15 Kelurahan di Surakarta Rawan Banjir, Waspadai Luapan Bengawan Solo
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Surakarta memetakan sejumlah titik rawan banjir, di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Ancaman terbesar datang dari potensi luapan Bengawan Solo.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Surakarta, Jawa Tengah, memetakan 15 kelurahan rawan banjir di wilayah tersebut. Ancaman banjir yang paling diwaspadai adalah luapan Bengawan Solo. Selain kesiagaan warga, sejumlah peralatan penanganan banjir juga disiagakan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta Nico Agus Putranto mengungkapkan, peningkatan curah hujan ikut meningkatkan potensi ancaman banjir di daerah tersebut. Untuk itu, pemetaan titik-titik rawan diperlukan. Sejauh ini sudah tercatat ada 15 kelurahan titik rawan banjir.
”Paling rawan yang terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon. Itu yang bersinggungan langsung dengan Sungai Bengawan Solo dan sungai-sungai kota. Lebih kurang ada lima kelurahan yang paling parah,” kata Nico setelah apel kesiapsiagaan bencana, di Balai Kota Surakarta, Rabu (17/11/2021).
Lima kelurahan yang disebut paling rawan dengan ancaman genangan air atau banjir adalah Kelurahan Semanggi, Mojo, Joyosuran, Kedunglumbu, dan Sangkrah. Menurut Nico, sekali waktu, terjadi genangan air setinggi 20-50 sentimeter (cm) di beberapa kelurahan tersebut setelah hujan deras. Namun, genangan air bisa surut sekitar 30 menit.
Nico mengklaim, ancaman bencana di wilayah Surakarta memang masih dalam kategori risiko rendah. Meski demikian, pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi, peralatan penanganan bencana, hingga para sukarelawan. Semuanya tinggal digerakkan jika terjadi bencana.
Adapun perlengkapan penanganan bencana yang dimiliki BPBD Kota Surakarta terdiri dari truk, mobil penyelamat, ambulans, mobil patroli, mobil tangki air bersih, mobil jenazah, kapal karet, hingga kapal fiberglass bermesin.
Selain banjir, kata Nico, ancaman bencana di kota tersebut berupa tanah longsor. Longsor salah satunya terjadi di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres. Sebuah rumah yang bersebelahan dengan talut sebagian fondasinya terkikis sehingga ikut longsor.
Penghuni rumah tersebut telah mengungsi. Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta langsung bertindak dengan memperbaiki talut. Menurut rencana, biaya renovasi rumah terdampak longsor juga akan dibantu pemerintah.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menilai, dari segi peralatan penanganan kebencanaan, mitigasi yang dilakukan BPBD sudah mencukupi. Namun, kelengkapan alat tidak ada artinya jika penanganan tidak dilakukan dengan cepat. Untuk itu, pihaknya meminta koordinasi antar-pemangku kepentingan dapat dilakukan dengan cepat, mulai dari kelurahan hingga pemerintah kota.
”Semua stakeholder (pemangku kepentingan) harus saling berkoordinasi. Ini, kan, alat-alatnya sudah cukup lengkap. Nanti tinggal seberapa cepat merespons bencana, seberapa cepat saling berkoordinasi. Kuncinya dua itu,” kata Gibran.
Gibran juga meminta masyarakat tetap menjaga kewaspadaan terhadap berbagai ancaman bencana. Warga diharapkan memberikan informasi mengenai kebencanaan di wilayahnya masing-masing secepat mungkin. Tujuannya agar penanganan lebih cepat dilakukan oleh para pemangku kepentingan.