Covid-19 Semakin Terkendali di Sulut, tetapi Vaksinasi Lambat
Berbagai indikator menunjukkan pandemi Covid-19 di Sulawesi Utara semakin terkendali dengan penambahan sekitar 7 kasus per hari selama dua pekan terakhir. Namun, penularan masih terjadi, sementara vaksinasi lambat.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Berbagai indikator menunjukkan pandemi Covid-19 di Sulawesi Utara semakin terkendali dengan penambahan hanya sekitar 7 kasus per hari selama dua pekan terakhir. Kendati begitu, transmisi lokal masih menyebabkan pasien mengalami gejala sedang hingga berat. Pada saat yang sama, vaksinasi masih berjalan lambat.
Dalam rentang 14 hari, sejak 18 Oktober hingga 1 November 2021, sebanyak 92 kasus baru Covid-19 terdeteksi di Sulut. Artinya, setiap hari rata-rata hanya ditemukan 6,57 kasus baru. Keadaan ini jauh berbeda dibandingkan dengan puncak terakhir pandemi pada pekan pertama Agustus lalu, di mana jumlah kasus selama dua minggu mencapai 5.400 kasus.
Per Selasa (2/11/2021), keterisian tempat tidur (BOR) ruang isolasi biasa (non-ICU) di 20 rumah sakit rujukan utama dan penunjang Covid-19 hanya 2,69 persen, sementara keterisian ruang isolasi (ICU) 4,07 persen. Terjadi penurunan dibandingkan dengan BOR dua pekan lalu, yaitu 3,44 persen di ruang isolasi non-ICU dan 8,13 persen di ruang isolasi ICU.
Kendati begitu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulut dr Steaven Dandel mengatakan, masyarakat tidak lekas merasa aman hingga mengendurkan ketaatan pada protokol kesehatan. Itu karena beberapa pasien Covid-19 masih harus dirawat di rumah sakit, seperti pada Kamis (28/10/2021) lalu.
”Dari 11 kasus yang terdeteksi, ada lima yang dilaporkan dari rumah sakit. Ini adalah gambaran bahwa masih ada kasus dengan gejala sedang atau berat. Kondisi ini memberi peringatan bahwa transmisi lokal masih terjadi dan dapat berpotensi menjadi kasus dengan gejala sedang, bahkan berat,” kata Steaven.
Sembilan pasien dari 11 kasus tersebut adalah warga berusia muda dan produktif, masing-masing tiga orang di rentang usia 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun. Karena itu, protokol kesehatan yang mulanya dikenal dengan singkatan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, mengenakan masker) dan kini telah berkembang menjadi 6M harus terus dilaksanakan.
Saat ini, seluruh wilayah Sulut telah berstatus zona risiko rendah penularan atau zona kuning sekalipun masih ada lima daerah yang harus memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3. Namun, di Manado, mal sudah boleh buka hingga pukul 22.00 Wita, sementara restoran dan kelab malam buka hingga tengah malam.
Kendati begitu, pemerintah tetap berupaya menertibkan pusat-pusat keramaian yang tidak taat protokol kesehatan. Pada Senin (1/11), misalnya, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Kepolisian Resor Kota (Polresta) Manado menjatuhkan sanksi larangan beroperasi selama tiga hari terhadap kelab malam Holywings di kawasan bisnis Megamas.
Sanksi itu dijatuhkan menyusul keviralan video kerusuhan massal di kalangan pengunjung yang merayakan malam Halloween pada Senin dini hari di kelab malam yang baru buka pada Mei lalu itu. Kepala Bagian Operasi Polresta Manado Komisaris Thommy Aruan mengatakan, Holywings terbukti buka melewati batas waktu yang ditentukan. ”Sanksi ini menjadi pembelajaran untuk semua agar tidak ada hal serupa terjadi lagi,” katanya.
Selain menegakkan protokol kesehatan, Satuan Tugas Covid-19 Sulut juga mendorong masyarakat segera mendaftarkan diri untuk divaksin sampai tuntas. Namun, vaksinasi dosis pertama yang dimulai di Sulut pada Januari lalu dengan sasaran 2,08 juta warga hingga kini baru menyentuh 58 persen atau sekitar 1,21 juta orang.
Kalau kita bisa mencapai angka 75 persen Desember nanti, kita akan bisa merayakan Natal seperti tiga tahun lalu.
Adapun pemberian dosis kedua baru mencakup 703.981 orang atau 33,8 persen dari target untuk mewujudkan kekebalan komunitas. Steaven mengatakan, sepanjang Oktober hanya Manado dan Tomohon yang mampu memenuhi target pemberian vaksin dosis pertama. Tidak ada satu kabupaten/kota pun yang mampu memenuhi target pemberian vaksin dosis kedua.
”Dampaknya adalah peningkatan jumlah warga yang disasar dalam vaksinasi setiap hari pada bulan November. Pada akhir bulan, setidaknya 80 persen dari target harus sudah tuntas divaksin dua kali,” kata Steaven.
Di Minahasa Selatan, yang ditugaskan memberikan vaksin kepada 189.263 warganya, dosis pertama baru diterima 86.198 orang (45,54 persen), sementara dosis kedua 48.051 orang (25,38 persen). Wakil Bupati Minahasa Selatan Pendeta Petra Yani Rembang mengakui, capaian ini masih sangat jauh dari harapan.
Menurut dia, masih sangat sulit untuk membujuk masyarakat agar mau menerima vaksin. Sekalipun tidak ditemukan lagi kasus baru sejak Selasa (26/10) di kabupaten itu, kata Petra, masyarakat tidak bisa merasa aman selama belum mendapatkan kekebalan dari vaksin.
Karena itu, ia meminta semua pemuka agama, terutama di gereja-gereja, untuk mengimbau dan mendorong masyarakat agar mau divaksin. ”Kadang masyarakat lebih mau mendengarkan pendeta daripada hukum tua (kepala desa). Maka, ajaklah mereka untuk vaksinasi. Kalau kita bisa mencapai angka 75 persen Desember nanti, kita akan bisa merayakan Natal seperti tiga tahun lalu,” katnya.