Gunung Semeru di Lumajang kembali memuntahkan guguran awan panas yang berpadu dengan hujan deras. Hujan abu terjadi di sejumlah desa.
Oleh
DEFRI WERDIONO/ DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Guguran awan panas kembali terjadi di Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (12/4/2021) sore. Meski terjadi peningkatan aktivitas, status gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu masih tetap Waspada Level II.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang menyatakan, material guguran awan panas berpadu dengan hujan deras yang turun di lereng gunung. Akibatnya, terjadi banjir lahar hujan, disertai letupan material, suara dentuman, dan hujan abu ke wilayah di sekitarnya.
Lahar hujan mengalir di Kali Supiturang dan Curah Kobokan di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo. Sementara hujan abu, sampai pukul 16.00, dilaporkan mengguyur kedua dusun tersebut.
”Memang tadi ada awan panas guguran dibarengi hujan sehingga saat awan panas guguran turun, asapnya seperti yang beredar di media sosial,” kata Kepala Bidang Kedaruratan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Lumajang Joko Sambang, ketika dihubungi dari Malang.
Menurut Joko, guguran awan panas yang turun saat ini seperti awan panas yang biasanya terjadi di Semeru. Hanya saja, karena ada hujan, maka material awan panas itu ikut turun ke bawah. ”Suhunya masih panas, terkena air, menimbulkan asap,” katanya.
Joko menjelaskan, sejak 1 Desember guguran awan panas mulai muncul di Semeru. Jarak luncurnya bervariasi. Berdasarkan pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, jarak luncur awan panas di Semeru dalam beberapa hari terakhir berkisar 1.000-1.200 m.
Memang tadi ada awan panas guguran dibarengi hujan. Karena itu, saat awan panas guguran turun, asapnya seperti yang beredar di media sosial. (Joko Sambang)
Disinggung apakah ada pengungsian warga, Joko mengatakan sejauh ini warga telah mengumpul di titik aman. ”Kami sekarang menuju lokasi karena di sana butuh masker yang utama karena hujan abu. Kami sekarang juga menuju ke lokasi agar mereka tidak panik,” katanya.
Erupsi Semeru dirasakan warga sekitar pada pukul 14.30. Hariyono, salah satu warga Desa Oro-Oro Ombo, menilai erupsi kali ini lebih besar dari tahun lalu. ”Warga Dusun Sumbersari (kamar A) mengungsi ke SDN Supiturang 4. Warga Oro-Oro Ombo utara juga mengungsi,” katanya.
Nurbuat, warga Curah Kobokan, mengatakan, saat ini sebagian warga terjebak di rumah masing-masing. Dirinya salah satu di antara mereka.
”Kami minta tolong, warga sekarang terjebak dan butuh evakuasi. Semoga BPBD segera bertindak dan datang menyelamatkan. Banyak sekali warga di sini masih bertahan di Curah Kobokan dengan kepungan debu yang demikian besar,” kata Nurbuat.
Semburat
Kepala Desa Supiturang Nurul Yakin Pribadi mengatakan bahwa akibat erupsi tersebut, warga semburat menyelamatkan diri masing-masing. Yang dibutuhkan warga saat ini adalah bantuan medis, terpal, air putih, dan makanan.
”Namun, perlu didata lebih lanjut konsentrasi warga di mana. Sebab, kami tadi menyelamatkan diri masing-masing dan saat ini belum tahu semua warga berkumpul di mana,” kata Nurul.
Sementara itu, hujan abu juga mengguyur beberapa desa di sekitarnya. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang Sadono Irawan, mengatakan, tidak ada dampak langsung aktivitas Semeru di wilayahnya. Hujan abu dilaporkan di beberapa wilayah, seperti Kecamatan Ampelgading dan Tirtoyudo.
Dihubungi secara terpisah, Camat Ampelgading Ahmad Sofie N mengatakan, hujan abu tipis turun di wilayahnya. Ampelgading sendiri berada lereng di sisi barat daya Semeru. Meski aman, Ahmad Sofie mengaku warga tetap waspada.
”Alhamdulillah aman, hanya hujan abu tipis-tipis. Desa terdekat dengan puncak Semeru, Tamansari, kondisi cuacanya justru cerah. Tadi memang sempat hujan gerimis,” katanya.