Upaya penanggulangan HIV/AIDS di Batam terhambat karena pandemi Covid-19. Akibatnya, target 3 Zero HIV pada 2030 semakin sulit tercapai.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menghambat upaya pengendalian HIV/AIDS di Batam, Kepulauan Riau. Selama dua tahun terakhir, kegiatan edukasi terkait HIV/AIDS macet akibat pembatasan mobilitas. Adapun pengobatan serta deteksi virus tersendat akibat minimnya petugas kesehatan.
Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Kota Batam, Pieter Pureklolong, Minggu (31/10/2021), mengatakan, kegiatan edukasi terkait HIV/AIDS baru dapat dilakukan kembali pada satu bulan belakangan ini. ”Pandemi memang sangat menghambat penanggulangan HIV/AIDS tidak hanya di Batam, tetapi saya rasa juga di seluruh dunia,” katanya.
Menurut Pieter, pandemi juga telah menghambat orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang diperlukan. Banyak ODHA di Batam enggan datang ke rumah sakit untuk mengambil obat antiretroviral (ARV) karena takut terpapar Covid-19.
Data Komisi Penanggulangan AIDS Batam menunjukkan, hingga Agustus 2021, secara kumulatif tercatat ada 8.049 orang dengan HIV dan 2.919 orang dengan AIDS. Adapun jumlah pengidap AIDS yang meninggal di Batam tercatat 971 orang.
Pieter mengakui, sebenarnya angka itu belum dapat memberikan gambaran utuh terkait jumlah ODHA di Batam. ”Sejak pandemi Covid-19 melanda, lebih kurang dua tahun ini, pendataan ODHA menjadi tersendat,” ujarnya.
Penyuluh lapangan di Yayasan Dunia Viva Wanita, Sipri Benikakan, mengatakan, sejak pandemi, deteksi HIV/AIDS di sejumlah lokalisasi di Batam hanya dilakukan sembilan bulan sekali. Padahal, sebelum pandemi, deteksi HIV/AIDS di delapan lokasi berisiko tinggi biasanya dilakukan setiap tiga bulan sekali.
”Selama pandemi ini, pengetesan memang sangat menurun jauh. Petugas kesehatan untuk melakukan tes HIV/AIDS sangat terbatas karena mayoritas ditugaskan untuk menangani Covid-19,” kata Sipri.
Hal itu tampak dalam temuan kasus baru HIV di Batam yang menurun drastis selama dua tahun belakangan. Pada 2015-2019, rata-rata ditemukan 700 pasien baru dengan HIV per tahun. Namun, pada 2020 hanya ditemukan 538 pasien baru. Adapun sepanjang 2021 hanya ditemukan 267 orang dengan HIV.
Sejumlah negara, termasuk Indonesia, memiliki target pengendalian HIV/AIDS dengan indikator 90-90-90, yakni 90 persen ODHA tahu status HIV-nya, 90 persen ODHA yang tahu statusnya menjalani terapi, dan 90 persen yang menjalani terapi tak lagi terdeteksi virus di tubuhnya.
Capaian 90-90-90 dibutuhkan untuk mewujudkan 3 Zero HIV, yakni tak ada lagi infeksi baru HIV, tidak ada lagi kematian akibat HIV/AIDS, dan tak ada lagi diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Target ini diharapkan tercapai pada 2030.
Dari catatan Kementerian Kesehatan per September 2020, capaian jauh di bawah target. Pada indikator angka ODHA yang tahu status HIV-nya 65 persen. Namun, angka ODHA yang menjalani terapi hanya 26 persen. Jumlah ini makin rendah pada jumlah ODHA yang tidak terdeteksi virus dalam tubuhnya atau virus tersupresi, yakni hanya 4,5 persen (Kompas, 1/12/2020).