Tekstur yang renyah dan manfaatnya untuk kesehatan membuat jambu kristal digemari masyarakat. Buah ini pun menjamur di banyak daerah dan mudah ditemui di pengkolan jalan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·5 menit baca
Jambu kristal menuai popularitas selama pandemi Covid-19. Setelah banyak direkomendasikan untuk mengatasi virus, buah ini menjelma menjadi ”primadona” yang mudah ditemukan di pengkolan jalan. Gurihnya pun menjadi ladang penghasilan baru bagi banyak orang.
Serupa di banyak daerah lainnya, jambu kristal tersebar di seantero tempat di Kendari, Sulawesi Tenggara. Rujak jambu kristal lebih tepatnya. Lapak kecil seukuran setengah meter cukup menjadi tempat jualan. Jambu berwarna putih bersih yang telah dikupas tersusun rapi di bak kaca.
Rabu (27/10/2021) lepas tengah hari, Wanda (36) duduk santai di belakang dagangan rujak jambu kristal miliknya. Terletak di tepi jalan yang cukup ramai di tengah ”Kota Lulo” ini, jualannya laris manis.
Jambu di bak kaca miliknya tersisa seperempat dari porsi penuh. Membawa 7 kilogram jambu, belasan porsi telah laku sejak pukul 09.00 Wita. Satu porsi dijual Rp 15.000. Maksimal dua buah jambu putih bersih ia potong kecil untuk seporsi.
Rasanya pun beraneka rupa, mulai dari manis, asin, pedas manis, sampai pedas. ”Yang banyak beli pedas-manis. Mungkin karena jambunya gurih dan segar, jadi pas kalau ada pedas dan manisnya,” kata ibu dua anak ini.
Wanda merupakan ”pemain” baru di jualan rujak kristal ini. Ia berjualan sejak pekan pertama Oktober. Sebelumnya ia menghabiskan banyak waktu di rumah mengurus berbagai keperluan keluarga. Namun, sejak membeli rujak jambu kristal dan melihat banyaknya lapak yang sama, ia tertarik mencari informasi.
Di sini kami siapkan sambal kacang. Di tempat lain tidak ada.
Ia mendatangi pedagang, menanyakan racikan bumbu hingga modal usaha. Memakai uang tabungan keluarga Rp 2 juta, ia memberanikan diri ikut terjun dan membuka lapak. Meja jualan, boks kaca, bumbu, bungkusan plastik, dan payung berukuran besar dibawanya ke jalan yang belum ada pedagang yang sama. Tidak lupa balok es untuk menjaga kualitas buah.
”Kalau tidak dikasih es, buahnya kering. Alhamdulillah hasilnya lumayan, sehari 5 kilogram habis. Tapi, ukuran saya ini sedikit. Yang lain bisa 20 kg sehari,” ujar Wanda.
Berjarak 500 meter dari tempat Wanda, Tuti (24), sibuk melayani pelanggan. Dua porsi rujak jambu kristal dipesan seorang pembeli. Rasa pedas manis dan pedas diolah. Tuti menambahkan sambal kacang yang spesial diraciknya sendiri. ”Di sini kami siapkan sambal kacang. Di tempat lain tidak ada,” katanya.
Mahasiswa di salah satu kampus negeri di Kendari ini menuturkan, ia membantu jualan tetangganya sejak sebulan terakhir. Sebab, lapak jualan jambu terus bertambah dan tetangganya tersebut kekurangan tenaga.
Ia yang kebetulan cuti kuliah lalu mengambil tawaran tersebut. Dalam sehari, sejak pukul 08.00 hingga sore hari ia berjualan. Sedikitnya 20 kg jambu bisa ludes hingga sore. Jualan lalu dilanjutkan oleh rekannya hingga pukul 20.00 Wita. ”Memang banyak yang beli. Mungkin karena rasanya yang gurih dan segar. Sama banyak yang bilang untuk daya tahan tubuh,” kata Tuti.
