Banjir Palangkaraya Perlahan Surut, Pengungsi Masih Bertahan
Banjir perlahan surut di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Meskipun demikian, potensi hujan masih tinggi.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, perlahan surut setelah sepekan lebih meski belum signifikan. Pengungsi pun masih bertahan di posko pengungsian.
Senin (22/11/2021) di Mendawai, ketinggian air yang sebelumnya mencapai 1 meter kini hanya lebih kurang 20 sentimeter. Selain itu, di Jalan Arut, ketinggian air yang sebelumnya 80 sentimeter kini menjadi 30-40 sentimeter. Aktivitas pasar mulai terlihat kembali. Meskipun demikian, beberapa rumah masih digenangi air. Sebagian pemilik rumah mulai membersihkan rumah mereka.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Emi Abriyani mengungkapkan, banjir perlahan surut lantaran hujan berkurang di hulu Sungai Kahayan. Bagian hulu sungai tersebut berada di Kabupaten Gunung Mas dan Murung Raya.
Sebelumnya, dari data BPBD Kota Palangkaraya, setidaknya terdapat 17 kelurahan dari empat kecamatan yang terendam banjir. Kelurahan Palangka dan Pahandut yang paling terdampak. Saat ini, dua kelurahan itu masih digenangi air dengan ketinggian maksimal 40 sentimeter.
Emi mengungkapkan, meski banjir sudah surut, sebagian besar pengungsi masih bertahan di posko pengungsian karena rumah mereka belum bisa ditinggali. Mereka membutuhkan waktu untuk membersihkan rumah. ”Sudah ada yang pulang ke rumah, tetapi hanya membersihkan, lalu balik ke posko,” katanya.
Mayoritas pengungsi masih tinggal di tempat pengungsian. BPBD Kota Palangkaraya mencatat, terdapat 6.247 orang pada Sabtu (20/11/2021) dan berkurang 137 orang pada Senin sehingga total sebanyak 6.110 orang. Total warga terdampak banjir di Kota Palangkaraya 31.407 orang. ”Banjir bisa naik lagi jika di hulu sungai juga banjir atau intensitas hujan tinggi,” ujarnya.
Banjir di Palangkaraya terjadi akibat luapan Sungai Kahayan yang panjangnya lebih kurang 600 kilometer. Sungai itu melintas di tiga kabupaten dan kota, yakni Kabupaten Gunung Mas, Pulang Pisau, dan Kota Palangkaraya.
Di Kabupaten Katingan, dari 12 kecamatan yang sebelumnya terendam banjir, kini tersisa tiga kecamatan, yakni Tasik Payawan, Mendawai, dan Kamipang. Sebanyak 174 orang masih mengungsi di posko-posko pengungsian.
BPBD masih mendata jumlah warga yang terdampak. Namun, setidaknya terdapat 44 desa terdampak banjir dari tiga kecamatan itu dengan total 9.556 keluarga terdampak banjir.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Katingan Roby menjelaskan, pihaknya sudah menaikkan status dari siaga darurat banjir menjadi tanggap darurat. Status tanggap darurat banjir itu dilaksanakan selama tujuh hari ke depan.
”Masih ada tiga kecamatan terendam. Petugas kami di lapangan sedang memantau dan melakukan evakuasi juga pendataan,” kata Roby saat dihubungi dari Palangkaraya, Senin (22/11/2021).
Banjir di Katingan, menurut Roby, disebabkan banyak faktor. Selain cuaca, kemampuan Sungai Katingan menerima atau menampung air juga sudah menurun. Hal itu disebabkan bertambahnya jumlah penduduk dan ruang yang diokupasi untuk permukiman dan ladang.
”Selain itu, ada pendangkalan daerah aliran sungai, alih fungsi lahan, dan sebagainya. Namun, itu masih sebatas asumsi sederhana. Memang perlu kajian mendalam untuk tahu pastinya,” kata Roby.