Penerbangan untuk Membuka Akses Blora yang ”Magak”
Blora dikenal sebagai kawasan yang ”magak” alias tanggung secara transportasi. Jauh dari jalur pantai utara Jawa dan jalur selatan. Cap itu hilang berkat pembukaan penerbangan Jakarta-Cepu pada akhir November 2021.
Oleh
Ilham Khoiri
·4 menit baca
Bisa dibilang, Blora, Jawa Tengah, selama ini merupakan daerah yang ”magak” alias tanggung dari sisi transportasi. Penerbangan Jakarta-Cepu sejak akhir November lalu diharapkan membuka akses lebih cepat untuk wilayah ini.
”Ke pasar membeli tomat, jangan lupa beli sapu. Para penumpang yang terhormat, selamat datang di Cepu.” Pantun ini disampaikan seorang pramugari begitu pesawat ATR72-600 mendarat dengan mulus di Bandara Ngloram, Cepu, Blora, Jawa Tengah, Jumat (26/11/2021) siang. Mendengar pantun tersebut, sontak 60-an penumpang yang terbang dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pagi itu bertepuk tangan.
Para penumpang, yang sebagian besar mempunyai ikatan emosional dengan kawasan Jawa Tengah bagian timur itu, bergegas turun dari pesawat dengan wajah semringah. Di bawah, para penari memainkan tari seni barong dengan topeng warna-warni. Penyambutan cukup istimewa karena ini adalah penerbangan perdana rute langsung Jakarta-Cepu.
”Penerbangan selama 1 jam 15 menit lancar, hanya angin agak kencang saat pesawat mau mendarat,” kata pilot pesawat, Kapten Benny Marthyatoro, di sela-sela penyambutan.
Sejak siang itu, penerbangan rute baru tersebut dibuka dua kali sepekan, yaitu setiap Jumat dan Senin. Bupati Blora Arief Rohman, yang sengaja ke Jakarta demi mencicipi penerbangan perdana balik ke kampung halamannya itu, tak henti tersenyum.
”Ini hasil kerja bersama. Akhirnya tercapai juga mimpi terbang di atas Cepu,” kata Arief saat syukuran penerbangan perdana di aula kedatangan bandara. Dia menyebut banyak pihak yang mendukung terwujudnya impian itu, seperti pemerintah provinsi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), serta masyarakat luas.
Bagi warga setempat, momen itu membuka sejarah. Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Nur Isnin Istiartono, yang juga turut serta dalam penerbangan perdana, Bandara Ngloram, Cepu, sempat aktif pada tahun 1970-an sampai 1980-an untuk memenuhi kebutuhan khusus, terutama terkait kegiatan perminyakan atau Pertamina. Setelah itu, fasilitas tersebut tidak berfungsi lagi. ”Sekarang, Bandara Ngloram menjadi bandara umum untuk semua masyarakat. Ini sejarah. Semoga bermanfaat,” katanya.
Blora, yang berada di bagian timur Provinsi Jawa Tengah, selama ini merupakan daerah yang magak alias tanggung secara transportasi. Posisi daerah ini berada di tengah, tidak tersentuh jalur darat pantai utara Jawa ataupun jalur selatan. Jalur pesawat terbang juga tidak mudah karena dua bandara terdekat, Bandara Adi Soemarmo Solo dan Bandara Ahmad Yani Semarang, juga lumayan jauh. Dari Blora, dua bandara itu berjarak 130-an kilometer dengan waktu tempuh 3 jam lebih.
Kondisi itu turut menghambat laju perkembangan kabupaten itu. Dibandingkan dengan daerah-daerah tetangganya dalam satu provinsi, Blora memang termasuk lambat tumbuh. Lihat saja data Badan Pusat Statistik Provinsi (BPS) Jawa Tengah. Jumlah penduduk miskin di daerah itu pada tahun 2021 tercatat 107,700 jiwa atau 12,39 persen dari total penduduknya. Dari 35 kabupaten/kota di provinsi Jateng, Blora nangkring pada nomor ke-13 dari bawah dalam tingkat kemiskinan. Daerah ini pun masuk zona merah.
Kenyataan itu agak memprihatinkan mengingat daerah itu memiliki kekayaan alam yang bahkan dikenal dan dieksploitasi sejak zaman kolonial. Blora mempunyai sumber minyak, terutama di Cepu dan sekitarnya. Di situ juga terdapat Politeknik Energi dan Mineral Akamigas (PEM Akamigas) yang meluluskan ribuan alumnus setiap tahun.
Blora adalah juga penghasil kayu jati berkualitas unggul. Hingga kini, 49 persen wilayahnya masih berupa hutan. Pertanian dan peternakan, terutama sapi, juga menggeliat. Menurut data pemda setempat, populasi sapi di kabupaten itu pada tahun 2020 mencapai 267.193 ekor. Itu adalah terbesar di Jateng dan nomor dua di tingkat nasional.
”Tapi, kami masih sulit bergerak cepat karena posisi kami itu magak atau tanggung secara transportasi,” kata Arief saat berbincang di rumah dinas bupati, Jumat malam.
Penerbangan langsung Jakarta-Cepu diharapkan membuka akses lebih cepat ke kawasan tersebut. Tak hanya Blora, penerbangan itu juga memberi manfaat bagi kawasan sekitarnya yang juga jauh dari bandara, seperti Pati dan Rembang (Jawa Tengah), serta Bojonegoro dan Tuban (Jawa Timur).
Kepala Bandara Dewadaru Karimun Jawa Ariadi memngungkapkan, untuk mendukung lalu lintas pesawat komersial, Bandara Ngloram kini memiliki landasan pacu sepanjang 1.500 meter. Pesawat jenis ATR 72 Seri 600 atau jet privat biasa leluasa terbang atau mendarat di situ. ”Bandara ini memenuhi syarat dan kelengkapan standar penerbangan yang baik,” katanya.
Dengan potensi manfaat yang diperoleh bagi masyarakat kawasan Jateng bagian timur dan Jatim bagian tengah, pasar untuk rute penerbangan Jakarta-Cepu akan berkembang. Namun, Eko B Supriyanto, pengusaha kuliner sekaligus jurnalis senior, yang turut dalam penerbangan perdana Jakarta-Cepu mengingatkan, Blora perlu berbenah dan mengembangkan diri sehingga menarik bagi investor untuk menanamkan modal dan berbisnis di kawasan itu. Rute baru tersebut tak cukup mengandalkan orang-orang yang ingin klangenan tilik kampung atau para pejabat daerah yang mondar-mandir untuk kepentingan dinas.
”Blora harus menarik orang untuk datang dan berbinis di sini,” katanya di sela jamuan makan malam di rumah dinas bupati Blora.