahli waris sebesar Rp 10 juta per orang. Namun, dalam kesempatan itu, penyaluran bantuan masih bersifat simbolis karena proses pencarian dan evakuasi yang masih berjalan.
Masih terkait bantuan, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi membantu dengan mengirimkan kendaraan berat, puluhan personel, dan barang kebutuhan logistik. Jumlahnya sebanyak 55 personel dengan rincian dari BPB Linmas 17 personel, Dinas PMK 24 personel, satpol PP 11 personel, dan Dinsos 3 personel.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Irvan Widiyanto mengatakan, untuk kendaraan berat yang dikirimkan adalah dua unit truk, satu unit truk dapur umum, dua unit truk tangki air (WTS), tiga unit truk pemadam, satu unit skywalker, satu unit bronto skylift 44, dan tiga unit pikap.
”Yang paling penting juga kami membawa bantuan logistik untuk para korban erupsi Gunung Semeru,” ujar Irvan.
Setelah lahannya ada, Kementerian PUPR bersama pemprov, pemkab dan BNPB akan membangun rumah warga.
Bantuan logistik itu, di antaranya mi instan 60 karton, biskuit 17 karton, dan selimut 200 lembar. Meski telah mengirimkan bantuan, Pemkot Surabaya juga membuka posko untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan.