Pelihara Semangat Kepahlawanan Pertempuran Surabaya
Semangat kepahlawanan dari Pertempuran Surabaya masih relevan untuk dipelihara dan menjadi karakter kehidupan bangsa Indonesia.
Oleh
AMBROSIUS HARTO dan AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Semangat kepahlawanan dari Pertempuran Surabaya melalui peringatan Hari Pahlawan setiap 10 November harus menjadi karakter kehidupan masyarakat, khususnya generasi muda. Perjuangan belum selesai, terutama memerangi kemiskinan dan ketidakadilan sosial.
Di Surabaya, peringatan Hari Pahlawan, Rabu (10/11/2021), berlangsung sederhana karena masih dalam situasi pandemi Covid-19 (coronavirus disease 2019). Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengadakan upacara dan dilanjutkan dengan ziarah serta tabur bunga di taman makam pahlawan.
Upacara Hari Pahlawan diikuti secara luring (offline) dan daring (online), terutama oleh para pelajar. Warga Surabaya memasang bendera Merah Putih di depan rumah. Acara yang menghadirkan kerumunan orang, misalnya festival atau karnaval di jalan-jalan yang menjadi saksi sejarah Pertempuran Surabaya November 1945, belum dapat diadakan karena serangan Covid-19.
Perbedaannya, perjuangan saat ini terutama mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan sosial.
Di sekolah-sekolah yang mengadakan pembelajaran tatap muka, guru dan siswa mengenakan pakaian bertema kepahlawanan, seperti pakaian tentara, tenaga kesehatan, laskar rakyat, seragam pramuka, dan busana tradisional. Siswa yang mengikuti upacara secara daring juga mengenakan pakaian kepahlawanan.
Jelang petang, arak-arakan kalangan buruh dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia bergerak untuk melakukan unjuk rasa di Kantor Gubernur Jatim seberang Tugu Pahlawan. Demonstrasi terkait keinginan agar dewan pengupahan menaikkan upah minimum regional 2022.
Saat berziarah di TMP Kusuma Bangsa, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berharap semangat kepahlawanan Pertempuran Surabaya tetap dilestarikan oleh warga. Peristiwa itulah yang membuat Arek Surabaya kian dikenal berkarakter militan, pejuang, dan egaliter.
”Perbedaannya, perjuangan saat ini terutama mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan sosial,” kata Eri.
Generasi muda menjadi tulang punggung karena merekalah nantinya penerus pengelolaan bangsa dan negara. Generasi muda perlu terlibat dalam narasi besar, yakni memenuhi Pancasila dalam kehidupan rakyat yang berketuhanan, berkemanusiaan, persatuan kesatuan, berkerakyatan dalam permusyawaratan, dan berkeadilan sosial.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, semangat kepahlawanan tetap relevan di zaman sekarang yang linier dengan transformasi digital.
”Banyak cara untuk berkontribusi atau berjuang bagi bangsa, terutama mewujudkan keadilan sosial,” kata Khofifah.
Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya merayakan puncak peringatan dies natalis ke-61. Rektor ITS Mochamad Ashari mengatakan, kampus harus terus berkontribusi terhadap kehidupan bangsa untuk memastikan kemajuan peradaban masyarakat menuju kesejahteraan.
”Kampus harus terus berinovasi serta melahirkan ide dan produk yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat,” kata Ashari.
Hal senada diutarakan Rektor Universitas Airlangga (Unair) Mohammad Nasih dalam peringatan dies natalis ke-67.
Unair dan ITS lahir bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan. Dua kampus terdepan dari Jatim ini kian berkontribusi untuk bangsa. Unair telah menyelesaikan penelitian vaksin Merah Putih untuk kemandirian negara dalam penanganan Covid-19. ITS telah melahirkan sepeda motor listrik GESITS yang diharapkan membantu mobilitas rakyat tetapi peduli pelestarian alam.