Diresmikan Presiden, Bendungan Gongseng dan Tugu Diharap Dukung Ketahanan Pangan
Bendungan Gongseng di Bojonegoro dan Bendungan Tugu di Trenggalek, Jawa Timur, siap dioperasikan setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, Selasa (30/11/2021).
Oleh
Nina Susilo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah terus mempersiapkan infrastruktur untuk mendukung terciptanya ketanahan pangan. Presiden Joko Widodo kembali meresmikan bendungan yang diharapkan dapat mendorong produktivitas petani. Kali ini giliran Bendungan Gongseng dan Bendungan Tugu di Provinsi Jawa Timur yang diresmikan.
Bendungan Gongseng di Bojonegoro dan Bendungan Tugu di Trenggalek diresmikan dalam kunjungan kerja sehari Presiden Jokowi ke Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Selasa (30/11/2021). ”Keduanya siap dimanfaatkan dalam rangka ketahanan pangan kita,” ujar Presiden sebelum membunyikan sirene dan menandatangani prasasti sebagai tanda peresmian.
Hadir dalam acara ini Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin dan Bupati Bojonegoro Anna Muawanah.
Dalam kunjungan kerja ini, Presiden juga menanam padi menggunakan mesin di areal persawahan seluas 75 hektar di Desa Buluagung, Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, para pejabat, serta petani ikut serta.
Presiden pun berharap bendungan-bendungan yang mulai rampung dan bisa dimanfaatkan betul-betul bisa meningkatkan produktivitas petani. Saat ini, Jawa Timur mampu memproduksi 5,7 juta ton beras yang memenuhi kebutuhan Jatim dan mendukung suplai nasional. Selain itu, kata Presiden, sepanjang 2021 ini, Indonesia sama sekali belum mengimpor beras.
Namun, diakui, selain ketersediaan air untuk irigasi yang kini mulai teratasi, petani juga menyampaikan keluhan-keluhan mengenai pupuk dan alat produksi. ”Hal ini akan kita bicarakan di Jakarta. Menteri Pertanian juga akan menyelesaikan kesulitan-kesulitan di lapangan secepatnya,” kata Presiden lagi.
Bendungan Gongseng yang dibangun sepanjang tahun 2013-2021 dengan biaya Rp 583 miliar memiliki kapasitas tampung 22,43 juta meter kubik. Dengan volume ini, bendungan mampu mengairi sekitar 6.200 hektar sawah.
Bendungan yang dibangun dengan tipe urukan batu inti tegak dengan tinggi bendungan utama 34 meter dan panjang puncak total 422 meter ini juga berfungsi sebagai penyedia air baku, reduksi banjir, dan pariwisata. Setidaknya, air baku yang dihasilkan sekitar 300 liter perdetik. Dengan demikian, penyediaan air baku ini bisa melayani sampai 120.000 jiwa.
Adapun banjir yang bisa dikendalikan mencapai 133,27 meter kubik per detik. Sebagai pembangkit listrik mikrohidro, setidaknya 0,7 megawatt bisa dihasilkan.
Adapun Bendungan Tugu yang dibangun dengan biaya Rp 1,69 triliun memiliki kapasitas tampung 12 juta meter kubik. Bendungan ini bisa dimanfaatkan untuk irigasi 1.250 hektar.
Bendungan Tugu yang dibangun mulai Januari 2014 ini juga bisa menyediakan air baku sampai 12 liter per detik atau sekitar 17.280 jiwa. Sebagai pembangkit listrik, bisa dihasilkan 0,4 megawatt. Adapun fungsi pengendali banjir bisa dilakukan untuk mengatasi 25 persen banjir di Trenggalek. Bendungan juga bisa dimanfaatkan sebagai lokasi wisata.
”Kami harapkan dengan tambahan dua bendungan ini, aktivitas pertanian masyarakat semakin meningkat, petani semakin produktif bisa semakin sering menanam dan panen sehingga pendapatannya meningkat,” tutur Presiden Jokowi dalam sambutannya.
Dalam keterangan yang diterima harian Kompas, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan, pengelolaan sumber daya air dan irigasi akan terus dilanjutkan untuk mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan. ”Pembangunan bendungan yang diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Basuki.
Di Bendungan Tugu, misalnya, pembangunan infrastruktur untuk menyediakan air irigasi akan dilanjutkan dengan pembangunan rumah katup di Tugu mulai 2022 dan pembangunan Bendung Tugu di Ngasinan mulai 2023.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko menambahkan, irigasi Bendungan Tugu diharap mampu meningkatkan intensifikasi pertanian dari 160 persen menjadi 270 persen. Bendungan Gongseng bisa menaikkan produktivitas pertanian dari 197 persen menjadi 268 persen. ”Misalnya tadi (penanaman) padi-palawija-palawija bisa menjadi padi-padi-palawija,” ujarnya.
Kami harapkan dengan tambahan dua bendungan ini, aktivitas pertanian masyarakat semakin meningkat, petani semakin produktif bisa semakin sering menanam dan panen sehingga pendapatannya meningkat.
Sejauh ini, sejak 2014, dibangun delapan bendungan di Jawa Timur. Kedelapan bendungan itu adalah Bendungan Bendo di Ponorogo, Bendungan Tukul di Pacitan, Bendungan Gongseng di Bojonegoro, Bendungan Bajulmati di Situbondo, Bendungan Tugu di Trenggalek, Bendungan Nipah di Madura, Bendungan Semantok di Nganjuk, dan Bendungan Bagong di Trenggalek.
Dari kedelapan bendungan ini, Bendungan Tukul sudah diresmikan Presiden pada 14 Februari 2021. Selain Bendungan Tugu dan Gongseng yang diresmikan Selasa ini, Bendungan Bendo juga sudah diresmikan 7 September lalu. Saat ini, pembangunan Bendungan Bagong dan Semantok terus dikebut. Bendungan Semantok ditarget rampung tahun 2022.
Semua bendungan diharap mampu mendukung ketahanan air dan ketahanan pangan. Bendungan dinilai penting sebab, menurut Basuki, potensi air di Indonesia cukup tinggi, yakni 2,7 triliun meter kubik pertahun. Dari volume tersebut, air yang bisa dimanfaatkan 691 miliar meter kubik per tahun. Saat ini yang sudah dimanfaatkan sekitar 222 miliar meter kubik per tahun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, peternakan, perikanan, dan irigasi pertanian.
”Namun potensi sebesar itu, keberadaannya tidak sesuai dengan ruang dan waktu sehingga kita membutuhkan tampungan-tampungan air. Dengan begitu, pada saat musim hujan air ditampung untuk dimanfaatkan musim kemarau. Itulah gunanya bendungan dan embung/setu untuk penampungan air,” kata Basuki.
Dalam kunjungan kerja ini, Presiden bertolak dari Pangkalan Udara TNI AL Halim Perdanakusuma Jakarta ke Pangkalan TNI AU Iswahjudi Kabupaten Magetan menggunakan pesawat kepresidenan Indonesia-1 atau Boeing Business Jet. Dari Magetan, Presiden dan rombongan terbatas pindah ke helikopter Super Puma TNI AU menuju Trenggalek. Seusai meresmikan bendungan dan menanam padi, Presiden kembali ke Jakarta.