Dalam kunjungan kerja ke Bali, Sabtu dan Minggu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Nyonya Wury bermalam di Wisma Negara, Istana Tampaksiring. Ada pesan yang disampaikan dari jembatan persahabatan di istana tersebut.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
Jembatan persahabatan di Istana Tampaksiring, Bali, menghubungkan Wisma Merdeka dan Wisma Negara. Jembatan persahabatan ini sangat ikonik sebab melambangkan persahabatan Indonesia dengan negara-negara lain.
Presiden Soekarno biasa mengantarkan tamu negaranya dari Wisma Merdeka ke Wisma Negara, tempat kepala negara sahabat tersebut beristirahat. Wisma Merdeka memang dibangun untuk tempat tinggal Presiden Indonesia, sedangkan Wisma Negara diperuntukkan bagi tamu negara atau wakil presiden dan keluarganya.
Dalam kunjungan kerja ke Bali, Sabtu (4/12/2021) dan Minggu (5/12), Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Nyonya Wury bermalam di Wisma Negara, Istana Tampaksiring. Istana ini terasa spesial karena satu-satunya yang dibangun oleh anak bangsa di masa setelah Indonesia Merdeka.
Presiden Soekarno atau lebih kerap disapa Bung Karno membangun Istana Tampaksiring tahun 1957 dengan arsitek RM Sudarsono. Namun, sentuhan Bung Karno tampak di segala sudut mulai dari tiang-tiang yang berhias kelopak bunga seroja, penataan kontur kompleks istana, sampai furnitur yang bergaya art deco.
Saat Wapres Amin dan Nyonya Wury mengunjungi ruang kerja Bung Karno di Wisma Merdeka, Kepala Istana Tampaksiring Agus Wawan Herwanto menyebutkan, semua furnitur masih sama seperti saat digunakan Bung Karno. Sofa pun masih asli, hanya diganti kain pembungkusnya.
Minggu pagi, setelah berjalan berkeliling kompleks istana, Wapres Amin dan Nyonya Wury menyempatkan menyeberangi jembatan persahabatan ini. Jembatan besi beratap dengan penyangga beton lengkung ini sudah berhias gantungan-gantungan dan bendera merah putih.
Dari jembatan persahabatan ini, Wapres Amin berharap, dengan Presidensi Indonesia di G-20, persahabatan bisa dijalin lebih kuat. Persahabatan yang dimaksud adalah solidaritas dan saling membantu untuk mengatasi berbagai kesenjangan.
Sebab, sudah terbukti, kesenjangan juga akan menghambat, bahkan merugikan mereka yang kaya dan maju tanpa memedulikan yang lemah dan tertinggal. Wapres Amin mencontohkan, ada negara dengan cakupan vaksinasi Covid-19 mencapai 90-100 persen, tetapi ada pula negara dengan cakupan baru 10 persen.
”Kalau ketimpangan (vaksinasi) masih terjadi, akan berputar persoalannya. (Lonjakan Covid-19) masuk lagi. Demikian juga pemulihan ekonomi,” kata Wapres Amin kepada Kompas.
Persahabatan diikat dengan komitmen solidaritas, bekerja bersama, sehat bersama, dan makmur bersama. Bahkan, Wapres Amin mengingatkan judul pidato Presiden Soekarno pada Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat, pada 30 September 1960, To Build The World A New.
Saat itu, Presiden Soekarno dengan berapi-api menelanjangi konsep yang dibangun dunia barat dan dampaknya pada keberlangsungan dunia. Perseteruan yang berakibat konflik—Perang Dunia I dan Perang Dunia II serta memasuki era Perang Dingin. Perang dan membangun blok tak menyelesaikan masalah.
Saat ini justru semua negara semestinya bekerja bersama mengatasi kesenjangan, termasuk dalam penanggulangan Covid-19, menangani perubahan iklim, dan mendorong kesejahteraan bersama. Sudah bukan saatnya menutup pintu dan mencari selamat sendiri. Sebab, masalah akan datang dan datang lagi ketika mengabaikan masalah negara-negara lain.
”Membangun dunia baru yang lebih bersahabat. Barangkali itu perlu kita gaungkan lagi,” tambah Wapres Amin.