Ruang Rindu Para Pelari Elite Marathon Itu Bernama Borobudur
Sebanyak 42 pelari elite Borobudur Marathon berlomba mengitari lintasan ”loop” saat pandemi Covid-19.
Kawasan Borobudur tak hanya berdiri sebagai kompleks situs bersejarah. Tempat itu sekaligus menjadi ruang perekam memori bagi para pelari maraton. Keelokan pemandangan hingga keramahan warga hingga keasrian lingkungan membuat mereka rindu untuk kembali ”pulang”.
Matahari belum muncul di kompleks Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (26/11/2021). Waktu masih menunjukkan pukul 05.00. Suasana sunyi senyap pecah oleh deru mesin sejumlah bus di kompleks wisata tersebut. Dari bus itu turun 42 pelari elite peserta Elite Race Marathon 2021 yang berlomba, Sabtu (27/11/2021). Pagi itu, mereka hendak menjajal rute lomba.
Langit memang masih gelap. Namun, mereka tampak antusias. Wajah-wajah semringah terpancar begitu para pelari menginjakkan kakinya di lintasan lomba.
Baca juga: Pelari Elite Borobudur Marathon Mulai Berdatangan
Salah satu pelari yang tampak begitu bungah adalah Irma Handayani (31). Senyumnya tersungging hingga berlari pelan mengelilingi rute bersama para pelari lainnya. ”Ini bakal jadi Borobudur Marathon yang kelima kalinya saya ikuti. Dari 2017, saya belum pernah absen,” ujar Irma seusai mengecek rute lomba.
Keasrian dari kawasan Borobudur, kata Irma, membuatnya tak pernah ingin melewatkan lomba tahunan itu. Rasa lelah yang dirasakan seolah terhapus melihat hijau pepohonan serta sejuknya hawa khas perbukitan Menoreh. Bahkan, rute yang disuguhkan sebelum sistem looping diterapkan menjadi rute terfavoritnya dari berbagai lomba yang pernah diikutinya.
”Suasananya enak. Asri sekali. Ini jadi daya tarik dan tambahan tenaga bagi saya. Jadi saya seperti selalu ingin datang ke sini,” kata Irma, yang juga runner up Borobudur Marathon 2021, serta peraih medali perunggu PON XX 2021 pada nomor maraton putri.
Biasanya, Irma datang bersama keluarganya saat ikut lomba tersebut. Ia memanfaatkan momen lomba sekaligus untuk berwisata. Borobudur pun jadi destinasi pilihan yang dipilihnya bersama keluarga apabila sedang tak disibukkan dengan lomba.
Betmen Manurung (31), juara Borobudur Marathon 2020, juga terkesan dengan suasana yang asri kawasan tersebut. Karena itu, ia merasa sangat senang bisa kembali berlomba di sana. Kesegaran udara yang dihirupnya menjadi pembeda dengan lomba di tempat-tempat lain.
”Lari di sini memang beda. Bersih udaranya,” kata Betmen.
Selain itu, Betmen juga merindukan sorak sorai para penonton lomba yang terdiri atas warga setempat. Teriakan seru anak-anak yang menyemangatinya seakan memompa kakinya kuat berlari lebih jauh. Keramahan warga juga membuatnya merasa sangat nyaman melaju di lintasan.
Baca juga: Santai dan Saling Dukung Pelari Elite di Borobudur Marathon 2021
Pengalaman sama dirasakan Pretty Sihite, pelari asal Sumatera Utara, peringkat pertama Borobudur Marathon 2020 kategori maraton putri. Riuh-rendah dukungan warga mampu menghapus lelah kedua kakinya selama ia berlari.
”Saya pernah ikut yang tahun 2017 dan 2018. Suasananya memang selalu ramai. Apalagi, kalau mau masuk ke finis, ada orang yang pukul-pukul gendang. Ada juga yang menari. Itu sangat dikangenin,” katanya.
Tahun lalu, bagi Pretty, kemeriahan berkurang karena tidak ada penonton seiring pandemi Covid-19. Penonton datang lewat pengeras suara dan monitor yang dipasang di dekat lintasan lari. Ada juga patung-patung yang dipasang buat mewakili kehadiran penonton.
Baca juga: Wisata Olahraga Taat Protokol Kesehatan Bisa Terus Eksis
Pada pergelaran kali ini, penonton kembali dihadirkan panitia sebagaimana harapan para pelari. Mereka adalah para peserta ”Tilik Candi” yang menjadi rangkaian dari Borobudur Marathon 2021. Jumlahnya sekitar 120 orang.
