Beroperasi Komersial, Bandara Ngloram demi Kemajuan Kawasan
Bandara Ngloram diharapkan dapat mendongkrak perekonomian di Blora. Selain Cepu yang diyakini bakal kian berkembang sebagai pusat migas, Blora terbuka pada investasi di bidang lain.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
BLORA, KOMPAS — Setelah puluhan tahun tak aktif, Bandara Ngloram di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, beroperasi untuk penerbangan komersial pada Jumat (26/11/2021). Bandara itu diharapkan mendongkrak perekonomian kawasan, yakni ujung timur Jateng dan bagian barat Jawa Timur.
Bandara Ngloram melayani penerbangan rute Halim Perdanakusuma (Jakarta)-Ngloram dan sebaliknya, oleh maskapai Citilink, dengan pesawat ATR 72-600. Puluhan penumpang ikut dalam penerbangan perdana (Halim-Ngloram) pada Jumat, termasuk Bupati Blora Arief Rohman dan Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Nur Isnin Istiartono.
Arief mengatakan, Bandara Ngloram diharapkan dapat mendongkrak perekonomian di Blora. Selain Cepu yang diyakini bakal kian berkembang sebagai pusat migas, Blora juga terbuka pada investasi di bidang lain. Selain itu, sektor pariwisata juga terus dipacu. Peluang tumbuh pun akan maju dengan kian terbukanya aksesibilitas menuju Cepu dan Blora.
Akan tetapi, ia menekankan bahwa keberadaan Bandara Ngloram ialah untuk kepentingan kawasan, termasuk daerah-daerah di sekitar Blora, antara lain Rembang (Jateng), Bojonegoro, Tuban, dan Ngawi (Jawa Timur).
”Ini soal kawasan karena bagaimanapun Blora tidak bisa sendiri. Kami sudah berkomunikasi dengan daerah-daerah sekitar dan responsnya sangat baik. Bojonegoro juga akan membangun jembatan ke Ngloram. Ini semua untuk mendukung transportasi, bersama dengan pemerintah provinsi dan pusat,” ujar Arief.
Pendaratan pesawat di Ngloram pada Jumat juga pertama kalinya untuk komersial. Sebelumnya, bandara dikhususkan mendukung industri minyak dan gas di Cepu dan sekitarnya serta puluhan tahun tidak aktif.
Pada 2018, aset milik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral itu dialihkan ke Kementerian Perhubungan untuk dijadikan bandara umum. Bandara lalu dibangun Kemenhub, bekerja sama dengan Pemprov Jateng dan Pemkab Blora, hingga akhirnya mulai beroperasi Jumat (26/11/2021) atau setelah tak aktif sekitar 34 tahun.
Bandara Ngloram kini memiliki landas pacu sepanjang 1.500 meter dengan lebar 30 meter. Sementara terminal bandara seluas 2.800 meter persegi dengan ditopang tiang-tiang yang menjulang serta menyerupai tegakan jati, yang menjadi ciri khas Blora. Sebelum akhirnya beroperasi komersial, sejumlah penerbangan uji coba juga telah dilakukan di bandara tersebut.
Apabila sudah ramai, banyak yang bisa dikembangkan. Potensi desa akan terus kami gali secara optimal.
Nur Isnin Istiartono mengemukakan, pekerjaan rumah berikutnya adalah melengkapi fasilitas penunjang agar semakin optimal dalam pelayanan, termasuk konektivitas bandara dengan Stasiun Kapuan yang berjarak hanya sekitar 1,5 km.
”Ini, kan, bertahap. Untuk pengembangan sendiri butuh lahan. Pada aspek keamanan, misalnya. Tadi setelah landing lalu masuk taxiway, sebelahnya, kan, sudah pagar. Jadi, perlu perluasan. Ini sudah standar, tetapi butuh pengembangan agar lebih nyaman. Pemerintah pusat akan terus bersinergi dengan pemprov, pemkab, dan masyarakat,” jelasnya.
Adapun penerbangan Citilink Halim-Ngloram dan sebaliknya melayani penumpang dua kali dalam sepekan, yakni Jumat dan Senin. Nur mengatakan, penambahan jadwal hingga rute lain akan bergantung pada permintaan (demand).
Libatkan warga
Kepala Desa Ngloram Diro Benny Susanto berharap, Ngloram tak hanya sekadar dikenal sebagai nama bandara. Namun, masyarakat juga dapat ikut terlibat dalam pengembangannya. Misalnya, dengan lebih banyak melibatkan warga setempat, khususnya Cepu, dalam pekerjaan pembangunan.
Meski demikian, ia optimistis, beroperasinya Bandara Ngloram bakal berimbas pada peningkatan kesejahteraan warga setempat. ”Apabila sudah ramai, banyak yang bisa dikembangkan. Potensi desa akan terus kami gali secara optimal. Sementara ini, kan, dari Ngloram yang terkenal hanya lontong opor,” ucap Diro.
Salah seorang penumpang, Wahyu Juliarto (30), mengatakan, beroperasinya Bandara Ngloram untuk umum menjadi hal yang ditunggu-tunggu. Selama ini, setiap ia hendak ke Jakarta untuk bertemu rekan-rekannya, hanya ada pilihan jalur darat, baik kendaraan pribadi maupun kereta api. Namun, perjalanan itu memakan waktu lama karena pasti melewati Semarang dulu.
Ia pun berharap akan ada penambahan rute agar tak hanya dari dan ke Jakarta. ”Dengan demikian, aksesibilitas menuju daerah-daerah lain semakin terbuka. Selama ini, kan, jauh ke mana-mana. Saya juga berharap jalan akses menuju Ngloram diperbaiki karena jalan-jalannya masih rusak, juga sempit,” ujar Wahyu.
Setiaji (55), pengojek daring asal Desa Nglanjuk, Cepu, berharap Bandara Ngloram semakin berkembang. ”Dulu ada angkot dari Cepu (kota) ke Ngloram, tetapi sudah lama enggak ada karena sepi penumpang. Semoga nanti ramai, jadi transportasi hidup lagi, termasuk ojek-ojek online,” katanya.