Kebutuhan Dijamin, Penyintas Semeru Diminta Lapor ke Posko
Masyarakat penyintas bencana awan panas guguran Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang diminta segera melapor ke posko lapangan. Hal itu agar mereka didata dan dipenuhi kebutuhan dasarnya.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur meminta masyarakat terdampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang segera melapor ke posko lapangan agar bisa didata dan dipenuhi kebutuhannya. Hal itu untuk memastikan kebutuhan dasar para penyintas tercukupi dengan baik.
Pemerintah Provinsi Jatim telah mendirikan dua posko dapur umum untuk melayani kebutuhan makan masyarakat terdampak aktivitas vulkanik. Posko tersebut didirikan di Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro. Setiap hari, masing-masing dapur umum menyiapkan 2.500 paket makanan atau total 5.000 paket. Makanan itu didistribusikan setiap pagi, siang, dan malam.
”Insya Allah, saya pastikan dapur umum yang ada telah mampu mencukupi semua kebutuhan pengungsi. Apabila ada yang belum tercukupi kebutuhannya, baik logistik, air bersih, maupun lainnya, dapat melapor ke posko lapangan atau kordinator lapangan masing-masing,” ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Senin (6/12/2021).
Khofifah mengatakan, berdasarkan hasil rapat bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemkab Lumajang, diputuskan Posko Utama Penanganan Bencana Awan Panas Guguran Semeru bertempat di Pendopo Kabupaten Lumajang. Sementara posko lapangan didirikan di Kecamatan Pasirian dan Candipuro.
Menurut dia, pada posko lapangan tersebut juga disediakan layanan kesehatan dan penanganan masalah psikososial untuk para pengungsi. Terkait layanan psikososial, difokuskan untuk mengatasi trauma yang dialami para pengungsi akibat kehilangan keluarga ataupun karena mengalami bencana.
Tim penanganan dampak psikososial pengungsi sudah datang ke lokasi dan mulai bekerja. Kehadiran mereka diharapkan mengurangi trauma warga akibat bencana awan panas guguran Gunung Semeru. Tim psikososial ini bekerja berdampingan dengan tim medis dari Dinas Kesehatan Provinsi Jatim.
”Semua tim trauma healing kami kerahkan khusus untuk mendampingi ibu-ibu, anak-anak, disabilitas, dan para warga lansia. Mereka masuk dalam kategori kelompok rentan,” kata Khofifah.
Khofifah berkantor di Lumajang sejak Minggu (5/12/2021). Tujuannya, antara lain, memudahkan konsolidasi antarinstansi serta kabupaten dan kota. Selain itu, untuk memastikan proses pencarian, penyelamatan, evakuasi, dan penanganan warga terdampak bencana berjalan dengan baik, efektif, dan tidak ada yang terlewat.
Pihaknya juga ingin memastikan seluruh kebutuhan dasar warga meliputi makanan, minuman, pakaian, dan obat-obatan tersedia serta terpenuhi dengan baik. Adapun mengenai dampak bencana pada kerusakan fisik sejumlah fasilitas umum dan rumah warga, hingga saat ini masih terus dilakukan pendataan dan pengkategorisasian.
Sementara itu, PT PLN (Persero) menerjunkan 124 personel untuk mempercepat pemulihan listrik di daerah terdampak awan panas guguran Semeru. Dalam menjalankan tugasnya, personel PLN senantiasa memperhatikan peta zonasi yang aman dan bahaya serta kawasan yang bisa dilewati dalam upaya pengecekan instalasi listrik dan penormalan pasokan ke pelanggan.
”Sebanyak 124 personel ini dibagi menjadi dua tim, yaitu tim siaga sebanyak 53 personel dan tim pelaksana pekerjaan 71 personel. Tim terus berupaya segera memulihkan listrik dengan tetap mengutamakan keselamatan warga,” kata General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur Adi Priyanto.
Usaha pemulihan kelistrikan pascabencana menghadapi tantangan yang cukup berat sebab erupsi masih terus terjadi.
PLN juga telah mengumpulkan genset portabel berkapasitas 2,2 kilowatt (KW) sampai 4 KW sebanyak 8 unit dan kapasitas 23 KW sebanyak 1 unit dari unit terdekat. Penyediaan genset ini untuk menjaga pasokan listrik, terutama di posko yang memerlukan penerangan dan pengoperasian alat komunikasi.
Menurut Adi, usaha pemulihan kelistrikan pascabencana menghadapi tantangan yang cukup berat sebab erupsi masih terus terjadi. Beberapa lokasi kembali mengalami hujan abu vulkanik sehingga petugas PLN yang hendak memperbaiki infrastruktur tidak diizinkan masuk atau mendekat.
Menyikapi perkembangan situasi di lapangan tersebut, PLN berencana mengambil langkah alternatif. Untuk daerah yang aliran listriknya masih terputus, misalnya, akan dilakukan pembangunan jaringan listrik baru. PLN menargetkan menyalakan 69 trafo dari total 79 trafo yang masih padam.
”Kami berupaya maksimal untuk penarikan jaringan baru dari daerah Dampit, Kabupaten Malang. Targetnya 69 trafo menyala. Sementara itu, untuk 10 trafo lainnya, belum bisa dipulihkan karena lokasinya berada di daerah aliran material erupsi Gunung Semeru sehingga tim PLN tidak diizinkan untuk mengakses lokasi tersebut,” ucap Adi.
Seperti diberitakan sebelumnya, aktivitas vulkanik Semeru berdampak pada 112 gardu listrik PLN yang ada di Lumajang. Gardu tersebut melayani pasokan listrik untuk lebih dari 30.000 pelanggan. Hingga Minggu (5/12), jumlah gardu distribusi yang sudah menyala mencapai 33 gardu atau 29,5 persen. Sisanya sebanyak 79 gardu masih padam.
”Jumlah pelanggan yang sudah menyala mencapai 7.697 pelanggan atau 25,2 persen. Hal ini berarti masih ada 22.826 pelanggan yang masih padam aliran listriknya,” kata Adi.
PLN juga menyiapkan posko bersama di tempat, yakni ULP Tempeh, Posko Sumber Kacang, dan Posko Penanggal. Selain itu, telah disalurkan bantuan melalui Yayasan Baitul Mal PLN berupa masker sebanyak 800 lembar, jas hujan 50 lembar, selimut 50 lembar, terpal 18 lembar, dan pakaian. Ada juga mi instan sebanyak 50 karton, popok bayi sekali pakai, sabun mandi, pasta gigi dan sikat gigi.
PLN juga telah menyerahkan bantuan tanggap darurat bencana melalui PLN Peduli ke Pemkab Lumajang sebesar Rp 300 juta. Bantuan itu diharapkan meringankan derita warga terdampak erupsi Gunung Semeru.