Peserta Diklatsar Menwa UNS Tewas akibat Luka Kekerasan Benda Tumpul
Polres Kota Surakarta menerima hasil otopsi jenazah dari kasus tewasnya mahasiswa UNS dalam diklatsar menwa, Jumat (29/10/2021). Hasil otopsi menunjukkan korban mati lemas akibat kekerasan tumpul.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Resor Kota Surakarta, Jawa Tengah, telah menerima hasil otopsi jenazah Gilang Endi Saputra, mahasiswa Universitas Sebelas Maret, yang tewas dalam pendidikan dan pelatihan dasar Resimen Mahasiswa. Hasilnya, ada kekerasan menggunakan benda tumpul yang dialami korban. Selanjutnya, akan ada gelar perkara guna menentukan tersangka kasus tersebut.
Hasil otopsi diterima Kepolisian Resor (Polres) Kota Surakarta dari Bidang Dokter dan Kesehatan Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah, Jumat (29/10/2021), pukul 11.00. Adapun otopsi dilakukan pada Senin (25/10/2021).
”Dari hasil otopsi tersebut disimpulkan bahwa penyebab kematian adalah luka akibat kekerasan menggunakan benda tumpul yang menyebabkan (korban) mati lemas,” kata Kepala Polres Kota Surakarta Komisaris Besar Ade Safri Simanjuntak, di Markas Polres Kota Surakarta, Jumat sore.
Gilang Endi Saputra merupakan salah seorang peserta pendidikan dan pelatihan dasar (diklatsar) resimen mahasiswa Universitas Sebelas Maret bertajuk ”Pendidikan Pra Gladhi Patria Angkatan XXXVI Batalyon 905 Jagal Abilawa”. Kegiatan tersebut, menurut rencana, berlangsung pada 23 Oktober 2021 hingga 31 Oktober 2021.
Namun, pada Minggu (24/10/2021), diduga terjadi insiden yang menewaskan Gilang dalam kegiatan tersebut. Akibatnya, kegiatan dihentikan. Gilang dilaporkan tewas sewaktu tiba di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Moewardi Surakarta, pukul 22.02.
Polisi juga berencana meminta keterangan saksi ahli seperti pakar forensik. Salah satunya dokter yang menerima jenazah Gilang pertama kali saat tiba di rumah sakit.
Ade belum bisa merinci bentuk kekerasan yang dialami Gilang. Aparat kepolisian masih terus memeriksa kasus tersebut. Pihaknya juga berencana meminta keterangan saksi ahli, seperti pakar forensik. Salah satunya dokter yang menerima jenazah Gilang pertama kali saat tiba di rumah sakit.
”Berangkat dari hasil otopsi, tim penyidik akan kembali melakukan serangkaian kegiatan penyidikan untuk meminta keterangan ahli yang terlibat dalam otopsi tim kedokteran forensik seusai otopsi pada jenazah,” ujar Ade.
Sejauh ini, lanjut Ade, terdapat 23 saksi yang diperiksa. Para saksi terdiri dari peserta diklatsar, panitia, dosen, hingga orangtua korban. Sejumlah barang bukti juga telah dikumpulkan. Barang bukti terdiri dari pakaian dan helm yang dikenakan korban serta senjata replika. Senjata itu memiliki unsur kayu dan logam.
Barang bukti elektronik juga telah dikumpulkan. Saat ini, barang bukti tersebut sudah dikirimkan ke laboratorium forensik Polda Jateng untuk dianalisis lebih lanjut. Hanya, pihaknya belum bisa membeberkan kepada publik terkait bentuk barang bukti elektronik yang telah dikumpulkan tersebut.
”Barang bukti sudah kami sita. Hasil otopsi ini nanti menjadi rujukan bagi tim penyidik mencari alat bukti untuk mendukung pengungkapan kasus yang dimaksud,” kata Ade.
Ade menuturkan, saat ini, pihaknya belum dapat menentukan tersangka. Penentuan tersangka baru akan diadakan setelah gelar perkara. Adapun gelar perkara akan sesegera mungkin dilakukan setelah keterangan saksi ahli diperoleh demi menguatkan dugaan dalam kasus tersebut.
Sebelumnya, Sunardi (54), orangtua korban, mengharapkan peristiwa yang menewaskan putra sulungnya itu dapat diungkap dengan gamblang. Ia merasa masih sangat penasaran akan hal tersebut. Terlebih lagi, putra sulungnya itu berangkat menuju kegiatan tersebut dalam kondisi yang sehat.
”Saya mohon agar kejadian ini bisa terungkap dengan transparan dan jujur. Bisa selesai dengan lancar. Harapan saya untuk kejadian yang dialami anak saya jadi yang terakhir. Jangan ada Gilang yang lain,” kata Sunardi.