Surveilans PTM Tahap Kedua, 30 Kasus Covid-19 Ditemukan Lagi di Surakarta
Surveilans pembelajaran tatap muka tahap kedua kembali dilakukan pada sejumlah sekolah, di Kota Surakarta. Puluhan temuan kasus positif Covid-19 baru dari pengetesan acak tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Suasana pembelajaran tatap muka yang berlangsung di SD Warga Surakarta, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (2/9/2021). Aktivitas pembelajaran berlangsung dengan protokol kesehatan ketat.
SURAKARTA, KOMPAS — Surveilans pembelajaran tatap muka tahap kedua kembali dilakukan di sejumlah sekolah di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Puluhan kasus positif Covid-19 baru ditemukan. Sekolah tempat munculnya kasus akan ditutup sementara selama dua pekan.
Surveilans dilakukan mulai 22 September 2021 hingga 26 September 2021. Metode pengetesan yang digunakan dalam surveilans tersebut, yaitu polymerase chain reaction (PCR). Sasaran pengetesan sebanyak 29 sekolah, mulai dari SD hingga SMA atau SMK. Masing-masing sekolah terdapat 30 murid dan 3 guru yang dites.
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Surakarta, hingga Senin (29/11/2021), ditemukan 30 kasus lewat surveilans tersebut. Dua kasus di antaranya merupakan guru, sedangkan sisanya adalah murid.
Sejumlah siswa berjalan menuju pintu keluar sepulang sekolah di SD Warga Surakarta, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (2/9/2021). Hari itu merupakan pertama kali digelarnya kembali pembelajaran tatap muka setelah sempat ditiadakan selama beberapa bulan akibat kebijakan PPKM darurat dan PPKM level 4. Pembelajaran tatap muka diadakan kembali dengan protokol kesehatan ketat.
”Sebagian besar anak itu juga tanpa gejala. Mereka harus menjalani karantina sampai sembuh,” kata Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Surakarta Dwi Ariyatno saat dihubungi, Selasa (30/11/2021).
Dwi menambahkan, sekolah yang ditemukan kasus harus menghentikan sementara kegiatan pembelajaran tatap muka selama dua pekan. Penelusuran kontak erat juga dilakukan. Pembelajaran tatap muka baru bisa digelar kembali setelah tidak ada kasus positif dari sekolah tersebut.
Selama tidak ada pembelajaran tatap muka, lanjut Dwi, sekolah bisa menggelar pembelajaran daring atau jarak jauh. Murid yang sedang terkonfirmasi positif pun bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh tersebut. Sebab, sebagian besar murid tersebut memang tidak bergejala berat.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Siswa yang menunggu dijemput orangtua, di SD Warga Surakarta, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (2/9/2021). Hari itu merupakan pertama kali digelarnya kembali pembelajaran tatap muka setelah sempat ditiadakan selama beberapa bulan akibat kebijakan PPKM darurat dan PPKM level 4 Pembelajaran tatap muka diadakan kembali dengan protokol kesehatan ketat.
”Kalau dia tidak sakit atau tanpa gejala, selama masih bisa mengikuti proses pembelajaran, dia bisa pembelajaran jarak jauh dari rumah. Tergantung kondisinya. Laporan terakhir hampir semuanya tidak bergejala,” kata Dwi.
Tahap pertama surveilans diadakan Oktober lalu. Saat itu, terdapat 107 kasus positif Covid-19 dari sembilan sekolah. Jumlah sampel yang diambil sekitar 2.300 orang setelah ada temuan kasus dari beberapa sekolah tersebut.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menyatakan, surveilans itu dilakukan untuk mengetahui kondisi penularan Covid-19 dari aktivitas pembelajaran tatap muka yang telah dimulai. Pihaknya ingin memastikan semua warga sekolah dalam kondisi sehat. Untuk itu, jangan sampai ada penolakan-penolakan dengan tes tersebut.
Guru menata tempat duduk murid menjelang simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) di SMP Negeri 4 Surakarta, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Kamis (8/10/2020). Simulasi PTM digelar di sekolah itu keesokan harinya dengan melibatkan 60 guru dan karyawan serta 27 orangtua murid. Simulasi tersebut digelar untuk melatih kesiapan jika suatu saat kegiatan PTM sudah diperbolehkan. PTM menurut rencana hanya untuk murid kelas sembilan dengan jumlah murid yang diperbolehkan hadir dalam satu waktu hanya separuh dari jumlah total murid.
”Kasus-kasus yang ditemukan juga kebanyakan OTG (orang tanpa gejala). Tetapi, masih ada beberapa orangtua yang menolak anaknya di-swab. Kalau menolak semua, bagaimana tahu ada yang terpapar? Sebagian berargumen anak-anaknya sehat,” kata Gibran.
Terlebih lagi, kata Gibran, banyak anak yang belum disuntik vaksin Covid-19. Kondisi itu membuat anak-anak lebih rentan lagi tertular. Protokol kesehatan ketat pun wajib dilakukan demi mencegah terjadinya penularan Covid-19. Selanjutnya, tes acak juga dianggap penting guna memastikan penerapan protokol kesehatan berjalan dengan baik.
Gibran juga berpesan, menjelang libur Natal dan Tahun Baru, masyarakat diharapkan tetap di rumah saja. Pihaknya mengharapkan agar masyarakat menahan diri. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi peningkatan kondisi penularan Covid-19 yang mulai melandai di kota tersebut.