UMKM Menopang Pertumbuhan Ekonomi Sumut di Triwulan II-2021
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II-2021 yang mencapai 4,95 persen mampu berbalik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni minus 2,37 persen. Pertumbuhan itu terutama ditopang oleh UMKM.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II- 2021 mencapai 4,95 persen atau mampu berbalik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni minus 2,37 persen. Pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh geliat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
”Tulang punggung pertumbuhan ekonomi Sumut adalah UMKM. Sektor ini bisa bertahan selama pandemi, khususnya yang berorientasi ekspor. Jadi, kita akan dorong UMKM ke arah ekspor,” kata Gubernur Sumut Edy Rahmayadi di Medan, Kamis (28/10/2021).
Untuk mendorong peningkatan UMKM, kata Edy, ada dua hal yang akan dilakukan, yakni digitalisasi dan membantu pembiayaan. Peningkatan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) pun terus dilakukan untuk membantu pembiayaan. Pada periode Januari-Oktober 2021, KUR di Sumut telah disalurkan sebesar Rp10,5 triliun kepada 164.146 debitor.
”Saya berharap ekonomi bisa cepat pulih dengan bantuan pembiayaan UMKM ini,” kata Edy.
Pemerintah Provinsi Sumut bersama pemangku kepentingan lainnya pun akan terus memperkuat ekonomi daerah melalui instrumen pembiayaan lain, seperti Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) dengan berfokus pada sektor riil. Pemprov Sumut telah merealisasikan anggaran PEN sebesar Rp 176 triliun dari rencana Rp 347 triliun.
Anggaran tersebut difokuskan pada program-program produktif, seperti membantu UMKM memasarkan produknya ke lokapasar (marketplace), edukasi pemasaran digital, perbaikan administrasi, standardisasi produk, dan mengatasi masalah pembiayaan.`
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Darmayanti menyampaikan, hasil survei BI menunjukkan UMKM yang berorientasi pasar ekspor cenderung lebih bertahan dibandingkan dengan yang hanya menyasar pasar lokal. Survei dilakukan terhadap 1.093 responden yang terdiri dari UMKM non-ekspor 53 persen dan berorientasi ekspor 47 persen.
Hasil survei menunjukkan, UMKM non-ekspor mengalami penurunan penjualan sekitar 72,7 persen, sedangkan UMKM ekspor 57,4 persen. ”Sama-sama berat, baik lokal maupun yang ekspor, tetapi UMKM berorientasi ekspor bisa lebih bertahan karena permintaan lebih baik ketimbang yang lokal,” kata Destry.
Karena itu, Destry mendorong peningkatan UMKM berorientasi ekspor agar pemulihan ekonomi daerah bisa lebih cepat. Ekonomi daerah harus terus ditingkatkan untuk memperkuat ekonomi nasional.
Anggota Komisi XI DPR RI, Agun Gunandjar Sudarsa, mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pengawasan untuk memperkuat UMKM. Alasannya, sektor ini berkontribusi sangat besar terhadap ekonomi nasional.
”Kami akan terus pantau ini agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Perkuatan UMKM akan memulihkan perekonomian Indonesia lebih cepat,” ujarnya.