Sejak berdagang, ia sering mencari referensi terkait khasiat jambu di laman internet. Dari berbagai Sumber, jambu ini baik untuk jantung, meningkatkan ketahanan tubuh, serta meredakan batuk, flu, juga diare. Tidak heran, sejak awal banyak yang merekomendasikan jambu untuk mereka yang terpapar Covid-19.
Penelitian gabungan dari Universitas Indonesia dan IPB University menyatakan, komponen senyawa pada jambu biji dapat mengurangi risiko infeksi severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) atau virus korona jenis baru yang menyebabkan Covid-19. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui dampaknya ke manusia.
Selain rasanya enak, memang potensinya bagus. Apalagi, buahnya ditanam di Indonesia, bukan impor.
Senyawa yang berpotensi menghambat dan mencegah infeksi SARS-CoV-2, antara lain, adalah myricetin, hesperidin, rhamnetin, kuersetin, dan kaempferol. Senyawa-senyawa tersebut terkandung di jambu biji dengan daging buah berwana merah muda. Senyawa itu juga bisa ditemukan, antara lain, di kulit jeruk dan daun kelor. (Kompas, 13 Maret 2020)
”Yang jelas, banyak yang suka. Ini yang punya lapak saja sudah mau tambah satu lagi. Sekarang sudah empat,” ucap Tuti.
Sarwo Edhi (38), pemilik lapak tempat Tuti berjualan, menceritakan, ia mendatangkan langsung bahan baku jambu dari Purworejo, Jawa Tengah. Rata-rata ia membeli 500 kilogram jambu yang dikirim melalui kapal ke Makassar, Sulawesi Selatan, lalu dibawa lewat jalur darat ke Kendari.
Dalam sebulan, ayah dua anak ini telah tiga kali memesan jambu dari Purworejo. Dalam sepekan, jambu-jambu tersebut ludes terjual. Semuanya habis di lapak dagangan.
Padahal, pendatang asal Klaten, Jateng, ini awalnya enggan berjualan jambu kristal. Sejak tahun lalu saudaranya telah menyarankan membuka lapak. Sebab, di Jawa dan daerah lain jambu kristal banyak digemari.
Saat itu, jambu kristal belum tenar di Kendari. Ia ogah-ogahan berjualan dan fokus mengurus bengkel miliknya. Akan tetapi, sejak pertengahan 2021, ia mulai melihat lapak bermunculan. Hampir di setiap jalan utama, di perempatan, atau pengkolan jalan, ada lapak jambu kristal.
Ia pun mulai tertarik melihat potensi bisnis buah ini. ”Selain rasanya enak, memang potensinya bagus. Apalagi, buahnya ditanam di Indonesia, bukan impor,” kata Edhi.
Berdasarkan laman Kementerian Pertanian, jambu kristal yang merupakan mutasi dari jambu Muangthai Pak ditemukan pada tahun 1991 di Taiwan. Jambu ini cukup istimewa karena berbuah sepanjang tahun, memiliki lapisan buah yang tebal dengan biji yang minim, tekstur buah yang renyah, dan berat hingga 500 gram.
Buah ini cocok dengan kondisi geografis sebagian besar daerah di Indonesia karena dapat tumbuh di ketinggian mulai 5 meter hingga 1.000 meter di atas permukaan laut. Hanya saja, daerah tersebut harus memiliki intensitas curah hujan antara 2.000-3.000 milimeter per tahun. Buah ini akan berkembang optimal pada suhu 20 derajat celsius hingga 30 derajat celsius di siang hari. Beberapa sentra pengembangan jambu ini ada di Bengkulu hingga Papua.
Tidak heran buah ini juga digadang-gadang menggantikan pir dan anggur yang banyak diimpor, dengan tekstur dan manfaat buah yang tidak begitu berbeda. Potensi ekspor buah ini pun tinggi.
Edhi masih mengumpulkan informasi dan teknik menanam buah ini di Kendari dan sekitarnya. ”Prospeknya bagus. Jadi nanti kita tidak harus datangkan dari Jawa lagi, tapi sudah produk lokal Sultra,” katanya.