Penurunan kasus Covid-19 di Sulut dijadikan momentum untuk mempersiapkan diri kembali menyambut wisatawan internasional ataupun domestik. Sementara itu, masa karantina penumpang penerbangan internasional dipersingkat.
Oleh
Kristian Oka Prasetyadi
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Penurunan kasus Covid-19 di Sulawesi Utara dijadikan momentum untuk mempersiapkan diri kembali menyambut wisatawan, baik internasional maupun domestik. Sementara masa karantina bagi penumpang perjalanan internasional dipersingkat, para pelaku pariwisata juga menggencarkan kembali promosi.
Selama sepekan terakhir, Sulut hanya mencatatkan 88 kasus baru Covid-19. Pada Minggu (17/10/2021) bahkan hanya ada satu kasus baru Covid-19 yang terdeteksi. Hingga kini, total kumulatif kasus Covid-19 telah mencapai 34.429 kasus. Sebanyak 32.962 kasus berujung kesembuhan, sementara 1.031 orang meninggal akibat Covid-19.
Keadaan ini dimanfaatkan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulut untuk mempromosikan paket-paket pariwisata. Yang terdekat adalah Jelajah Outdoor Minahasa Selatan yang akan digelar Asita pada 23-24 Oktober.
”Saya rasa sekarang makin banyak orang yang mau ’balas dendam’ setelah lama diam di rumah dan tidak melakukan perjalanan. Saat Covid-19 melandai, ini jadi kesempatan besar bagi kita untuk mempromosikan keindahan alam yang menjadi andalan kita di Sulut,” kata Ketua Asita Sulut Merry Karouwan, Senin (18/10/2021).
Selama Januari-September 2021, jumlah pelaku perjalanan domestik yang tiba di Bandara Sam Ratulangi mencapai 611.852 orang. Meski tercatat turun 4 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020, Merry mengatakan, wisatawan domestik tetap menjadi target utama dari paket-paket yang ditawarkan.
”Dampak dari penurunan Covid-19 ini sudah lumayan, apalagi penerbangan dari Lombok (Nusa Tenggara Barat) sudah tidak harus tes PCR (reaksi rantai polimerase), cuma antigen. Jadi, semakin banyak calon wisatawan yang bertanya pada kami soal paket-paket wisata yang ditawarkan,” kata Merry.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bolaang Mongondow Selatan Wahyudin Kadullah juga mulai mempromosikan destinasi wisata lokal kepada lingkaran pegiat pariwisata di Sulut. Salah satu wilayah yang ditawarkan adalah Daega Bay and Resort, sebuah sanggraloka dengan arsitektur bangunan menyerupai Santorini di Yunani.
Sementara itu, syarat penerbangan internasional ke Sulut dilonggarkan. Jika tadinya penumpang pesawat dari luar negeri harus mengarantina diri selama delapan hari, kini kewajiban itu hanya perlu dilaksanakan selama lima hari.
Kendati begitu, pintu masuk ke Indonesia masih dibatasi hanya melalui Bandara Sam Ratulangi, Manado, dan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Minggus Gandeguai, General Manager Bandara Sam Ratulangi, mengatakan, persyaratan lain yang harus dipenuhi penumpang tetap sama, seperti melampirkan sertifikat vaksin minimal 14 hari sebelum keberangkatan.
Setibanya di Manado, mereka harus mengikuti tes reaksi rantai polimerase (PCR) di bandara. Biaya tes PCR bagi pelaku perjalanan berkewarganegaraan Indonesia yang berstatus pelajar, pekerja migran, dan pegawai pemerintah yang baru saja dinas di luar negeri akan ditanggung pemerintah.
Tiap kabupaten/kota sudah kami wajibkan untuk menyediakan tempat isolasi terpusat berkapasitas sekitar 200 orang.
Di luar kriteria itu, termasuk warga negara asing, biaya tes PCR ditanggung sendiri. Namun, semua penumpang akan diminta mulai menggunakan aplikasi Peduli Lindungi untuk pemantauan.
”Kami sepenuhnya mendukung kebijakan pemerintah dengan menerapkan aturan yang berlaku. Kami juga memperketat pengawasan bekerja sama dengan unsur terkait, seperti kantor karantina kesehatan pelabuhan, imigrasi, bea cukai, otoritas bandara, satgas Covid-19 daerah, maskapai, dan instansi lain,” ujar Minggus.
Pemerintah Provinsi Sulut pun telah menyatakan kesiapannya. Gubernur Sulut Olly Dondokambey dalam pertemuan dengan jajaran pimpinan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pekan lalu menyatakan, Sulut telah memiliki tiga rumah singgah untuk isolasi pasien Covid-19. Rumah sakit di Sulut pun kini siap jika ada pasien baru Covid-19.
”Sebelum daerah-daerah lain bikin rumah singgah, kami sudah ada lebih dulu. Tiap kabupaten/kota sudah kami wajibkan untuk menyediakan tempat isolasi terpusat berkapasitas sekitar 200 orang. Keterisian tempat tidur di rumah sakit di Sulut pun tidak pernah lebih dari 70-an persen,” kata Olly.
Pusat-pusat isolasi itu nantinya menjadi tempat isolasi bagi WNI dari kategori tertentu yang menjadi penumpang penerbangan internasional. Biaya isolasi ditanggung pemerintah, begitu pula dua kali tes PCR. Terdapat enam laboratorium untuk tes PCR di Sulut dengan kapasitas total 1.500-2.000 sampel per hari.
Sepanjang 1 Januari-15 Oktober 2021, sebanyak 13.399 penumpang penerbangan internasional tiba di Bandara Sam Ratulangi. Mereka adalah penumpang yang menggunakan jasa Scoot Tigerair serta penumpang pesawat carter dari China.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, OJK turut mendorong mobilitas dengan melaksanakan vaksinasi di sejumlah daerah. OJK kini sudah memvaksin 7,3 juta dari target 10 juta orang.
Menurut Wimboh, semakin banyak orang divaksinasi, mobilitas masyarakat pun akan meningkat. Roda perekonomian juga akan berputar oleh meningkatnya konsumsi masyarakat.
Untuk mendukung sektor pariwisata di Sulut, OJK dan staf perbankan di Sulut melaksanakan penanaman 1.000 bibit terumbu karang di Pantai Malalayang, Manado, pekan lalu. Rizal Ramadhani, Deputi Komisioner Hukum dan Penyidikan OJK, mengatakan, penanaman bibit terumbu karang ini akan meningkatkan kesadaran untuk melesatarikan ekosistem alam, yang juga akan berdampak pada peningkatan daya tarik wisata bahari Sulut.