Dua Korban Banjir Bandang di Batu Ditemukan Meninggal
Banjir bandang di Kota Batu membawa korban jiwa. Dua orang dipastikan meninggal dunia. Sementara empat orang lainnya yang dilaporkan hilang, pada hari ini akan kembali dicari.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Dua korban banjir bandang di Kota Batu, Jawa Timur, ditemukan meninggal dunia tadi malam. Jumat (5/11/2021) pagi ini, tim gabungan akan mulai melanjutkan pencarian terhadap empat orang lagi yang dilaporkan hilang.
Korban meninggal adalah Bu Wiji, warga RT 006 RW 004 Dusun Sambong, Desa Bulukerto. Korban ini ditemukan di Kali Sambong. Korban kedua bernama Sarip (60), warga RT 006 RW 004 Dusun Sambong, Bukukerto, ditemukan di Dusun Beru.
Korban yang masih hilang dan belum diketahui nasibnya ialah Tokip, warga RT 006 RW 004 Dusun Sambong; Adi Wibowo, warga Jalan Samadi, Desa Pesanggrahan, lokasi hilang di Dusun Cangar, Desa Bulukerto; Wakri, warga Dusun Sabrang Bendo RT 051 RW 008, Desa Giripurno; dan Arif (30), warga Bulukerto.
Sementara enam korban selamat. Mereka mengalami luka dan menjalani perawatan di Puskesmas Bumiaji (lima orang) dan dirujuk ke RS Prasetya Husada Karangploso satu orang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu juga mencatat ada 22 bangunan rusak akibat banjir, mulai dari rumah sampai kandang ternak.
Adapun lokasi terdampak ada di enam titik, yakni Dusun Sambong, Desa Bulukerto; Jalan Raya Dieng di Desa Sidomulyo; Dusun Beru, Bulukerto; Desa Sumberbrantas; Jalan Raya Selecta, Desa Tulungrejo; dan Dusun Gemulo, Desa Punten.
”Pencarian korban diteruskan hari ini. Semalam dihentikan karena situasi tidak memungkinkan,” ujar Kepala Seksi Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Batu A Choirur Rochim.
Selain pencarian oleh tim gabungan, direncanakan hari ini juga dilakukan pembersihan material, baik lumpur maupun puing. Hingga Kamis malam, pembersihan jalan dari material di akses utama (jalan raya) sudah berhasil dilakukan, antara lain di titik Jalan Raya Dieng dan di Jurang Susuh yang berada di perbatasan Batu-Kabupaten Malang.
Pencarian korban diteruskan hari ini. Semalam dihentikan karena situasi tidak memungkinkan.
Menurut Rochim, titik kerusakan paling parah berada di Desa Bulukerto. Di tempat ini ada rumah warga yang rata dengan tanah dan tiga orang dilaporkan hilang. Tidak ada pengungsian karena warga yang rumahnya rusak menginap di rumah tetangga dan saudara.
”Untuk kerusakan rumah dan bangunan, sampai malam ini, kami belum mempunyai data pasti. Direncanakan kami akan terus mendata pagi ini. Sementara untuk titik terdampak paling parah ada di Bulukerto dari beberapa desa yang terkena,” katanya.
Seperti diketahui, kawasan Kota Batu diguyur hujan deras yang berlangsung antara pukul 14.00 dan 16.00. Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Malang Anung Suprayitno mencatat, curah hujan di Batu mencapai 72 milimeter dalam 1,5 jam atau masuk kategori hujan sangat lebat-ekstrem.
Tingginya debit air menyebabkan tanah, kayu, dan material lainnya terangkut turun melalui sungai yang terdapat rumah di sekitarnya. Berdasarkan pengamatan Kompas, bangunan yang terkena dampak banjir umumnya berada dekat sungai—saluran alami, di musim kemarau tidak mengalirkan air—yang kontur tanahnya rendah.
Mengingatkan
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengingatkan tentang peringatan dari BMKG, bahwa mulai November sampai Februari 2022 akan terjadi intensitas curah hujan 70 persen lebih tinggi. Kondisi memungkinkan terjadinya banjir, banjir bandang di Indonesia, terutama di Jawa Timur.
Fenomena La Nina ini berdampak pada meningkatnya ancaman bencana hidrometeorologi. ”Saya mewanti-wanti kesiapsiagaan, sinergitas harus dilakukan,” kata Khofifah saat meninjau lokasi bencana, Jumat dini hari.
Menurut Khofifah, untuk tanggap darurat ini, bisa mendirikan posko dapur umum dan pos pengungsian karena prediksi masih ada hujan susulan. Hunian di bantaran sungai mesti dievakuasi. Selain itu juga ada proses rehabilitasi dan konstruksi.
Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengatakan, pihaknya juga sudah meminta seluruh masyarakat untuk waspada terkait prediksi BMKG itu. Sebelum musim hujan, pihaknya juga sudah bekerja bakti membersihkan lingkungan, tetapi yang bisa dilakukan hanya sebatas membersihkan yang terlihat.
”Yang tampak dan terjangkau. Nah, ini kemudian ada pohon-pohon besar yang berasal dari hutan, yang tadinya tertimbun tanah. Itu tidak bisa dilihat bahkan tak bisa dibersihkan karena terbawa air,” ujarnya.