Pandemi Covid-19 yang melandai dan pelonggaran aktivitas sosial berdampak positif terhadap pengelola usaha mikro kecil makanan dan minuman. Omzet mereka perlahan membaik.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 yang kian melandai disertai pelonggaran aktivitas sosial berdampak positif terhadap keberlangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di Surabaya, Jawa Timur. Kalangan pengelola UMKM di sentra wisata kuliner mulai menikmati peningkatan omzet dan pemulihan ekonomi.
Pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) yang melandai terpantau melalui laman resmi https://infocovid19.jatimprov.go.id/, Minggu (31/10/2021). Sepekan terakhir, di Surabaya, tercatat cuma 21 kasus baru, sedangkan kesembuhan 23 kasus, dan kematian 5 orang. Tersisa 5 pasien Covid-19 yang masih perlu penanganan di fasilitas kesehatan.
Situasi secara statistik itu diperkuat dengan pelonggaran mobilitas sosial. Surabaya hampir dua pekan berada di level 1 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Dengan level 1, aparatur diperkenankan melonggarkan pembatasan terutama dalam kegiatan perekonomian yang dirasakan positif oleh pengelola UMKM.
Sutinah, pengelola warung makan di Sentra Wisata Kuliner (SWK) Jambangan, mengatakan, perbaikan omzet mulai dirasakan ketika pandemi melandai sejak awal September. SWK mulai didatangi kembali konsumen meski masih ada pembatasan jumlah pengunjung.
”Lumayan, Mas, selama pandemi belum turun, dalam sehari saya paling banyak dapat Rp 100.000. Di bulan ini, omzet harian saya naik sampai dua kali lipat,” ujar Sutinah. Peningkatan omzet karena kunjungan ke SWK mulai ramai dan jumlah pengunjung tidak lagi terlalu dibatasi.
Perbaikan omzet juga mulai dirasakan oleh pengelola usaha mikro lainnya. Komarudin, penjual tauwa keliling, mengatakan, pandemi yang melandai membuatnya mulai leluasa berjualan hingga ke berbagai kompleks perumahan. ”Karena mulai landai, kompleks perumahan mulai longgar membolehkan pedagang makanan-minuman masuk. Saya jadi bisa lebih leluasa melayani pelanggan,” ujarnya.
Komarudin mengklaim, ketika situasi pandemi belum membaik, omzet hariannya nyaris tak pernah melebihi Rp 50.000. Saat ini, ketika pandemi melandai dan pelanggan di kompleks perumahan bisa kembali dilayani, omzet harian membaik sampai tiga kali lipat. ”Waktu Covid-19 masih parah, dagangan tidak pernah habis. Sekarang terkadang dagangan sampai ludes,” katanya.
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2021 tentang PPKM level 3, Level 2, dan Level 1 di Wilayah Jawa dan Bali, Surabaya masuk dalam level 1. Menurut regulasi itu, usaha mikro kecil makanan-minuman, yakni kedai, warung, dan lapak, yang membuka usaha sejak pagi atau siang boleh beroperasi sampai dengan pukul 22.00 WIB meski ada pembatasan pengunjung 75 persen dari kapasitas. Adapun yang beroperasi sejak sore dapat berdagang hingga tengah malam, termasuk di SWK, dengan pembatasan pengunjung maksimal 75 persen.
Pelonggaran melalui instruksi itulah yang salah satunya menggeliatkan kembali aktivitas ekonomi usaha mikro kecil makanan-minuman, termasuk di SWK.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Surabaya Widodo Suryantoro mengatakan, pelonggaran melalui instruksi itulah yang salah satunya menggeliatkan kembali aktivitas ekonomi usaha mikro kecil makanan-minuman, termasuk di SWK. Di Surabaya ada 48 SWK. Dari pantauan sebulan ini, sebanyak 22 SWK mulai merasakan kenaikan omzet 85 persen. Ada 12 SWK yang mulai pulih dengan menikmati omzet 100 persen.
”Kami terus memantau untuk memastikan bahwa penerapan protokol kesehatan tetap amat penting untuk dijalankan,” kata Widodo. Setiap SWK sudah dilengkapi dengan sarana sanitasi. Pengunjung juga tetap diawasi oleh gugus tugas mandiri di SWK untuk turut patuh protokol, yakni memakai masker tetapi boleh mencopotnya saat menikmati makanan-minuman, jaga jarak, dan cuci tangan sebelum dan sesudah membeli makanan-minuman.
Widodo mengatakan, pengawasan yang sulit ditempuh terhadap pedagang makanan-minuman yang bermobilitas atau berjualan di tepi jalan. Kesadaran untuk menjaga protokol akhirnya kembali kepada pedagang dan konsumen. Jika kebetulan ada patroli yang lewat, pengawasan penerapan protokol dapat ditempuh secara optimal.
Secara terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Surabaya Suharto Wardoyo mengatakan, program hari bebas kendaraan (CFD) akan mulai diuji coba tetapi masih amat terbatas. CFD akan dimulai di Jalan Kembang Jepun pada Minggu (7/11/2021) kurun pukul 06.00-09.00 WIB. ”Kami akan terapkan kuota pengunjung CFD di sana nantinya 200 orang karena masih uji coba,” katanya.
Pengunjung yang dibolehkan masuk ke jalan itu nantinya harus memindai aplikasi Peduli Lindungi pada alat-alat yang disiapkan di akses sisi barat dan sisi timur. Jika uji coba dianggap berhasil, CFD bisa diberlakukan di ruas-ruas lainnya tetapi masih perlu dengan penerapan protokol yang ketat.
Suharto mengatakan, sejak serangan pandemi, program CFD ditiadakan. Uji coba CFD diharapkan tidak meningkatkan risiko penularan kembali. Untuk itu, pengunjung lokasi CFD dibatasi dan diseleksi yakni kalangan umum yang sudah vaksin atau anak-anak didampingi keluarga yang sudah vaksin.
Pemilihan Jalan Kembang Jepun karena intensitas pengunjung selama program CFD tidak sepadat ruas populer yakni Jalan Raya Darmo dan Jalan Tunjungan. Selama CFD berlangsung, di Jalan Kembang Jepun tidak diperkenankan ada aktivitas berjualan makanan-minuman. Lokasi CFD di sana cuma untuk aktivitas olahraga bagi pengunjung.