Andreas Kansil, Race Director Borobudur Marathon, mengatakan, penonton nantinya akan menyaksikan lomba dari pinggir barikade. Mereka akan diberi balon tepuk guna menyemangati para pelari.
”Mereka ( penonton) sudah melalui proses screening dan testing juga. Sebab, menjadi peserta Tilik Candi juga harus dites dulu. Jadi atmosfernya akan sedikit berbeda dari tahun lalu (yang sama sekali tidak ada penonton),” katanya.
Pulang kampung
Bagi Agus Prayogo (36), pelari asal Jawa Barat, berlomba dalam Borobudur Marathon 2021 seperti pulang ke kampung. Ia sempat tinggal di kota tersebut semasa kecil, 1995-1998. Olahraga lari juga dikenalnya pertama kali saat tinggal di sana.
”Sebenarnya saya lahir di Bogor. Tetapi, waktu kelas 5 SD, saya pindah ke Magelang untuk tinggal dengan nenek. Kebetulan teman-teman seumuran banyak yang ikut klub lari di kampung. Saya jadi ikut juga. Lingkungan, kan, sangat berpengaruh,” ujarnya.
Medali pertamanya juga diperoleh pada tahun pertamanya tinggal di Magelang. Ia menang dalam lomba antarpelajar satu daerah itu. Salah seorang gurunya melihat potensinya pada bidang olaharga tersebut. Ia pun menekuni olahraga tersebut berkat saran dari gurunya itu.
Kebetulan hotel tempatnya dikarantina sekarang, yaitu Puri Asri, termasuk salah satu rute latihan larinya sewaktu kecil. Ia ingat betul kerap memetik buah-buahan dari pepohonan di resor yang dikelilingi beragam pohon rindang. ”Jadi, ini memang jadi ajang saya pulang kampung,” ucap atlet yang memperoleh tiga medali emas dalam PON XX 2021 lalu.
Gethuk dan kupat tahu menjadi dua makanan yang membuat Agus selalu ingat Magelang. Ia pasti menyempatkan buat menyantap kupat tahu setiap kali datang ke kota itu. Pun, gethuk menjadi oleh-oleh yang dibawanya kembali ke tempat bekerjanya saat ini di Bandung.
Persiapan
Agus tak memungkiri, jarak antara Borobudur Marathon 2021 dan PON XX yang diikutinya cukup sempit. Hanya sekitar satu bulan. Namun, itu tak menjadi soal. Sebab, persiapannya mengikuti berbagai lomba sudah dilakukan sejak lama. Sebenarnya, ia juga dijadwalkan mengikuti SEA Games di Vietnam bulan ini. Pandemi yang belum rampung membuat ajang itu ditunda hingga tahun 2022.
”Saya pikir daripada saya terlalu lama berlatih menuju ke SEA Games, di sini (Borobudur Marathon) saya jadikan bagian dari program menuju SEA Games nanti. Salah satu upaya saya menjaga kondisi,” kata Agus.
Sementara itu, Betmen telah bersiap mengikuti Borobudur Marathon selama dua bulan. Tak ada hal khusus yang dilakukannya. Hanya berlatih rutin dan memastikan kondisinya tetap prima. Ia mengakui, lawan-lawan yang akan dihadapinya semakin berat. Namun, ia akan berusaha tampil sebaik mungkin dalam lomba nanti.
Pretty juga mengaku persiapannya menjelang Borobudur Marathon ini kurang optimal. Ia sempat mengalami cedera saat bersiap-siap mengikuti PON XX 2021. Ia terjun dalam nomor 1.500 meter, 3.000 meter, dan 5.000 meter. Sayangnya, tak ada satu pun medali yang diraihnya pada ajang tersebut.
”Setelah cedera, ini masih penyesuaian. Jadi bertahap-tahap untuk sampai klimaksnya. Intinya jangan sampai kelelahan biar tetap maksimal,” katanya.
Baca juga: Tangan dan Sapaan Tulus di Tengah Kesunyian Lomba
Irma menyampaikan hal serupa. Ia menilai persiapannya baru sekitar 80 persen. Sempitnya jeda waktu antara PON dan Borobudur Marathon menjadi kendala tersendiri. Untuk itu, ia lebih memilih fokus pemulihan kondisi.
”Dengan pendeknya masa recovery, saya tidak mau terlalu ngotot. Tetapi, saya tetap berusaha tampil yang terbaik. Terus jaga kondisi ini yang terpenting,” ujarnya.
Sabtu pagi ini, sebanyak 42 pelari akan berlomba, kembali ”pulang” ke magisme dan keasrian Borobudur.