Tahura Wan Abdul Rachman Dikembangkan Jadi Kawasan Wisata Hutan
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Bandar Lampung, dikembangkan sebagai kawasan wisata hutan sebagai terapi menghilangkan stres.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Sebagian area Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Bandar Lampung, dikembangkan sebagai kawasan wisata hutan. Tak hanya kegiatan jelajah alam, wisatawan juga bisa melihat kehidupan petani hutan.
Pencanangan kawasan wisata itu ditandai dengan acara soft launching healing forest di Desa Sumber Agung, Kecamatan Kemiling, Minggu (31/10/2021). Kegiatan itu juga dilakukan peresmian produk hutan Lampung dan ecobee park Tahura Wan Abdul Rachman.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Yanyan Ruchyansyah mengatakan, pengembangan wisata hutan dengan konsep healing forest digagas karena banyak warga yang membutuhkan wisata sambil menikmati keindahan alam dan udara segar untuk menghilangkan stres. Di tengah situasi pandemi, masyarakat juga lebih memilih berwisata ke tempat terbuka dan jauh dari keramaian.
Menurut dia, pencanangan tahura sebagai tempat wisata alam tidak akan mengganggu kawasan konservasi. Hal itu justru diharapkan meningkatkan kesadaran warga untuk melestarikan hutan. Selain itu, perekonomian warga sekitar juga meningkat.
”Keindahan bentang alam, udara segar, dan air di kawasan hutan yang masih lestari merupakan potensi wisata minat khusus. Di sisi lain, ada kelompok petani hutan dan kelompok sadar wisata yang bisa mendapat manfaat dari wisata terbatas ini. Mereka juga akan terdorong untuk terus mempertahankan kelestarian hutan,” kata Yanyan di sela-sela acara soft launching healing forest.
Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman dinilai memiliki potensi alam yang bisa dikembangkan sebagai destinasi wisata minat khusus. Kawasan itu mempunyai sejumlah destinasi wisata antara lain penangkaran rusa dan taman konservasi kupu-kupu. Pengunjung juga dapat menjelajahi hutan untuk menikmati kesegaran udara dan keindahan air terjun, hutan kemiri, atau mendaki Gunung Betung dengan ketinggian 1.240 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Aneka produk hutan bukan kayu, seperti madu, kemiri, gula aren, atau durian yang dihasilkan petani hutan di kawasan itu, juga terus dipromosikan pada wisatawan dan masyarakat yang berkunjung ke lokasi tersebut. Dengan begitu, perekonomian petani hutan diharapkan semakin meningkat.
Yanyan menambahkan, Pemerintah Provinsi Lampung juga berencana menggelar Festival Wisata Hutan pada 2022. Selain jelajah alam, wisata hutan juga akan diisi oleh kegiatan yang mengarah pada pelestarian alam, misalnya menanam pohon untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga hutan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Tahura Wan Abdul Rachman Eny Puspasari menuturkan, sudah ada 17 kelompok tani hutan yang telah bermitra dengan pemerintah dalam mengelola tahura. Dengan kemitraan konservasi, petani menerapkan konsep agroforestry. Petani tidak lagi memanfaatkan kayu- kayu di dalam hutan, tetapi memanfaatkan buah dari pohon-pohon keras yang ditanam. Dengan demikian, fungsi kelestarian hutan tetap terjaga dan petani memperoleh manfaat dari hutan.
Saat ini, kondisi tutupan hutan seluas 22.244 hektar itu semakin membaik. Pohon-pohon yang ditanam petani, antara lain kemiri, durian, petai, dan jengkol, semakin menghijau dan tinggi.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Sumber Agung Darma menuturkan, pihaknya telah membuka rute jelajah hutan sepanjang 5,6 meter untuk kegiatan wisata hutan. Terdapat tiga pos pemberhentian, yakni di lokasi pengolahan aren, air terjun batu lapis, dan hutan kemiri. Di sana, wisatawan juga bisa berbincang dengan petani yang melakukan upaya konservasi hutan dengan menanam pohon.
Setiap akhir pekan, ada saja wisatawan yang datang untuk menjelajah tahura. Selain dari Bandar Lampung, wisatawan juga datang dari sejumlah daerah, antara lain Banten, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan. Selain kalangan mahasiswa dan komunitas, wisata minat khusus juga diminati oleh wisatawan keluarga.