Terhalang Fasilitas, Puluhan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Masih Kuliah Daring
Puluhan perguruan tinggi Muhammadiyah belum berani melaksanakan kuliah tatap muka. Kecemasan akan perkembangan kasus Covid-19 menjadi salah satu pemicu kekhawatiran yang membuat kuliah tatap muka urung dilakukan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Puluhan perguruan tinggi Muhammadiyah yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara, hingga saat ini, belum berani melaksanakan kuliah tatap muka. Sarana prasarana untuk aktivitas kuliah tatap muka dinilai belum memenuhi protokol kesehatan.
Demikian dituturkan oleh Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lincolin Arsyad, saat ditemui seusai acara pelantikan rektor Universitas Muhammadiyah Magelang, Sabtu (30/10/2021).
Tidak adanya sarana prasarana yang memadai ini, menurut dia, terjadi karena kondisi di setiap kampus berbeda-beda. Beberapa perguruan tinggi di sejumlah daerah, bahkan hanya merupakan perguruan tinggi kecil dengan fasilitas yang sangat terbatas. Perguruan tinggi kecil itu sulit untuk menambah sarana prasarana pendukung protokol kesehatan seperti menambah tempat cuci tangan atau termometer untuk mengukur suhu dari mahasiswa dan dosen.
Total perguruan tinggi Muhammadiyah di seluruh Indonesia sebanyak 162 perguruan tinggi. Dari jumlah tersebut, jumlah perguruan tinggi yang melaksanakan kuliah tatap muka terdata masih kurang dari 82 perguruan tinggi.
Lincolin mengatakan, seluruh dosen di perguruan tinggi Muhammadiyah sudah menjalani vaksinasi. Namun, sebaliknya, kondisi serupa belum tentu terjadi pada kelompok mahasiswa. Hal ini pun pada akhirnya juga semakin menambah keraguan dari kalangan akademisi kampus untuk membuka kuliah tatap muka.
Kekhawatiran pun makin bertambah karena kalangan akademisi di kampus juga sering membaca berbagai berita terkait Covid-19 di media massa. ”Banyak perguruan tinggi khawatir nantinya kuliah tatap muka nantinya justru menimbulkan adanya kasus-kasus Covid-19 baru,” ujarnya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang Lilik Andriyani mengatakan, dilaksanakan atau tidaknya kuliah tatap muka sepenuhnya diserahkan pada kebijakan dari setiap fakultas.
Sejak September lalu, sebagian jurusan dari empat fakultas di Universitas Muhammadiyah Magelang akhirnya memilih untuk mulai melaksanakan kuliah tatap muka dan tiga fakultas lainnya tetap memilih kuliah daring. Pelaksanaan kuliah pun diatur dengan jumlah mahasiswa yang sangat terbatas, separuh dari kapasitas kelas.
Lilik mengatakan, kuliah tatap muka saat ini sebenarnya juga dilaksanakan dengan fasilitas yang kurang memadai karena akses keluar masuk kampus, belum menggunakan aplikasi Peduli Lindungi. Sistem penapisan bagi mahasiswa dan dosen hanya sebatas dilakukan dengan pengecekan suhu tubuh.
Kampus Universitas Muhammadiyah Magelang terbagi di dua lokasi, di Kota dan Kabupaten Magelang. Ke depan, Lilik berharap Kabupaten Magelang bisa segera turun level menjadi level 2 PPKM sehingga semua mahasiswa dan dosen bisa merasa aman dan nyaman untuk melaksanakan kuliah tatap muka.
Universitas Muhammadiyah Magelang memiliki tujuh fakultas dengan 21 jurusan. Adapun, jumlah keseluruhan mahasiswa di perguruan tinggi ini 4.703 orang.