Saluran Air Jadi Perhatian Antisipasi Banjir Kota Bandung
Kawasan selatan Kota Bandung yang lebih rendah berpotensi terjadi banjir di musim hujan. Pengawasan saluran dan kolam retensi menjadi cara untuk mengantisipasi genangan di Cekungan Bandung tersebut.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pembersihan saluran air dan pengerukan sedimentasi di Kota Bandung, Jawa Barat, menjadi perhatian yang tak luput dalam mengantisipasi banjir di musim hujan. Sejumlah pembangunan infrastruktur seperti kolam retensi yang telah dibangun juga diharapkan bisa menampung air dari hulu yang deras di saat hujan turun.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung Yul Zulkarnaen, Senin (8/11/2021), menyatakan, petugas bersiaga di sejumlah titik rawan banjir di bagian selatan, barat, dan timur Kota Bandung. Kawasan ini bahkan sempat terendam banjir saat hujan deras melanda Bandung di awal November 2021.
Daerah selatan yang terdampak meliputi aliran Sungai Citarip di Jalan Kopo dan Jalan Leuwipanjang, serta perempatan Pasirkoja-Jalan Soekarno-Hatta. Di bagian barat terdapat Sungai Ciwarga di perbatasan Bandung-Cimahi, sedangkan di bagian timur terdapat di perempatan Jalan Rumah Sakit-Soekarno-Hatta.
”Titik banjir yang kami pantau akhir-akhir ini ada di daerah tersebut. Petugas kami tetap bersiaga jika terjadi penyumbatan saluran di saat hujan deras,” ujar Yul.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Operasional Pemeliharaan Wilayah Tegallega DPU Kota Bandung Kiki Rosani Rifqi menambahkan, bagian selatan Kota Bandung lebih rendah dibandingkan dengan daerah utara. Hal ini berdampak pada penumpukan aliran dari hulu ke selatan yang menjadi bagian bawah cekungan.
Karena itu, Kiki harus memastikan saluran di wilayah kerjanya yang mencakup enam kecamatan di selatan Bandung ini lancar. Dia mengandalkan para petugas di lapangan untuk mengeruk dan membersihkan sedimen hingga sampah yang menutupi saluran.
”Sampah-sampah yang menumpuk di saluran bisa dua kali lipat lebih dibandingkan dengan musim kemarau. Kawasan permukiman padat dan pasar umumnya lebih banyak dibandingkan dengan daerah lainnya. Karena itu, kami juga mewaspadai daerah-daerah tersebut,” ujarnya.
Saat membersihkan sampah, para petugas tidak hanya menemukan sampah plastik dan botol minuman bekas. Ada juga barang-barang berukuran besar seperti ban mobil dan kasur yang sangat menghambat saluran air.
”Kami membutuhkan lebih dari dua orang untuk mengangkat sampah-sampah yang berukuran besar. Jika tidak diangkat, saluran bisa terhambat. Itu bisa saja menyebabkan banjir,” ujar Dicky (34), salah satu petugas pemeliharaan saluran DPU Kota Bandung.
Kolam retensi
Selain pengawasan saluran, insfrastruktur penampungan air berupa kolam retensi menjadi bentuk antisipasi luapan air dari hulu saat hujan deras melanda. Yul menuturkan, tujuh kolam retensi tersebar di beberapa titik aliran sungai yang rawan meluap saat hujan dan menimbulkan banjir.
Kolam retensi tersebar di Taman Lansia, Kandaga Puspa, Sarimas, Sirnaraga, Rancabolang, Cisurupan, dan Gedebage. Kolam retensi dengan penampungan terbesar ada di Rancabolang, Kecamatan Gedebage, dengan kapasitas 8.904,4 meter kubik.
Selain itu, lanjut Yul, Pemkot Bandung juga tengah menyiapkan satu kolam retensi lagi di Jalan Bima, Cicendo. Infrastruktur yang menjadi parkir air bagi aliran Sungai Citepus direncanakan rampung akhir 2021 dengan kapasitas 5.512,5 meter kubik.