Banjir Bandang Landa Lamongan dan Batu, Seluruh Kepala Daerah di Jatim Diminta Siaga
Banjir bandang melanda Kabupaten Lamongan dan Kota Batu di Jawa Timur. Dua warga meninggal dan empat belum ditemukan. Seluruh kepala daerah pun diminta bersiap siaga menghadapi potensi bencana di wilayah masing-masing.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Banjir bandang memorakporandakan sejumlah daerah di Jawa Timur, seperti Kota Batu dan Kabupaten Lamongan. Sedikitnya dua orang dilaporkan meninggal dan empat orang lainnya belum ditemukan. Seluruh kepala daerah pun diminta bersiap siaga menghadapi potensi bencana di wilayahnya.
Di Kabupaten Lamongan, banjir bandang melanda Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang, dan Desa Kalitengah, Kecamatan Sugiyo. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tetapi total 41 rumah warga terdampak dengan tinggi genangan banjir rata-rata mencapai 30 sentimeter (cm) hingga 50 cm. Dampak banjir terparah terjadi di Dusun Bujel, Desa Sendangrejo. Sebanyak 25 rumah warga terendam setinggi 50-70 cm.
Kepala Pelaksana BPBD Jatim Budi Santoso, Jumat (5/11/2021), mengatakan banjir bandang juga merusak jalan poros di Desa Kalitengah sepanjang 40 meter dan menyebabkan sejumlah infrastruktur lainnya, seperti jembatan rusak.
”BPBD Jatim sudah berkoordinasi dengan BPBD Lamongan, masyarakat, serta perangkat desa setempat. Saat ini dilakukan pembersihan material banjir di lokasi kejadian,” ujar Budi Santoso.
Sementara itu, banjir bandang di Kota Batu menyebabkan dua warga meninggal dunia dan empat orang lainnya dinyatakan hilang. Korban meninggal bernama Wiji, warga RT 006 RW 004 Desa Bulukerto, dan Sarip (60), warga RT 051 RW 008 Desa Bulukerto.
BPBD Jatim sudah berkoordinasi dengan BPBD Lamongan, masyarakat, serta perangkat desa setempat. Saat ini dilakukan pembersihan material banjir di lokasi kejadian. (Budi Santoso)
Korban yang masih hilang ialah Tokip, warga RT 006 RW 004 Dusun Sambong; Adi Wibowo, warga Jalan Samadi, Pesanggrahan lokasi hilang di Dusun Cangar, Desa Bulukerto; Wakri, warga Dusun Sabrang Bendi RT 051 RW 008, Desa Giripurno, dan Arif (30) warga Bulukerto.
Penyelamatan
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pencarian dan penyelamatan terhadap korban yang belum ditemukan terus dilakukan. Banyaknya tumpukan material lumpur dan dahan pohon menjadi kendala dalam upaya pencarian korban. Oleh karena itu, diperlukan bantuan anjing pelacak untuk mempercepat identifikasi posisi korban.
”Hal itu diperlukan agar evakuasi bisa dilakukan dengan cepat karena kemungkinan akan terjadi hujan yang belum bisa diprediksi seberapa besar intensitasnya,” kata Khofifah.
Khofifah mengakui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan tentang potensi terjadinya bencana hidrometeorologi yang dipicu oleh cuaca ekstrem dan fenomena La Nina. Cuaca ekstrem diprediksi meningkatkan intensitas hujan 20-70 persen.
Kesiapsiagaan dilakukan pada semua jenis bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, longsor, serta puting beliung. Upaya lainnya, menyiapkan posko di setiap titik yang sudah terdeteksi rawan bencana. Di titik posko tersebut dipastikan melakukan sinergi dengan seluruh pemangku kepentingan.
”Mudah-mudahan kita bisa mencari solusi terbaik untuk percepatan penanganan bencana ini. Untuk kabupaten dan kota lain saya minta waspada dengan menyiapkan semua elemennya, mulai dari BPBD, Dinsos dan Tagana, Dinkes, dalam kondisi kesiapsiagaan,” ucap Khofifah.
Disisi lain, Pemprov Jatim mengklaim telah mengantisipasi penyebab bencana longsor dengan memitigasi kawasan hulu. Salah satunya, mengintensifkan penanaman rumput vetiver diberbagai daerah terutama lereng pegunungan yang gundul. Tanaman ini diyakini mampu mencegah erosi dan memperbaiki kerusakan tanah.
Khofifah mengaku sudah berkoordinasi dengan bupati dan wali kota untuk menggalakkan kembali penanaman vetiver karena akarnya bisa sampai 5 meter ini. Menurut dia, saat ini, masyarakat berhadapan dengan pemanasan iklim global sehingga harus diikuti dengan ikhtiar yang kuat untuk meminimalkan dampak bencana.