19 Kecamatan dan Jalur Trans-Kalimantan Terendam Banjir
Banjir di Kalimantan Tengah terus meluas. Kini, banjir tak hanya merendam ribuan rumah warga, tetapi juga sejumlah ruas Jalan Trans-Kalimantan sehingga jalur itu nyaris terputus.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir merendam 19 kecamatan di empat kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah. Ribuan orang yang terdampak bencana itu mulai mengungsi ke rumah kerabat atau posko darurat yang dibangun pemerintah. Banjir juga merendam sejumlah ruas Jalan Trans-Kalimantan sehingga nyaris terputus.
Dari data yang dihimpun Kompas hingga Minggu (14/11/2021), banjir terus meluas di empat kabupaten dan kota di Kalteng seiring intensitas hujan yang terus meningkat, yakni Kota Palangkaraya, Kabupaten Katingan, Kotawaringin Timur, dan Pulang Pisau.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya mencatat banjir merendam empat kecamatan di 17 kelurahan sehingga berdampak pada 9.907 orang. Lalu, data dari BPBD Katingan, banjir melanda di tujuh kecamatan, sedangkan jumlah desa dan keluarga yang terdampak masih dalam pendataan.
Sementara banjir merendam enam kecamatan di Kotawaringin Timur. Data BPBD Kotawaringin Timur menunjukkan, banjir merendam 11 desa dan kelurahan di mana 518 orang terdampak banjir. Di Pulang Pisau, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalteng, banjir merendam sembilan desa di dua kecamatan, yakni Banama Tingang dan Kahayan Tengah.
Pantauan Kompas pada Minggu (14/11/2021) di Jalan Trans-Kalimantan wilayah Bukit Rawi, Pulang Pisau, banjir terlihat merendam jalan tersebut sekitar 200 meter dari Jembatan Sei Lais. Setidaknya jalan yang terendam panjangnya mencapai 2 kilometer, tepat di samping pile slab yang sedang dibangun pemerintah. Jalan itu hanya bisa dilalui kendaraan besar.
Di jalur itu, ratusan pengguna jalan memutar balik kendaraannya karena tak bisa melintas. Namun, sebagian besar kendaraan roda dua memilih menyewa perahu kayu bermotor atau yang kerap disebut kelotok untuk melintasi banjir.
Mereka harus menyewa Rp 50.000 sampai Rp 70.000 untuk satu kali perjalanan. ”Kami harus keluarkan uang lagi untuk sewa perahu angkut motor dan barang-barang kami,” ujar Rudiansyah, warga Kabupaten Gunung Mas.
Jalan Trans-Kalimantan itu menghubungkan Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalteng, dengan enam kabupaten dan menghubungkan ke wilayah Provinsi Kalimantan Timur. ”Saya sudah semalam parkir kendaraan di sini, menunggu air surut,” ujar Rohansyah (40), sopir mobil pikap.
Air merendam jalan itu dengan ketinggian beragam mulai dari 10 sentimeter hingga 1 meter. Beberapa ruas jalan berlubang pun tak terlihat. Bahkan, air sudah setara dengan genangan rawa di kanan dan kiri jalan sehingga aspal dan garis marka jalan benar-benar tak terlihat. Selain jalur Trans-Kalimantan di Pulang Pisau, banjir juga merendam Jalan Trans-Kalimantan di Kereng Pangi, Katingan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Kalteng Shalahuddin mengungkapkan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan satuan kerja lainnya untuk memantau kondisi jalan yang rusak akibat banjir, khususnya di wilayah Trans-Kalimantan. Mereka juga mulai memasang rambu dan patok batas agar pengguna jalan bisa waspada.
”Kami bersama pihak balai memantau kondisi jalan yang terendam banjir di wilayah Kasongan arah Kereng Pangi, Kabupaten Katingan. Dari pengalaman sebelumnya, jalan yang terendam banjir sekitar 12 kilometer, di beberapa ruas jalur yang airnya deras dan dalam. Ada juga jalan yang berpotensi rusak sehingga harus ditangani cepat agar warga dapat melewatinya dengan aman,” kata Shalahuddin.
Di Kota Palangkaraya, beberapa warga mulai mengungsi ke rumah kerabat mereka. Belasan orang juga dievakuasi ke posko darurat banjir buatan pemerintah. Kepala Pelaksana BPBD Kota Palangkaraya Emi Abriyani menjelaskan, sudah ada belasan warga yang diungsikan ke posko, tetapi masih dalam pendataan karena proses evakuasi terus berlangsung.
Menurut Emi, ketinggian air di 17 kelurahan yang terendam berkisar 10-20 sentimeter. ”Kami sedang berkoordinasi untuk mengaktifkan kembali semua posko di seluruh kelurahan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Katingan Roby mengungkapkan, wilayahnya sudah dilanda banjir tiga kali tahun ini. Banyak faktor yang memicu banjir terus datang tiap tahun, seperti pertambahan penduduk, pembangunan jalan, pertambangan rakyat, perkebunan besar, perusahaan kayu, dan juga pendangkalan daerah aliran sungai.
”Penduduk bertambah, otomatis lahan untuk perumahan juga terus bertambah,” kata Roby.
Menurut dia, semua faktor itu masih sebatas asumsi belaka karena belum ada kajian akademis untuk membuktikan faktor-faktor tersebut menjadi penyebab utama banjir. ”Itu asumsi sederhana saja untuk dikaji, jadi bisa dilihat faktor apa yang paling berpengaruh,” katanya.